Selasa, 29 Januari 2013

titip dooooooong!


Titip Doong!

“Aslmkm.pk Adi, ada tugas gk buat hr ini?”
“Wslm.kerjakan tadrib 3 hal.63 dan kumpulkan ya!,salam buat tmn2 .tks.”
“Ok pak.wslm”
Alhamdulillah senang sekali pagi ini diingatkan tuk member tugas tuk anak-anak. Subhanallah semoga tambah banyak anak yang peduli dengan pembelajaran apapun matapelajarannya. Seperti anak kesayanganku ini. Minatnya cukup banyak. Termasuk berkegiatan di alam terbuka Pramuka yang sekarang disegani dan tidak diminati oleh teman-temannya yang laki-laki sekalipun.
 Aneh. Pikirku cukup banyak anak laki –laki yang tertantang tuk kegiatan Outdoor ataupun olahraga. Faktanya tidak sampai 20% dari mereka yang aktif mengikuti kegiatan ekskul di madrasah. Positif thingking saja. Mungkin di luar madrasah mereka sibuk mengikuti kursus komputer, bimbel, les piano, renang, karate, taekwondo. Bukan menghabiskan berjam-jam di depan gameonline yang sangat kontraproduktif, bukan membuka situs2 porno yang membuat mereka berniat untuk memperkosa anak2 perempuan bawah umur 10tahun yang  lemah , bukan trek2an di jalan yang membahayakan banyak orang, bukan nongkrong di jalan yang dapat memprovokasi terjadinya  tawuran, bukan mengembangkan kegemaran music regae pemuja ganja , bukan mencoba ganja lalu menjadi Bandar, bukan berbuat mesum di rumah pacar saat orangtuanya sibuk mengajar pengajian lalu berniat mengaborsi janinnya.  
Astaghfirullahal ‘azhiim. Buruknya prasangka ini. Astaghfirullahal ‘azhiim.  

Dan sore haripun datang. Di bengkel motor pinggir jalan
“Aslmkm. Pak Adi. Besok ada soal gk?”
“Wslm.insyaallah besok sy kasih.tugas yang tadi pagi dah dikumpulin belum?”
“Udah.”
“Alhamdulillah.dititip Eman kan?”
“Di taro meja bapak, td sy dah titip ke dia, Dianya gak mau, katanya berat”
“Maa Syaa Allah, iya deh.tks ya!
Maa Syaa Allah, dasar anak kampuuuuuuuuung. Emosiku meluap.Sorepun menjadi semakin kelam. Sepulang kuliah dihadapkan oleh anak yang tidak bisa diajak kerjasama. Aku wali kelasnya sudah tidak diacuhkan apalagi yang lain. Kedepankan emosi terus mengutuknya. Padahal sudah tiga kali Eman kudaulat jadi tutor sebaya temannya. Kenapa kai ini hanya untuk membawa hasil kerjaan teman-temannya saja ia enggan. Kucoba kaitkan lagi dengan keinginannya waktu itu tuk jadi ketua kelas. Waktu itu aku tidak memenuhi permintaannya. Kuanggap ia lebih cocok mengamankan teman-temannya ketika kelas rusuh. Akuberi ia tanggung jawab secara bertahap karenamasih belum percaya sepenuhnya karena beberapa kasus walaupun tidak besar merupakan hasil karyanya bersama si Amat.
Alhamdulillah jabatan sebagai ketua kelas cukup diperebutkan beberapa anak di kelasku, termasuk Eman dan Amat. Cukup bergengsi mungkin sebagai ketua kelas. Masalahnya tingggal diimbangi oleh kinerja dan tanggung jawab mereka yang masih jauh panggang dari api. Terpilihlah Sari menggantikan Digta yang sebalumnya mendapat suara terbanyak teman-teman.
Kembali lagi ke Eman. Emosiku masih meluap malam itu. Langsung aku menuju kerumahnya yang dekat dari rumah Ibuku untuk mengklarifikasi kebenaran berita dari Sari. Benarkah ia tidak  mau membawa hasil latihan teman-temannya.
“Assalamu’alaikum!”.
 Kujumpai ibunya yang sedang menjaga warung. senyum kecut menghiasi wajahnya. Pernah ia kecewa anaknya kukatakan cukup rusuh di kelas mengganggu ketenangan konsentrasi belajar. Sebagai ibu tampaknya ia tidak terima anakknya dikatakan buruk. Sepengetahuannya anaknya sangat rajin ta’lim dimanapun kapanpun. Sepengetahuanku anaknya adalah anak yang sombong dan suka meremehkan orang lain. Kali ini mungkin aku korbannya,hehehe.
“ Wa’alaikum Salam. Ada apa pak?”
“Eman ada?”
“Waduh, baru aja berangkat ta’lim”
“Ada apa ya pak?”
“Oh, saya mau minta tolong Eman bawa hasil latihan teman-teman yang saya berikan tadi pagi”
“Coba sms aja deh pak, nomornya ada kan?”

Maa Syaa Allah tampaknya buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya. Begitulah ibunya mengajarkan menghormati orang lain kepada anaknya. Tadinya ku ingin bertanya pada Eman berapa ongkos kirim ke rumah ibuku?, tapi agaknya hal itu emosional. Untung Emannya tidak ada.

“Wah, hp saya lowbatt bu, ok tks bu  ya!”
Segera kutinggalkan rumahnya karena memang tidak lagi bisa diajak kerja sama. Sesampainya di rumah ibuku. Akupun bercerita pada Ibu dan istriku.
"Biarin dah, ujian tuh namanya, kalo lulus ujian tambah hebatlah kau,hehehe"komentar ringan darinya mencairkan suasana. Redalah emosiku.Aku berwudhu dan adukan ini semua kepada Allah swt.Dua hari berlalu. Baru sempat aku datang ke Madrasah. Kulihat tumpukan buku latihan anak-anak berwarna biru  menggunung di meja.
"Astaghfirullahal 'Azhiiim", pantas saja Eman tak mau membawanya pulang.Tiga puluh buku latihan seberat 5kg harus memebani pundaknya.. Kupikir anak-anak akan mengerjakannya di selembar kertas, sehingga Eman agak ringan membawanya.Kalau tiga puluh lembar pasti akan dibawa olehnya
"Astaghfirullahal 'Azhiim, ampuni prasangka burukku ya Allah"
(Luthfi Mulyadi, 30 Januari 2013)


Senin, 28 Januari 2013

contoh ptk bahasa arab


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kiranya tidak asing lagi apabila mendengar guru-guru Agama yang menyatakan keluhan-keluhan tentang pengajaran materi pendidikan agama. Hal ini disebabkan karena adanya faktor ketakutan dari siswa itu sendiri yang menganggap materi pendidikan agama adalah materi yang paling menyulitkan untuk dipelajari atau bahkan di anggap remeh karena materi pendidikan agama sering di jumpai, Ketika seorang guru memberikan materi pendidikan agama saat itu juga siswa merasa kurang berminat, kurang termotivasi untuk mempelajari atau untuk menerimanya. Akibatnya, dapat mengurangi keefektifan proses belajar mengajar.
Faktor lain adalah karena basic (dasar) dari siswa. Mayoritas siswa yang belajar di sekolah-sekolah umum memiliki dasar yang minim sekali tentang pendidikan agama. Atau mereka bisa dikatakan orientasinya kepada pendidikan agama kurang. Akibatnya, ketika siswa dihadapkan pada materi agama khususnya pembelajaran bahasa arab, siswa akan mengalami kesulitan pada proses belajarnya.
Demikian juga alokasi waktu yang diberikan untuk mata pelajaran PAI di sekolah-sekolah umum (1 x pertemuan dalam seminggu / 2 x 45 menit). Bagaimana mungkin siswa dapat membaca dengan fasih, menulis dengan tepat dan benar, menghafal dengan cepat. Dengan latar belakang basic agama yang minim sekali sementara waktu yang diberikan untuk materi pendidikan agama sangat sedikit sekali. Hal inilah yang menjadi penghalang ketercapaian hasil yang memuaskan. Akan berbeda sekali dengan siswa madrasah pada umumnya yang telah memiliki latar pendidikan agama. Lebih mudah untuk membaca, mudah dalam menulis dan menghafal sehingga tidak terdapat kesulitan-kesulitan untuk mempelajari materi pendidikan agama akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh anak didik baik dari faktor intern ataupun ekstern.
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas sebagai gambaran problema dalam memperoleh efektifitas dan efisien pembelajaran materi pendidikan agama, maka disini penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut melalui pendekatan teoritis dan empirik. Maka dari itu disini penulis mencoba untuk mengambil judul “Penggunaan Metode Drill Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Materi Bahasa Arab Di kelas VIII- Di MTS Kediri II. Kediri”. Dari sini diharapkan dapat menemukan pemecahannya sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang hendak di kaji dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana pelaksanaan metode drill dalam mengatasi kesulitan belajar pada materi Bahasa Arab yang diberikan pada siswa kelas kelas VIII di MTs Negeri Kediri II ?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang hendak di kaji tersebut, maka peneliti ini bertujuan untuk :
Mengetahui bagaimana pelaksanaan metode drill dalam pembelajaran materi Bahasa Arab siswa kelas kelas VIII di MTs Negeri Kediri II

D. Hipotesis
Dengan menggunakan Metode Drill materi Pendidikan Agama Islam dapatt mempermudah belajar siswa kelas VIII di MTs Negeri Kediri II khususnya dalam pembelajaran Bahasa Arab.

E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian, diharapkan dapat meberikan manfaat, antara lain :
1.                                                                                           Lembaga
Sebagai pemberi informasi tentang hasil dari penggunaan metode drill dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam khususnya Bahasa Arab, serta sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga dalam memberikan kebijakan kepada para guru dalam penyampaian materi Pendidikan Agama Islam.
2.                                                                                           Guru
Agar guru lebih mudah dalam menyampaikan materi yaitu secara praktis, efektif dan efesien dalam mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, serta untuk menambah wawasan tentang penggunaan metode pembelajaran.
3.                                                                                           Siswa
Siswa agar lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan guru serta lebih mudah dalam memotivasi kegiatan belajar materi Pendidikan Agama Islam khususnya Bahasa Arab untuk direalisasikan dalam kehidupannya..

F. Sistematika Pembahasan
BAB I     Pendahuluan, pada bab ini memaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II    Kajian Pustaka, pada bab ini memaparkan tentang pengertian, unsur-unsur, tujuan, kebaikan, kelemahan, dan penggunaan metode drill dalam pembelajaran Bahasa Arab.
BAB III Metode Penelitian, pada bab ini memaparkan tentang pendekatan dan jenis penelitian, tahapan penelitian, siklus penelitian, pembuatan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, pengecekan keabsahan data, indikator kinerja.
BAB IV Paparan Data dan Hasil Penelitian, pada bab ini memaparkan tentang lokasi penelitian dan hasil penelitian yang meliputi penyajian data-data yang diperoleh dari lapangan.
BAB V Penutup, pada bab ini memaparkan tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Pendidikan Agama Islam khususnya Bahasa Arab dalam metode pengajarannya.



















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Metode Drill
1.    Definisi Metode Drill
Sebelum mendefinisikan tentang metode drill terlebih dahulu mengetahui tentang metode mengajar itu sendiri. Metode mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk memberitahukan atau membangkitkan.[1] Oleh karena itu peranan metode pengajaran ialah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika siswa lebih aktif di bandingkan dengan gurunya. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa dan sesuai dengan kondisi pembelajaran.
Salah satu usaha yang tidak boleh ditinggalkan oleh guru adalah bagaimana guru memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Kerangka berpikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh tetapi nyata dan memang betul-betul dipikirkan oleh guru.
Dari definisi metode mengajar, maka metode drill adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.[2]
Dalam buku Nana Sudjana, metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi bersifat permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama.[3]
Dengan demikian terbentuklah pengetahuan-siap atau ketrampilan-siap yang setiap saat siap untuk di pergunakan oleh yang bersangkutan.

2.    Macam-Macam Metode Drill
Bentuk- bentuk Metode Drill dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk teknik, yaitu sebagai berikut :
a.    Teknik Inquiry (kerja kelompok)
Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok anak didik untuk bekerja sama dan memecahakan masalah dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan.
b.    Teknik Discovery (penemuan)
Dilakukan dengan melibatkan anak didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi.
c.    Teknik Micro Teaching
Digunakan untuk mempersiapkan diri anak didik sebagai calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan memperoleh nilai tambah atau pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai guru.
d.   Teknik Modul Belajar
Digunakan dengan cara mengajar anak didik melalui paket belajar berdasarkan performan (kompetensi).
e.    Teknik Belajar Mandiri
Dilakukan dengan cara menyuruh anak didik agar belajar sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.[4]

3.    Tujuan Penggunaan Metode Drill
Metode Drill biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa :
a.    Memiliki kemampuan motoris/gerak, seperti menghafalakan kata-kata, menulis, mempergunakan alat.
b.    Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan.
c.    Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan yang lain.[5]

4.    Syarat-Syarat Dalam Metode Drill
1.    Masa latihan harus menarik dan menyenangkan.
a.    Agar hasil latihan memuaskan, minat instrinsik diperlukan.
b.    Tiap-tiap langkah kemajuan yang dicapai harus jelas.
c.    Hasil latihan terbaik yang sedikit menggunakan emosi
2.    Latihan –latihan hanyalah untuk ketrampilan tindakan yang bersifat otomatik.
3.    Latihan diberikan dengan memperhitungkan kemampuan/ daya tahan murid, baik segi jiwa maupun jasmani.
4.    Adanya pengerahan dan koreksi dari guru yang melatih sehingga murid tidak perlu mengulang suatu respons yang salah.
5.    Latihan diberikan secara sistematis.
6.    Latihan lebih baik diberikan kepada perorangan karena memudahkan pengarahan dan koreksi.
7.    Latihan-latihan harus diberikan terpisah menurut bidang ilmunya.



5.    Prinsip Dan Petunjuk Menggunakan Metode Drill
a.    Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.[6]
b.    Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersikap diagnostik:
1     Pada taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang sempurna.
2     Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul.
3     Respon yang benar harus diperkuat.
4     Baru kemudian diadakan variasi, perkembangan  arti dan kontrol
c.    Masa latihan secara relativ singkat, tetapi harus sering dilakukan.
d.   Pada waktu latihan harus dilakukan proses essensial.
e.    Di dalam latihan yang pertama-tama adalah ketepatan, kecepatan dan pada akhirnya kedua-duanya harus dapat tercapai sebagai kesatuan.
f.     Latihan harus memiliki arti dalam rangka tingkah laku yang lebih luas.
1      Sebelum melaksanakan, pelajar perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan itu.
2      Ia perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna untuk kehidupan selanjutnya.
3      Ia perlu mempunyai sikap bahwa latihan-latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar.[7]

6.    Keuntungan Atau Kebaikan Metode Drill
a.    Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan lebih kokoh tertanam dalam daya ingatan murid, karena seluruh pikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.
b.    Anak didik akan dapat mempergunakan daya fikirannya dengan bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur, teliti dan mendorong daya ingatnya.
c.    Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung dari guru, memungkinkan murid untuk melakukan perbaikan kesalahan saat itu juga. Hal ini dapat menghemat waktu belajar disamping itu juga murid langsung mengetahui prestasinya.[8]

7.    Kelemahan Metode Drill dan Petunjuk Untuk Mengurangi Kelemahan-Kelemahan Tersebut
a.   Kelemahan Metode Drill
1      Latihan Yang dilakukan di bawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.
2      Tekanan yang lebih berat, yang diberikan setelah murid merasa bosan atau jengkel tidak akan menambah gairah belajar dan menimbulkan keadaan psikis berupa mogok belajar/latihan.
3      Latihan yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri murid, baik terhadap pelajaran maupun terhadap guru.
4      Latihan yangs selalu diberikan di bawah  bimbingan guru, perintah guru dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa.
5      Karena tujuan latihan adalah untuk mengkokohkan asosiasi tertentu, maka murid akan merasa asing terhadap semua struktur-struktur baru dan menimbulkan perasan tidak berdaya.[9]

b.  Petunjuk Untuk Mengurangi Kelemahan-Kelemahan Di Atas
1     Janganlah seorang guru menuntut dari murid suatu respons yang sempurna, reaksi yang tepat.
2     Jika terdapat kesulitan pada murid saat saat merespon, mereaksi, hendaknya guru segera meneliti sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan tersebut.
3     Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik bagi reaksi atau respon yang betul maupun yang salah. Hal ini perlu dilakukan agar murid dapat mengevaluasi kemajuan dari latihannya.
4     Usahakan murid memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan merespon.
5     Istilah-istilah baik berupa kata-kata maupun kalimat-kalimat yang digunakan dalam latihan hendaknya dimengerti oleh murid.[10]
B.     Kesulitan Belajar Siswa
1.  Definisi Kesulitan Belajar
Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United State of Office of Education (USEOU) pada tahun 1997 yang dikenal dengan public law, yaitu suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa uraian atau tulisan. Adapun The National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD) mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah menunjuk kepada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca menulis, dan nalar. Kesulitan belajar juga dikemukakan oleh The Board of The Association for Children and Adult with Learning Disabilities (ACALD), yaitu :
a.    Suatu kondisi yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi dan atau kemampuan verbal atau non verbal.
b.    Suatu kondisi, ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki system sensoris yang cukup dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula.
Dari beberapa definisi tersebut diatas mengemukakan bahwa anak kesulitan belajar memperoleh prestasi belajar jauh di bawah potensi yang dimilikinya. Selain itu juga beberapa definisi tersebut juga mengemukakan bahwa pengertian kesulitan belajar harus disebabkan oleh adanya gangguan fungsi neorologin.[11]

2.  Klasifikasi Kesulitan Belajar
Secara garis besar yang berhubungan dengan perkembangan (Developmental Learning Disabilities) mencakup gangguan motorik dan persepsi kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial.
a.   Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (Developmental Learning Disabilities) mencakup gangguan motorik dan persepsi kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan tersebut sulit diketahui karena tidak ada pengukuran yang sistematis dan sering tampak sebagai kesulitan yang disebabkan oleh tidak dikuasainya ketrampilan prasyarat.
b.   Kesulitan belajar akademik, menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kesulitan ini dapat diketahui ketika anak gagal menampilkan salah satu/beberapa kemampuan akademik.[12]



3.  Penyebab Kesulitan Belajar
Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Penyebab utama kesulitan belajar adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis. Sedangkan penyebab utama problema belajar adalah faktor eksternal.
Berbagai faktor yang menyebabkan disfungsi neurologis yang pada gilirannya dapat menyebabkan kesulitan belajar ;
a.     Faktor genetik.
b.     Luka pada otak karena trauma fisik.
c.     Biokimia yang hilang.
d.    Biokimia yang merusak otak.
e.     Pencemaran lingkungan.
f.      Gizi yang memadai.
g.     Pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial.
Adapun menurut Oemar Hamalik ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kesulitan belajar :
1. Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri
Faktor ini timbul dari siswa sendiri yang seringkali tidak disadari oleh siswa yang bersangkutan atau meski disadari seringkali menganggap remeh dan tidak berusaha untuk menghilangkan/ memperbaikinya, yang termasuk dalam sebab ini adalah :

a.    Siswa tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas.
b.    Siswa kurang berminat terhadap bahan pengajaran.
c.    Kesehatan siswa yang terganggu.
d.   Kebiasaan belajar yang kurang menguntungkan bagi siswa.
2. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga adalah:
a.    Masalah ekonomi dalam keluarga.
b.    Masalah disharmonis dalam keluarga.
c.    Kurangnya kontrol dalam keluarga.
d.   Faktor-faktor yang bersumber dari masyarakat
e.    Gangguan dari jenis kelamin.
a.   Terlalu aktif dalam organisasi.
b.   Tidak mempunyai teman belajar bersama untuk kesulitan belajar.[13]



BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memilih pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara lain dari pengukuran.[14]
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kegiatan pembelajaran dalam mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran.
Menurut T. Raka Joni dalam F.X Soedarsono penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu serta memperbaiki kondisi-kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.[15]
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Kediri II yang terletak di Jl. Sunan Ampel 12 Ngronggo Kediri, MTsN Kediri II merupakan salah satu Sekolah Menengah Umum yang berada di Kediri di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional.
Penelitian ini akan difokuskan pada peserta didik kelas II - 1 di MTsN Kediri II yang berjumlah 42 siswa (39 siswa muslim dan 3 siswa non muslim) pada saat mengikuti kegiatan proses belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

B. Tahapan Penelitian
1.    Perencanaan Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas ini diharapkan kita dapat mengetahui efektifitas dari penggunaan Metode Drill dalam mengatasi kesulitan belajar siswa yang khususnya materi Bahasa Arab bagi siswa kelas VIII A Di MTsN Kediri II. Sebagai upaya untuk mencapai hasil yang maksimal dan optimal sesuai dengan keinginan bersama, maka perlu dirumuskan skenario. Adapun perencanaan skenario tersebut adalah:
a.    Diskusi dengan guru pamong untuk memilih kelas yang akan diteliti.
b.    Observasi kondisi kelas II-1 MTsN Kediri II .
c.    Identifikasi permasalahan dalam proses belajar-mengajar.
d.   Menyusun langkah-langkah pembelajaran yang sistematis.
e.    Menyusun materi yang akan disampaikan.
f.     Memformulasikan metode yang sesuai.
g.    Membuat alat observasi, untuk mengetahui keaktifan dan tingkat kreatifitas dalam proses belajra-mengajar.
h.    Memakai metode yang digunakan yaitu Metode Drill.
i.      Menyusun alat evaluasi.
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 (lima) minggu yang dimulai pada hari Rabu tanggal 28 Juli 2004 dan berakhir pada tanggal 25 Agustus 2004.

2.   Pelaksanaan Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti membagi menjadi 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Adapun pelaksanaan tindakan / kegiatan-kegiatan yang direncanakan di kelas selama 5 (lima) kali pertemuan sebagai berikut:
a.    Tahap Awal
1.   Salam pembuka.
2.   Membaca ayat-ayat pilihan yang oleh peneliti.
3.   Menyampaikan tujuan pembelajaran / kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.
4.   Dalam proses belajar mengajar (Teaching Learning Proces) menerapkan Metode Drill.
b.   Tahapan Inti
1.   Peneliti mengadakan tes untuk hafalan siswa.
2.   Peneliti memberikan stimulus materi yang akan di bahas.
3.   Peneliti mebagi siswa menjadi beberapa bagian kelompok.
4.   Peneliti memberi tugas kepada masing-masing kelompok.
5.   Peneliti mengatur jalannya diskusi.
6.   Tiap kelompok harus mempresentasikan hasil diskusinya.
7.   Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.
8.   Peneliti mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
c.    Tahap Akhir
1.    Peneliti meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang di bahas.
2.    Peneliti memberi tugas untuk mempelajari bab selanjutnya dan menghaflkan tugas-tugas yang telah ditentukan.
3.    Peneliti menutup pertemuan / salam penutup

3.    Observasi dan Interpretasi
Selama proses belajar-mengajar berlangsung, peneliti melakukan   pengambilan data berupa hasil pengamatan dan hasil belajar siswa. Hasil pengamatan dicatat pada lembar pengamatan dan di dokumentasikan. Hal-hal yang dicatat antara lain :
a.     Aktivitas siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung.
b.    Out put belajar siswa yang diperoleh dari nilai tugas diskusi di kelas, keaktifan siswa, dan nilai tes ulangan harian.




4.   Analisis dan Refleksi
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.[16]
Menurut Miles dan Hubberman, tekhnik analisa data terdiri dari 3 tahap pokok, yaitu: 1) Reduksi data, 2) Paparan data, dan 3) Penarikan kesimpulan.
Reduksi data merupakan proses pemilahan data yang relevan, penting, bermakna dan data yang tidak berguna untuk menjelaskan tentang apa yang menjadi sasaran analisis. Langkah yang digunakan adalah menyederhanakan dengan membuat jalan fokus, klasifikasi dan abstraksi data kasar menjadi data yang bermakna untuk dianalisis. Data yang telah direduksi selanjutnya disajikan dengan cara mendiskripsikan dalam bentuk paparan data yang memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. Kesimpulan merupakan intisari dari analisis yang memberikan pernyataan tentang dampak dari penelitian tindakan kelas. Data hasil pengamatan dan hasil belajar siswa, setelah dianalisis dapat digunakan untuk menyusun refleksi. Refleksi merupakan kegiatan sintesis-analisis, integrasi, interpretasi dan eksplanasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan.[17]
Terkait dengan penelitian ini, maka data yang diperoleh melalui observasi di dalam kelas dianalisis untuk memastikan bahwa dengan menerapkan metode drill dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi Pendidikan Agama Islam.
Dalam menganlisis data akan digunakan prosedur dan teknik-teknik yang sesuai dengan tujuan yang ada atau yang akan dicapai. Yakni memberikan kesempatan kepada siswa untuk pengetahuan-pengetahuan yang baru didapatnya lebih berharga, karena itu merupakan hasil temuan mereka sendiri, sehingga pada akhirnya akan dapat mengatasi kesulitan belajar siswa.

C. Siklus Penelitian.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti membagi menjadi 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Hal ini sesuai dengan dua pokok bahasan, yakni bab shalat sunah (4 X 45 menit dengan 2 kali pertemuan), dan bab zikir dan do’a (4 X 45 menit dengan 2 kali pertemuan).       

D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya. Pengertian instrument atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.[18] Namun, instrument penelitian di sini dimaksudkan sebagai alat mengumpulkan data seperti tes pada penelitian kualitatif. Adapun instrumen yang dapat dijadikan sebagai penunjang lainnya adalah pengamatan dengan lembar pedoman observasi prilaku siswa di dalam kelas pada saat proses belajar-mengajar, nilai tugas dari setiap siklus dan nilai ulangan harian.

E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang akurat akan diperoleh ketika proses pengumpulan data tersebut dipersiapkan dengan matang. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data, yaitu:
1.   Metode Observasi
a)   Observasi Partisipatif
Pengamatan dapat diklafisikasikan atas pengamatan melalui cara berperan serta dan yang tidak berperan serta. Pada pengamatan tanpa peran serta pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan. Pengamatan berperan serta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya. Pengamatan dapat pula dibagi atas pengamatan terbuka dan pengamatan tertutup. Yang terbuka atau tertutup disini adalah pengamat dan latar penelitian. Pengamat secara terbuka diketahui oleh subjek, sedangkan sebaliknya para subjek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi, dan mereka menyadari bahwa ada orang yang mengamati hal yang dilakukan mereka. Sebaliknya pada pengamatan tertutup, pengamatnya beroperasi dan mengadakan pengamatan tanpa diketahui oleh para subjeknya.[19]
Terkait dengan penelitian ini, maka observasi disini maksudnya adalah observasi berpartisipatif. Cara ini digunakan agar data yang diinginkan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh peneliti. Pengamatan partisipatif maksudnya peneliti turut berpartisipasi secara langsung dan bersifat aktif dalam kegiatan subyek yang diteliti dan menjadi pengarah acara agar kedalaman dan keutuhan datanya tercapai. Sekaligus sebagai fasilitator. Pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamatinya. Dengan demikian ia dapat memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkannya, termasuk yang dirahasiakan sekalipun. Dan juga peneliti kadang-kadang mengarahkan obyek yang diteliti untuk melaksanakan tindakan yang mengarah pada data yang ingin diperoleh peneliti.
b)   Observasi Aktivitas Kelas
Merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya dalam proses belajar-mengajar maupun dalam model pembelajaran apapun. Sehingga, peneliti memperoleh gambaran suasana kelas dan peneliti dapat melihat secara langsung tingkah laku siswa, kerjasama serta komunikasi diantara siswa dalam proses belajar-mengajar.
Terkait dengan penelitian ini, maka observasi disini maksudnya adalah observasi aktivitas kelas yang dilaksanakan oleh peneliti dan siswa yang diteliti ketika peneliti mengajar dikelas yang menggunakan Metode Drill. Observasi secara langsung yang dilakukan peneliti ini agar memperoleh data-data yang berguna bagi penelitiannya.

2.   Pengukuran Test Hasil Belajar
Data yang telah diperoleh dilapangan akan dikomparasikan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi prilaku siswa, out put dari data evaluasi  tugas, nilai ulangan harian, juga melihat dari keaktifan obyeknya.
Untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data, dan data yang diperoleh tidak hilang maka peneliti melakukan perekaman dengan cara membuat catatan dari hasil yang telah diperoleh selama proses penelitian. Teknik perekaman yang dilakukan adalah dengan membuat catatan-catatan pada lembar pedoman observasi prilaku siswa berdasarkan perkembangan siswa setiap siklus, yakni siklus I dan siklus II.

F. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk pengecekan keabsahan data dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.[20]
Terkait dengan penelitian ini, maka data yang dijadikan perbandingan adalah lembar pedoman observasi prilaku siswa, hasil dari nilai tugas (siklus I dan siklus II), keaktifan siswa, dan nilai ulangan harian. 

G. Indikator Kinerja
Sebagai tolak ukurnya, penelitian ini yang dilaksanakan selama 5 kali pertemuan pada saat proses belajar-mengajar dengan observasi di dalam kelas sudah cukup untuk menilai apakah penggunaan metode Drill dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MTsN Kediri II dapat mengatasi kesulitan belajar siswa. Hal tersebut dapat kita lihat dari catatan pada lembar observasi prilaku siswa pada saat mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar, nilai tugas dan tes ulangan harian.







BAB IV
PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
??????????????????

A.  Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Kediri II  yang terletak di Jl. Sunan Ampel 12 Ngronggo.Kediri, MTsN Kediri II merupakan salah satu Sekolah Menengah Umum yang berada di Batu di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. MTsN Kediri II merupakan sekolah yang favorit. MTsN Kediri II didukung oleh sumber daya manusia yang cukup memadai dan profesional, dimana MTsN Kediri II , memiliki 54 pendidik/guru yang tetap, 9 pendidik/guru yang tidak tetap, 3 pegawai tetap dan 10 pegawai tidak tetap. Jadi jumlah seluruh pendidik di MTsN Kediri II,  berjumlah 76 dengan kepala sekolah. Pegawai di MTsN Kediri II  sebagian besar mereka adalah lulusan berpendidikan yang tinggi.
Dan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, MTsN Kediri II menyediakan berbagai macam fasilitas yang mendukung proses pendidikan, diantaranya adalah ruang belajar (kelas) yang berjumlah 26 kelas, yitu 9 ruang untuk kelas satu, 9 ruang untuk kelas dua, dan 8 ruang untuk kelas tiga. MTsN Kediri II juga dilengkapi dengan laboratorium komputer, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, laboratorium IPS, perpustakaan, musholla, ruang guru, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, ruang BP, ruang kesenian, organisasi kesiswaan seperti OSIS, UKS, Koperasi Sekolah, Pramuka, PMR, ruang olah raga, dan kamar mandi.
Penelitian ini akan difokuskan pada peserta didik kelas II - 1 di MTsN Kediri II MTsN Kediri II yang berjumlah 42 siswa pada saat mengikuti kegiatan proses belajar-mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini dilaksanakan oleh guru praktekan selaku penulis laporan ini. Penelti mencoba menerapkan metode yang dianggap mampu untuk mengatasi permasalahan dalam mengatasi kesulitan belajar. Salah satu metode pengajarannya adalah dengan menerapkan metode drill. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengubah system pengajaran Pendidikan Agama Islam yang selama ini monoton menjadi menarik dan diminati oleh siswa.

B.   Hasil Penelitian
Uraian berikut adalah salah satu upaya untuk mendeskripsikan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. Dengan demikian kita akan mengetahui bahwa penggunaan metode drill dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat mengatasi kesulitan belajar siswa kelas II-1 di MTsN Kediri II MTsN Kediri II.
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 28 Juli 2004 sampai dengan tanggal 25 Agustus 2004 selama 5 kali pertemuan, tiap hari sabtu jam 3-4 di kelas II-1. Dengan demikian, praktek untuk mengajar yang dilakukan peneliti hanya berlangsung 5 kali pertemuan (1 pertemuan, observasi kelas, dan 4 pertemuan untuk praktek mengajar) dengan 2 pokok bahasan yaitu bab shalat sunah (4 X 45 menit dengan 2 kali pertemuan), dan bab zikir dan do’a (4 X45 pertemuan dengan 2 kali pertemuan). 
1. Siklus Pertama
a.   Rencana Tindakan Siklus I
Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan optimal, peneliti menerapkan metode drill sebagai metode yang dapat melibatkan antara guru dan siswa dan dapat berperan aktif dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Karena jika hanya menggunakan metode-metode klasik seperti metode ceramah ataupun yang lainnya dirasakan kurang tepat jika diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kelas II-1.
Siklus ini terdiri dari satu pokok bahasan, yaitu bab shalat sunah (4 X 45 menit dengan 2 kali pertemuan). Sebelum pelaksanaan metode drill pada siklus I, peneliti melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu:
a.    Membuat rencana pembelajaran. 
b.    Membagi materi BAB II (Shalat Sunah) menjadi 5 bagian, yaitu:
1)     Shalat dhuha
2)     Shalat gerhana matahari dan bulan
3)     Shalat istikharah
4)     Shalat hajat
5)     Shalat istisqa’
c.    Peneliti membagai siswa kelas II-1 menjadi 5 kelompok sekaligus memberi tugas masing-masing kelompok..
d.   Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambila alat observasi guna mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.

b.  Pelaksanaan Siklus I
Setelah diputuskan menggunakan metode drill siswa kelas II-1, maka tahapan pembelajaran sesuai dengan tahapan dalam metode drill. Adapun penelitian ini mulai dilaksanakan pada tanggal 04 Agustus 2004 yang proses pembelajarannya berlangsung selama 2 X 45 menit, yang meliputi:
Pertemuan I : 2 X 45 menit (Rabu, 04 Agustus 2004)
1.   Tahap Awal
a.    Salam pembuka (assalamu’alaikum Wr. Wb.)
b.    Membaca Al-Qur’an sesuai dengan topik bahasan.
c.    Presensi siswa.
2.   Tahap Inti
Pre Activity
a.    Peneliti/ guru memberikan stimulus materi BAB II (Shalat-Shalat Sunah)
b.    Peneliti/ guru membagi siswa menjadi 5 kelompok.
c.    Peneliti/ guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok.
Whilst Activity
a.   Peneliti/ guru memberikan instruksi untuk membaca dan menghafal do’a sholat dhuha serta menulisnya dalam waktu beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang disesuaikan dengan materi BAB II serta mempresentasikannya.
b.  Peneliti/ guru mengatur jalannya diskusi.
c.   Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.
Post Activity
a.     Peneliti/ guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama diskusi.
b.    Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada.
3.   Tahap Akhir
a.    Peneliti/ guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
b.   Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya.
c.    Peneliti/ guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya.
d.   Peneliti/ guru memberi tugas untuk menulis kembali do’a shalat dhuha.
e.    Peneliti/ guru menutup pertemuan / salam penutup.

Pertemuan II : 2 X 45 menit (Rabu, 11 Agustus 2004)
1.    Tahap Awal
a.    Salam pembuka (assalamu’alaikum Wr. Wb.)
b.   Membaca Al-Qur’an sesuai dengan topik bahasan.
c.    Membaca do’a shalat dhuha.
d.   Presensi siswa.
e.    Peneliti/ guru mengadakan tes untuk hafalan siswa.
f.    Peneliti/ guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar.
2.    Tahap Inti
Pre Activity
Peneliti/ guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar materi sebelumnya.
Whilst Activity
a.     Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang belum presentasi.
b.     Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.
c.     Peneliti/ guru membuka session untuk tanya jawab dengan para siswa.
d.    Peneliti/ guru mengatu jalannya diskusi.
Post Activity
a.     Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada.
b.    Peneliti/ guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.
c.     Peneliti/ guru menjelaskan secara detail materi BAB II.
3.    Tahap Akhir
a.     Peneliti/ guru memberi kesempatan kepada siswa untuk betanya.
b.    Peneliti/ guru menyuruh kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c.     Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya.
d.    Peneliti/ guru menutup pertemuan / salam penutup.

c.   Observasi Siklus I
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti di sini selain bertindak sebagai guru, peneliti juga bertindak sebagai observer yang mencatat lembar pengamatan pada lembar observasi prilaku siswa. Hasil pengamatan pada tahap I, kegiatan siswa sudah cukup bagus, siswa terlihat lebih antusias dalam memperhatikan pelajaran, karena pelajaran yang didapatkan akan lebih menyenangkan dari biasanya.
Memasuki tahapan II, siswa lebih antusias dan lebih aktif dalam belajarnya, hal ini terlihat dari kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Mayoritas siswa dapat membaca  do’a sholat dhuha serta bersemangat dalam mendemonstrasikannya. Namun ada sebagian kecil siswa yang sedikit dapat membaca bacaan do’a sholat dhuha dan siswa sangat aktif untuk bertanya.
Setelah siswa mendapatkan metode drill, siswa diberi soal post test untuk mengetahui tingkat kefahaman siswa dalam menerima pelajaran yang telah disampaikan. (lampiran nilai)



d.  Refeleksi Siklus I
Tujuan peneliti menerapkan metode drill semula adalah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa, agar metode-metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dirasakan efektif oleh siswa. Khususnya pada kelas II-1 MTsN Kediri II, yang mana hal ini tidak terlepas dari kebiasaan siswa dalam belajar yang dialaminya selama ini. Untuk menyikapi kenyataan diatas, maka diambil langkah-langkah:
1      Memperhatikan peningkatan siswa yang berminat menulis lafal-lafal apapun (Al-Qur’an, Al-Hadits) serta hafalan bacaan-bacaannya, maka perlu diberikan metode drill yang lebih efektif dan efisien, yaitu dimulai dengan tahapan drill untuk membaca terlebih dahulu.
2      Sebagian kecil siswa yang kurang hafal bacaan-bacaan dzikir dan do’a masih merasa kesulitan untuk membaca, menulis, maka harus diberikan waktu tersendiri untuk melakukan drill.

2. Siklus Kedua
a.    Rencana Tindakan Siklus II
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran, peneliti memilih menggunakan metodr drill yang nantinya akan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sebelum pelaksanaan metode drill pada siklus II, peneliti melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu:
a.    Membuat rencana pembelajaran.
b.    Membagi materi BAB III (Zikir dan Do’a) menjadi 5 bagian, yaitu:
1)   Pengertian, dan fungsi zikir.
2)   Adab, dan lafal zikir.
3)   Pengertian, dan fungsi do’a.
4)   Kedudukan, dan adab berdo’a.
5)   Fadilat zikir dan do’a.
c.    Peneliti/ guru membagai siswa kelas II-1 menjadi 5 kelompok sekaligus memberi tugas masing-masing kelompok..
d.   Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambila alat observasi guna mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.

b.  Pelaksanaan Siklus II
Dengan tetap menggunakan metode drill maka tahapan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertemuan I : 2 X 45 menit (Rabu, 18 Agustus 2004)
1.    Tahap Awal
a.    Salam pembuka (assalamu’alaikum Wr. Wb.)
b.    Mebaca Al-Qur’an sesuai dengan topik bahasan..
c.    Membaca do’a shalat dhuha.
d.   Presensi siswa.
e.    Peneliti/ guru mengadakan tes untuk hafalan siswa.
f.     Peneliti/ guru menjeaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar.
2.    Tahap Inti
Pre Activity
a.    Peneliti/ guru memberikan stimulus materi BAB III (Zikir dan Do’a)
b.    Peneliti/ guru membagi siswa menjadi 5 kelompok.
c.    Peneliti/ guru memberi tugas kepada masing-masing kelompok.
Whilst Activity
a.    Peneliti/ guru memberikan instruksi untuk membaca dan menghafal lafal-lafal zikir dan do’a dalam waktu beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang disesuaikan dengan materi BAB III serta mempresentasikannya.
b.    Peneliti/ guru mengatur jalannya diskusi.
c.    Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.
Post Activity
a.    Peneliti/ guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.
b.    Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada.
3.    Tahap Akhir
a.    Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
b.    Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya.
c.    Peneliti/ guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya.
d.   Peneliti/ guru memberikan tugas untuk menulis kembali bacaan-bacaan zikir dan do’a yang ada di buku paket.
e.    Peneliti/ guru menutup pertemuan/ salam penutup.

Pertemuan II : 2 X 45 menit (Rabu, 28 Agustus 2004)
1.   Tahap Awal
a.    Salam pembuka (assalamu’alaikum Wr. Wb.)
b.    Membaca Al-Qur’an sesuai dengan topik bahasan.
c.    Membaca do’a shalat dhuha.
d.   Presensi siswa.
e.    Peneliti/ guru mengadakan tes untuk hafalan siswa.
f.     Peneliti/ guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar.
2.   Tahap Inti
Pre Activity
Peneliti/ guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar materi sebelumnya.
Whilst Activity
a.    Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang belum presentasi.
b.    Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk menyanggah ataupun yang lainnya.
c.    Peneliti/ guru membuka session untuk tanya jawab dengan para siswa.
Post Activity
a.    Peneliti/ guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada.
b.    Peneliti/ gruru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.
c.    Peneliti/ guru menjelaskan secara detail materi BAB III.
3.   Tahap Akhir
a.    Peneliti/ guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
b.   Peneliti/ guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya.
c.    Peneliti/ guru menutup pertemuan/ salam penutup.

c.   Observasi Siklus II
Setelah diadakan perbaikan-perbaikan terhadap hasil yang didapat pada siklus I. kegiatan siswa dalam proses belajar-mengajar lebih bagus lagi, karena ada kemajuan bagi kelompok yang belum presentasi. Dari hasil pengamatan, diperoleh bahwa siswa cukup antusias dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar, dan siswa bertambah aktif untuk bertanya. Dan juga siswa mengalami peningkatan dalam ketepatan dan kecepatan menghafal lafal-lafal Al-Qur’an/ Al-Hadits.
Dalam peningkatan prestasi belajar siswa yang merupakan hasil akhir dari pembelajaran metode drill, yaitu dapat dilihat pada hasil nilai akhir ulangan harian siswa.

d.  Refleksi Siklus II
Dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dengan menggunakan metode drill, maka tujuan pembelajaran yaitu untuk dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan siswa untuk lebih aktif, kreatif dalam proses belajar-mengajar.
Dari hasil observasi pada siklus II, maka langkah yang akan diambil:
a.     Pemahaman dan ketaatan siswa menunjukkan bahwa metode drill harus terus diterapkan kepada siswa untuk lebih mudah dimengerti secara mendalam makna yang terkandung dalam materi yang disampaikan.
b.    Menjaga agar kualitas belajar yang sudah berjalan berkembang lebih baik dan tetap terpelihara.








BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dalam bab ini, penulis mencoba menyimpulkan beberapa hal dari papara data yang ada, diantaranya adalah :
1      Berdasarkan hasil penelitian, metode drill dengan berbagai bentuknya dapat membantu siswa untuk lebih mudah belajar mata pelajaran PAI khususnya untuk materi yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Hal ini terbukti dengan kelancaran, kefasihan siswa membaca lafadz-lafadz tersebut, menulis dan menghafalnya. Bahkan proses kegiatan belajar siswa dapat lebih efisien.
2      Pelaksanaan metode drill dalam rangka untuk menghadapi kesulitan belajar siswa dilakukan setiap kali proses kegiatan belajar mengajar. Tidak bergantung pada bahasan materi pendidikan agama saja, tetapi pada pokok bahasan yang lain pun dilakukan pemberian drill dengan menampilkan dalil-dalil yang berkaitan dengan bahasan tersebut. Bentuk drill yang mereka peroleh adalah dengan membaca lafadz-lafadz arab dan menulisnya, bahkan untuk lebih efektif diberikan kepada mereka tugas-tugas rumah seperti menyalin lafadz-lafadz tersebut dibuku lain dengan tulisan yang lebih baik. Kemudian untuk hafalan dilakukan prakatek didepan kelas pada pertemuan selanjutnya begitu seterusnya.

B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang perlu penulis sampaikan, antara lain :
1      Bagi guru yang berfungsi sebagai pengajar sekaligus pendidik atau bagi pihak-pihak lain yang melakukan proses pembelajaran, sebaiknya metode drill secara kontinyu tetap diaplikasikan dalam kegiatan khususnya untuk materi Pendidikan Agama Islam yaitu pada bahasan materi pendidikan agama, mengingat metode tersebut sangat relevan untuk menggembleng siswa agar mampu membaca, menulis, dan menghafal lafal arab. Namun juga tidak menutup kemungkinan, bagi guru untuk menggunakan metode-metode mengajar yang dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi belajar mengajar di kelas.
2      Profesionalitas dari seorang dalam mengajar dan mendidik menjadi faktor pendukung keberhasilan siswa. Maka hendaklah mampu bagi guru menguasai materi juga segala teknik mengajar sehingga ketika mengalami kendala akan dapat dicarikan jalan keluarnya sebagai alternatif lain.




[1] Abu, Ahmad. 1986. Metode Khusus Pendidikan Agama. Bandung: CV Amrico, hal: 152
[2] Abu, Ahmad. Ibid, hal: 125
[3] Nana, Sudjana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.  Bandung: Sinar Baru, hal: 86
[4] Muhaimin, Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya, hal: 226-228
[5] Roestiyah, NK. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara, hal: 125
[6] Nana, Sudjana. Op. Cit, hal: 87
[7] Winarno, Surakhmad. 1994. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar.  Bandung: Tarsito, hal: 92
[8]Jusup, Djajadisastra. Op. Cit, hal: 65
[9] Ibid, hal: 66-67
[10] Ibid, hal: 67-69
[11] Abdurrahman Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.  Jakarta: Rineka Cipta, hal: 6-8
[12] Ibid, hal: 11-12
[13]Oemar, Hamalik. 1983. Metode Belajar dan Kesulitan Belaja.  Bandung. Tarsito, hal: 112
[14] Anselm,dkk, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (Prosedur, Tehnik danTeori Grounded), 1997. Penyadur Junaidi Ghony, P T Bina Ilmu, hlm. 11
[15] Soedarsono, F.X, AplikasiPenelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional, hlm. 2
[16] lexi, Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal: 103
[17] Miles dan Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, hal: 1
[18] Lexi, Moleong. Op. Cit, hal: 121
[19] Ibid,  hal: 126-127
[20] Ibid, hal: 178