Rabu, 15 Oktober 2014

"I Know What You Did Yesterday!"

  Belasan tahun yang lalu Hollywood memproduksi film "I Know What You Did Last Summer"
Film horor inipun langsung menjadi boxoffice pada saat itu.

  Film ini menceritakan tetang sekelompok remaja yang tidak sengaja menabrak pejalan kaki yang tengah melintas pada malam hari. Ia pun tewas di tempat. Faktor keteledoran dari remaja yang terlalu banyak bercanda di dalam mobil menjadi faktor utama terjadinya tabrakan tsb.

  Mereka akhirnya membuang mayat korban tersebut ke dalam jurang. Semusim berlalu mereka hampir melupakan peristiwa tersebut, tiba-tiba datanglah teror dari orang yang dikenal, dengan pesan :

"I Know What You Did Last Summer!"

  Dalam rangka kepedulian kita terhadap sesama dan mengingatkan para pelanggar tata tertib di manapun kapanpun denga segala macam pelanggarannya,pelaku mesum misalnya, film di atas memberikan kita inspirasi.

"I Know What You Did Yesterday/last Week In This Class!" 

  Kalimat di atas bisa jadi cukup membuat pelaku berpikir ulang untuk melakukan pelanggaran di waktu dan tempat yang sama.

  Sekali lagi ini adalah sebuah usaha tuk menunjukkan kepedulian. Sebuah tindakan kontrol sosial yang sebenarnya urgen dilaksanakan oleh banyak orang di tengah masayarakat yang makin individualis.

"Lets Do The Terror,Lets Do it!"

Strategi Tukar Soal

  Strategi tukar soal cukup berhasil diterapkan setidaknya sejak 1dasawarsa terakhir oleh siswa/i kita. Pengawasan yang sangat longgar oleh guru-guru menambah tinggi prosentase keberhasilan mencontek dengan strategi ini.

  Proses pengolahan nilai yang dinilai amburadul seharusnya dapat dibenahi bersama-sama, sehingga tidak ada menjadi alasan :

"Toh pada akhirnya olah nilai amburadul dan menghasilkan nilai sampah",

  yang disadari atau tidak mengenyampingkan proses pendidikan kejujuran.Sebagaimana jika Kepala Sekolah melakukan korupsi, kitapun berhenti mengajarkan kejujuran dan penegakan hukum.

  Nah, mari kita ingat kembali, bahwa pendidikan kejujuran di level SMP masih sangat bergantung pada pembiasaan.Tak dapat dipungkiri proses pembiasaan menempati porsi yang sangat besar guna membentuk karakter yang baik.

  Jadi, jika kita biarkan anak-anak mencontek, artinya kita ajarkan mereka kebebasan tanpa batas, kita ajarkan mereka ketidakjujuran, kita ajarkan ketidakpedulian, kita ajarkan mereka ketidakpercayaa diri, kita ajarkan mereka ketergantungan/mengemis, kita tuntut hasil bukan prosesnya.

Disini penulis menawarkan "STS VS TNPS"

  "STS" Strategi Tukar Soal VS Tulis Nama Pada Soal. Salah satu cara mengontrol mereka agar tidak begitu mudahnya menukar soal dan jawaban yang ada di dalamnya.

  Caranya,(1). cukup tulis inisial nama siswa/i di pojok soal jika perlu kita sendiri yang menulisnya.

(2).Cek soal, jika ada siswa/i yang terlihat menukarnya/dicurigai menukarnya.

(3).Tukar kembali soal sesuai nama pemiliknya.

Sederhanakan?, Semoga bermanfaat.Amin

Selasa, 14 Oktober 2014

"Bapak Emang Siapa maksa-maksa...?"

Bapak Emang Siapa....?


"gimana nis,dah mulai nulis belum?"

   Tanya pak guru pada Nisa.Nisa salah seorang siswi yang hobi membaca. Ia dan kakaknya punya banyak sekali koleksi buku bacaan.
   Sinyal positif bagi seorang guru. Adalah tugas guru menemukan dan mengarahkan agar ia dapat berkembang dan menjadi orang-orang yang hebat.Menjadi penulis misalnya. Sederhana saja, banyak baca, banyak ide, banyak modal tuk menulis.Impian seorang guru melahirkan seorang penulis hebat.

"enggak ah pak,gak mau"

"Pokoknya saya tunggu ya karya kamu, saya tagih terus deh"

 Pak guru kembali meminta Nisa untuk memulai menuangkan wawasan luasnya yang didapat dari banyak buku bacaan.

"Apaan sih pak, enggak ah"

"Emang bapak, emang bapak siapa sih?,Orangtuanya juga enggak pernah memaksanyanya untuk nulis.Orang tuh gak mau dipaksa-paksa".

   Cutky teman setianyapun segera membela Nisa dengan serangan pertanyaan yang bertubi-tubi. Pak guru terlihat kewalahan. Cutky terlihat sangat emosi melihat temannya di desak dengan tugas menulis dari guru yang tidak mengajarnya Bahasa Indonesia. Padahal jika ia berwawasan luas ia akan tahu semua guru bertugas menemukan dan mengembangkan potensi peserta didiknya.

   Pak guru terdiam. Ia merasa cukup terpukul dengan ketidak terimaan Cutky dengan nada yang kurang santun.Ia tidak mau terpancing dengan emosi.Sesaat kemudian barulah ia menjawab  :

"Nisa,Cutky,suatu hal yang positif memang harus dipaksakan, jika tidak kita akan selalu kalah dengan hal-hal negatif yang memanjakan dan membuat kita terlena dan biasa-biasa saja. Ya sudah lah, suatu saat kalian akan mengerti.Memang belum waktunya Nisa dan Cutky memahami

   Semoga keduanya dapat segera menemukan potensi dan mengembangkannya secara maksimal. Nisa di bidang tulisan dan Cutky sebagai atlet basket.Amin.

Syahwathu Akbar!

Syahwathu Akbar!

   Remaja 12tahun itu masih resah menemani pacarnya di ujung gang, 10 meter dari tempat mereka berdiri adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an yang pernah mengajarinya berakhlak mulia menjauhi Akhlaq tercela.

   15meter dari mereka adalah Madrasah Ibtidaiyyah yang membantu orangtua membimbing menjadi anak soleh/solehah selama tidak kurang dari lima tahun.

  Sekarang mereka dipaksa melupakan semua proses belajar tahunan tersebut atas nama hasrat yang tak terkendali. Simbol-simbol pendidikan bahkan agama tak lagi dihormati. Ya, di kampung mereka sendiri. Nilai-nilai luhur agama dan budaya Indonesia yang ajarkan etika bergaul dikalahkan oleh faham liberalism.

Ketika syahwat menjadi Tuhan
Ketika Syahwathu Akbar
Ketika Kita adalah korban dari sebuah system yang bobrok
Ketika remaja menjadi korban video porno dan tayangan lain yang destruktif

Rasanya cukup tepat jika kita menyapa dan peluk hati mereka dengan rasa cinta dan kepedulian.

“Sha, ajak aja ke dalam”

(maksudnya, biar orang tua kenal dengan pasangannya).
Ini adalah proses awal yang baik komunikasi orang tua dengan anaknya.Setidaknya sebagai tetangga yang baik telah memberikan control social. 

 Cacian dan makian hampir dipastikan akan membuat mereka benci dan dendam. Perlu banyak kesabaran untuk merangkul mereka yang rapuh jiwanya. Sekali lagi mereka bahkan kita adalah korban ketidakpedulian/sistem yang bobrok/tayangan destruktif yang memaksa salurkan syahwat kapanpun dimanapun.
Semoga masih selalu ada harapan bagi generasi anak cucu kita untuk bangkit menjadi generasi yang tangguh.Semoga.

aku yang cantik

Aku Yang Cantik

Aku yang tidak cantik dicium pacar di kelas
Aku yang tak mancung tak tahu kalau aku tak cantik
Aku yang merasa cantik anggap ciuman dan rabaan itu cinta

Aku yang merasa cantik anggap wajar
Aku yang merasa cantik kultuskan hak asasi manusia 
Aku yang merasa benar tak mau tahu apa kata orang lain
Aku yang dirangsang tak tahu banyak hal
  
Aku yang terangsang tak peduli lampiaskan kapanpun dimanapun
Aku yang merasa cantik tak tahu dihargai
Aku yang merasa cantik anggap perempuan itu disuka, dicinta,digoda, dimanfaatkan,
Dieksploitasi ,diperkosa, dinodai,disakiti,ditinggalkan,bahkan dibunuh

Setuju?

Kamis, 09 Oktober 2014

"enakan gak salat"

“Enakan gak salat”



   Hari menjelang sore. Sudah lebih dari 6jam mereka berada di sekolah. Wajah-wajah kusut menghiasi ruangan OSIS. Mereka berenam belum dapat pulang, padahal sebagian mereka mempunyai rencana untuk nonton bareng.

 Maklumlah BPH OSIS adalah yang paling diandalkan diantara anggota-anggota lainnya. Meski ada BPH yang berhasil kabur, mereka tertahan di ruang yang membosankan itu menunggu para mustahik yang belum kunjung datang padahal waktu tersisa sepuluh menit lagi.

“salat dulu yuk, belum salat nih”

“dimana”

“di sini aja”

“gak enak ah, enakan di musholla”

“enakan di masjid lagi”

“enakan gak salat,hehehe,…. ups ada bapak”

   Pak guru pun hanya tersenyum mendengarnya. Ia sadar bahwa enaknya (nikmatnya salat) bukanlah suatu yang mudah dilakukan oleh orang dewasa sekalipun, terlebih anak-anak.Perlu usaha dan latihan yang keras untuk bisa menikmati salat. Di usianya yang berkepala 3 ia bahkan baru beberapa kali saja merasakan nikmatnya salat.

   Terancang di kepalanya rencana berdiskusi dengan anak tersebut tentang nikmatnya salat yang harus dilatih sejak kecil, jika waktu luang. 

“Kalo bisa menikmati salat sejak kecil, kenapa harus menunggu tua?”

   Salat dengan segala keutamaannya pasti akan membentuk insan kamil (manusia sempurna) yang akan mengubah masa depan bangsa dan Negara ini menjadi lebih baik. “Setuju?”



Selasa, 07 Oktober 2014

"ANG" NOT "GUN"

Bismillahirrahmanirrahim.

  Nyaris tak ada yang kutulis di bulan September 2014. Tak ada.Indikasi tidak lagi produktif.Sampai pada sore hari ini,yang paling mudah kutulis adalah :

"Kenapa ya banyak orang memanggilku gun?"

  Pertanyaan yang spontan ditanyakan seorang aktifis kepada teman2nya.Entah apa yang dipikirkannya sehingga ia lontarkan pertanyaan tersebut.

  Bisa jadi bosan dengan panggilan "gun" yang dapat berarti potongan nama "Gunawan",hehehe.

  Teman-temanpun berpikir dan mulai memanggilnya "Ang" yang sebenarnya tidak lebih cocok untuk seorang perempuan.

  "Ang"dapat berarti potongan dari nama laki-laki"Angga".Sepertinya juga masuk akal untuk perempuan yang maskulin sepertinya.

  "Ang" dapat berarti panggilan/sapaan orang yang cukup dewasa dalam bahasa sunda.

 "Ang" juga dapat berarti "Anggur" yang manis asam sebagaimana halnya ia terkadang memberi pernyataan dan jawaban/respons yang kecut.

  Teman-temanpun semakin iseng sejak pertanyaan itu dilontarkan.Sejak itu mereka terus memanggil "ANG-ANG-ANG"

  Ampun usilnya teman-teman. Romantisme usil-usilan,pertanyaan spontan,respons tidak menerima, menganggap dirinya telah cukup dewasa adalah ciri-ciri remaja.Adalah proses pendewasaan yang suatu ketika indah tuk dikenang.
"PLEASE CALL ME "ANG" NOT "GUN"!"