Selasa, 24 Maret 2015

pak guru juga pacaran kan?



"Susi!"

  Tegur pak guru saat sedang bermesraan di dalam kelas dengan pacarnya. Di kepalanya penuh kekhawatiran generasi selanjutnya akan menjadi Lost generation- yang hobi free love, free sex ujung-ujungnya MADESU (Masa Depan Suram)

  Yakin sekali ia pacaran berdampak negatif pada siswa/inya. Di saat remaja-remaja berprestasi lainnya sibuk mempersiapkan diri menyambut era persaingan yang semakin berat dengan segudang kegiatan positif pendukung karir, siswa/inya malah sibuk pacaran tanpa pernah menunjukkan progress yang signifikan dalam belajar.

"Alaaaah, kayak gak pernah muda aja pak, emang bapak gak pernah pacaran?, pernah kan?, emang pegang tangan?,gak pernah pelukan?,gak pernah ciuman?"

  Belum lagi pak guru menjawab pertanyaan lain telah memberondongnya. Bingung sekali menjawab pertanyaan ini. Menjawab pertanyaan dari pasangan yang terlanjur merasakan nikmat yang belum seharusnya dirasakan (sex oriented). 

  Buta mata hati takkan dapat melihat kebenaran akibat terlalu banyak dosa ditabungnya. Pak guru juga bingung haruskah jujur ia pun pernah pacaran saat kuliah dulu.

  Pak guru masih sibuk membuat perbedaan antara ia dan pasangan tersebut di otaknya. Baginya pacarannya tetap berbeda meski sama-sama menggunakan hasrat. 

  Beda umur, beda kesiapan, beda tanggungan. Jika pacaran waktu kuliah, tak begitu lama lah waktu menunggu hingga menikah dibanding anak smp yang telah terlanjur membuncah hasratnya dan bingung mencari penyaluran. Berapa tahun lamanya  ia harus ia tanggung hasrat yang mendesak hingga menikah nanti. Bukankah sebuah Mission Imposible?

   Pak guru masih terus berpikir. Baginya saat SMP adalah usia emas bertumbuh dan berkembang. Seakan membuktikan ia cukup bekerja keras melahap rumus-rumus fisika saat  SMP dan SMA. Atas kerja keras ini, ia berikan kesempatan dirinya saat kuliah merasakan pacaran. Jadilah ia guru fisika seperti sekarang ini.

"Berakit-rakit ke hulu berenang renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian".

Pak guru menjawab dengan peribahasa yang telah belasan tahun tak diajarkan guru Bahasa Indonesia.

"Duh, bapak gak usah mengalihkan pembicaraan deh, bapak pernah kan pacaran?"

"Ya, pernah sih, waktu kuliah"

Dengan nada inferior akhirnya pak gurupun mengaku. Bendera putih ia kibarkan di hidungnya, lalu kembali merancang strategi lain untuk menjawab pertanyaan siswinya dengan memuaskan.

"Ya, sama dong pacaran juga namanya, pegang tangan, pelukan dan ciuman kan?"

  Kali ini lebih spesifik melucuti satu persatu seragam kebesaran seorang guru. Ingin sekali ia menelanjangi guru yang ia anggap munafik di hadapan teman-teman.

"Waduh, sus, kalo pertanyaan itu tak etis di jawab"

"Udahlah, jawab aja, jangan-jangan pak guru malah lebih parah dibanding kita?,haha.."

  Susulnya, merasa di atas angin. Pak guru semakin tersudut. Harga dirinya bagai telur di atas tanduk. Begitu berbedanya tatakrama siswa/i yang dihadapinya dibanding saat ia sekolah dulu. Ia dituntut cepat dan cerdas menjawab tantangan seperti ini.

  Bagi para siswa berkasus semua orang tua dan guru pastilah juga pernah berbuat tak senonoh di kala muda dulu lalu berubah drastis pasca menikah.

" Kalo sama apa untung dan ruginya buat kamu?"

Pak guru sekarang angkat bicara.

"Jika bapak sama dengan kalian bahkan lebih parah lihatlah bapak kini. Banyakkah yang bisa bapak banggakan di hadapan kalian seperti halnya teman-teman bapak yang telah menjadi orang-oramg penting di sana?, Bapak hanyalah seorang guru yang biasa-biasa saja karena berjuang biasa-biasa saja saat kuliah dan memutuskan pacaran padahal perjuangan belum usai"

  "Terakhir bapak ingin terus mengajak -Mari lakukan sesuatu yang berbeda agar mendapat hasil yang berbeda. Orang bodoh adalah orang yang mengharap hasil yang berbeda dengan melakukan hal yang sama".

  Pak guru pun segera meninggalkan pasangan tersebut. Keduanya diam entah paham atau tidak dengan kalimat terakhir yang dikatakan pak guru. Kelaspun kembali riuh menyambut kekalahan pak guru dan kemenangan temannya menurut mereka.


Senin, 23 Maret 2015

foto cium pacar

foto cium pacar
buat hati gusar
nyaris semua nyasar
tak punya dasar

foto cium pacar
harusnya dipagar
agar tak melanggar
bukan hingar bingar

 anggap lumrah
 meski penuh desah
 pajang di media olah
 dosa tutup hati yang salah


katakan romantis
biar yang lain menangis
biarkan iri teriris
demikianlah bengis

harga sebuah cium
semurah air mineral diminum
harga sebuah peluk
hanya sekaleng kerupuk

harga sebuah desah
tak ingat jasa ayah
harga sebuah gelinjang
tak peduli ibu berhutang

Kitakah pelaku?
Tak usah orang tau
Hanya kau dan Tuhanmu
Demikian makna privacy jika belum tau

Tidakkah indah
Jika jadi hadiah
Kelak setelah
Ijab kabul diserah

Bang Rese' dan Akad Nikah

  Foto pasangan muda dengan keponakan kecilnya itu diupload bertuliskan doa. Layaknya Istri yang sedang mencium buah hatinya menunggu kedangan suami tercinta.

"Hati-hati ayah. Semoga ayah dapat menjadi suami yang saleh. Bunda sayang ayah. Bunda cinta ayah"

  Setelah  tiga kali ia share foto tersebut ke publik, barulah ia mendapat "jempol/like" seperti yang ia harapkan. Bang Rese' yang kenal pasangan tersebutpun memberi komentarnya.

"Alhamdulillah dah kalo dah resmi, maaf ane kagak dateng waktu akad ye"

  Dasar bang Rese', padahal ia tahu benar akadnya memang belum terselenggara. Sebagai playboy insaf Bang Rese' merasa perlu memberi pelajaran pada generasi penerusnya. Semenjak tobat Bang Rese' banyak belajar tentang Islam.

  Komen Bang Rese' belum lagi dibalas. Bang Rese' geregetan, kembali ia tambah komentarnya:

"Btw, akadnye kapan ye,kok ane kagak tau, kan ane tetangge ente?"

  Komentar Bang Rese' belum juga  mendapat respon. Tambah geregetanlah ia. Untuk kali ketiga ia komentar :

"Insyaallah ntar resepsinya ane dateng dah, btw kapan ye rencananye?"

  Komentar Bang Rese' pun mendapat respon kini. Yang dikomentari dah gerah juga nampaknya.

"Doain aje dah bang!"
jawabnya singkat

"Bwuahahaha,oooooooooooooooooh doain aja...."

  Bang Rese'pun ketawa. Heran dengan mereka yang tak risih panggil Ayah-Bunda padahal belum akad. Makanya kalo pacaran main Ayah2an Bunda2an diem-diem aja. Biar Allah dan ente aje yang tahu dosanye. Jangan sampe Bang Rese' tahu.Hahay.....

Minggu, 22 Maret 2015

Sang Pengawas

  Ia berdiri mematung di belakang peserta ujian. Nyaman sekali seperti sedang menikmati sesuatu. Seperti sedang menghirup udara sejuk nan segar hutan pegunungan. Memandang luas sekitar seakan berada di puncak gunung.

  Kegigihannya seperti tentara penjaga pintu istana negara padahal bayarannya  hanya Rp.25.000,-/satu jam setengah. Tidak lebih dari ongkos ojek Mampang- Pasar Rumput. Nasib pengawas strata satu yang belum dihargai dengan layak.

  Sungguh berat tugasnya. Tak salah jika ada yang mengatakan :

"Aktris/penyanyi dibayar mahal tuk hancurkan moral anak bangsa dan guru dibayar semurah-murahnya untuk membenahi akhlak anak bangsa yang semakin menyedihkan".

  Kembali ke kelas ujian. Tak jua pak pengawas keluar dari ruangan seperti banyak pengawas lainnya.

"guru aneh, betah bgt di kelas"

  Keluh beberapa peserta ujian yang tak dapat  lagi bekerjasama/mencontek temannya. Pak pengawas sadar betul dengan tugasya. Meski hanya dibayar Rp.25.000,- mengawas dengan segala tugas sesuai dengan aturan harus dijalankan dengan sebaik-baiknya.Kalaupun pak pengawas keluar hanya beberapa detik tuk membuang ludah. 

  Para peserta pasti tak suka dengan pengawas yang demikian. Karena mencontek menjadi andalan ketika ujian. Jadilah ia yang peduli yang dibenci.Itulah hebatnya Sang Pengawas.

Bang Rese' dan pelaku mesum

" mau dipake ya bang?"

  Tanya bang rese' saat bersama antri menunggu lampu hijau pada remaja belasan tahun dengan celana levis pendek sepaha dan kaos putih ketat syarat umbar hasrat . Dandanan menor khas anak alay dengan gigi yang dipagari tak sulit menebak mereka adalah pasangan mesumnya.

  Ditambah posisi duduk dibonceng sangat rapat menempelkan buah dada ke punggung laki-laki. Satu kata "SANGE".

Belum lagi pertanyaan itu dijawab pertanyaan berikut segera menyusul

"Make di kosan ya bang?"

  Pertanyaan yang seharusnya menelanjangi orang yang ditanya.Sang penanya sangat hafal dimana dan  kapan pasangan tersebut biasa berzina. Cukup concern ia dalam hal yang satu ini. Seru katanya.

"Boleh numpang gak bang?"

  Sebesar apapun dosa seorang hamba pastilah ada satu titik/celah dimana ia dapat digugah kesadarannya. Tiga pertanyaan yang menohok sedikit kesadarannya. Kontan ia mejawab

"Tai lo!"

seraya menancap gas menembus lampu merah seakan kabur dari polisi yang memburunya

"Bau dong, bwuahahaha.."

Tawa bang rese' puas dengan aksinya. Seperti ini ia menafsirkan :

فليغيّره بلسانه

Bagaimana kemudian menggugah kesadaran seorang dengan dialog-dialektika yang bisa jadi senada dengan :

وجادلهم بالّتي هي أحسن

 Wallahu A'lam bishshawab


Aku pandai merusak

Tak ada pensil yag harus diraut
Tak ada kelas yang harus dibersihkan
Tak ada sampah yang harus dipungut
Tak ada...
Pensil sudah dirautkan
Kelas sudah dibersihkan
Sampah telah dipungut
Haha...


  Minggu ini adalah minggu UAMBN (Ujian Madrasah Berstandar Nasional).Sepuluh dari dua puluh meja di hampir tiap kelas mengalami kerusakan. Tidak adanya triplek kolong meja, kaki meja yang tak lagi kekar menopang, step pijakan kakipun patah.

  Meja-meja penuh coretan. Hampir tiap hari bertambah. Tanda tangan, jawaban ulangan, curahan hati, kata-kata kasar dan kotor bahkan gambar penis pun ada. Alasan pencoret adalah kakak kelas mencontohkan hal demikian. Tak sedikit juga yang mengukir nama atau kata-kata tak jelas dengan benda tajam.

  Mungkin sepakat dengan ketersediaan anggaran untuk merawat/mengecat bahkan membeli yang baru. Masalahnya kemudian dimana letak pendidikan "bertanggung jawab" jika anak tidak lagi diminta pertanggungjawaban jika ia berbuat salah mencoret bahkan merusakkan meja berjamaah dengan sengaja?.

  Para pelaku pencoretan dengan nama yang sangat jelas dibiarkan saja melakukan lagi dan lagi pada banyak meja dan tembok. Kalau jawabanya adalah memberi anak hak berekspresi maka seharusnya ekspresi tersebut dilakukan pada media-media yang tepat. Melukis atau berkaligrafi sangatlah tepat menjawab masalah ini. 

  Jika harus curat, curhatlah dibuku diary yang sifatnya privacy. Sekali lagi pendidik dan tenaga pendidik tidak membimbing anak-anak bagaimana seharusnya menjaga kerahasiaan. Maka tak heran di banyak media sosial diumbar banyak hal yang seharusnya dirahasiakan.

  UAMBN tahun ini anak-anak disediakan papan jalan, dan pensil yang telah diraut, mungkin dengan pertimbangan anak terlalu sering kehilangan pensil dll,terlalu banyak yang harus mereka pikirkan. 

  Jika dipikirkan kok sama ya kompetendi anak kelas IX dengan anak TK yang masih sering kehilangan pensilnya. Jika demikian kompetensi mereka kelas IX  dalam bertanggungjawab jelas tidak mengalami progress. 

"Halloooo masa sih kelas IX sama dengan anak TK?, Hadeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeh"

  Jika saja ada yang memberikan mereka sanksi sebagai bentuk pendidikan yang menagih progress tiap jenjang level pendidikan pastilah takkan sama kelas IX dengan anak TK. Semoga saja kelak mereka segera  dapat dengan cepat belajar bertanggung jawab dalam banyak hal sehingga tak menjadi generasi yang semakin menyedihkan.Amin





Senin, 16 Maret 2015

gambar penis

gambar penis 
di meja madrasah
di tembok kelas
di tembok toilet

gambar penis
di buku latihan
di buku catatan
di buku perpustakaan

gambar penis
di tangga madrasah
di jendela
di pintu

gambar penis
di kursi
di papan jalan
dimana-mana

semua menggambar penis
semua teriakkan keras penis
dimanapun
kapanpun

gambar penis pertanda kelam
segala tentang hasrat 
membuncah tak terkendali
segala tentang perlawanan

gambar penis pertanda chaos
segala tentang pemberontakan
segala tentang kesewenang-wenangan
segala tentang ketidakpedulian

gambar penis menjajah kita
menjajah otak anak-anak
kitapun menyerah
hah

"maafkan ibu sayang!"

"Miaw,miaw,miaw"

  Jerit lirih memecah malam. Baru saja Fortuner nan congkak melindasnya. Terpincang-pincang ia berusaha berlari. Dua kaki depannya menyeret-nyeret setengah badannya yang remuk terlindas. 

  Segera ia mencari tempat aman di samping tiang listrik pinggir selokan berhias rumput liar di sekelilingnya. Tepat sekali sebagai tempat bersembunyi.

"Miaw"

  Ibunya segera menghampiri dan mendekapnya sedih. Di depan mata manusia melindas anaknya. Gemuruh kutukan-kutukan  di kepala dan telinga katakan ia ibu yang lalai.

  Matanya yang berkaca-kaca menyisir tubuh anaknya yang tengah meronta kesakitan dari ujung telinga hingga kaki. Dengan penuh kasih sayang dijilati sekujur tubuh anaknya berharap meredakan rasa sakit yang tak terkira. Seakan berkata :

"Maafkan ibu sayang,maafkan ibu!"

Segera ia peluk kembali anaknya dengan penuh penyesalan disertai cucuran airmata.

  Tak lama segera datang gerombolan remaja beringas membawa menenteng besi tajam. Sang ibu dan anak yang tak jua mengganggu  tak luput dari kebengisan mereka.

  Saat tiang listrik dipukul. Ibupun sadar itu pertanda bahaya. Mereka akan melibas apa saja yang ada di hadapannya. Daun, ranting pohon ditebas, tembok dicoret-coret,. Beberapa mobil yang terparkir di jalan di gembosi dan digores dengan benda tajam.

  Dengan sabar ibu membantu anaknya lari dari bahaya yang mengancamnya. Mendaki pembatas jalur Transjakarta. Sampai akhirnya sang anak tak lagi kuat menyeret kaki dan separuh badannya yang remuk.

  Transjakarta dari arah kiri segera melindas anaknya tanpa ampun. Isi perut terburai darahpun membasahi jalur Transjakarta. Manusia dengan mudah menghabisi nyawa anak kesayangan di depan matanya.

"Miaw"

Matanya nanar melihat anaknya yang tak lagi bernyawa dengan keadaan yang tragis. tatapannya kosong, hanya mampu pandangi bangkai anaknya yang terlindas dan terlindas lagi tanpa ampun oleh Transjakarta yang datang tak habisnya.

  Tak mampu lagi ia menghampiri dan memeluk, dan mendekapnya mesra.Sambil terus menangis, ia berdoa :

"Ampuni aku ya Tuhan yang berkali-kali lalai menjaganya. Ampuni segala dosa manusia, jadikan mereka pengikut sekaligus pengamal setia sunnah Nabi-Mu yang Kau utus bagi semesta alam.Amin

ُُ"enaaaaq pak guru,kayak gak pernah muda aje,hahay!"

   Hasan dan kawan-kawan. Barisan kutu buku anak-anak pintar baru saja berlalu. Mereka sama-sama menyeberangi jalan melintasi jalur transjakarta dengan keseruan cerita novel-novel yang mereka baca. 

  Di satu titik di seberang jalan tepat di bawah pohon  pasangan remaja sedang mabuk merayu dayu.Dari seragam muslim diketahui gerombolan kutu buku dan sang pasangan mereka dari sekolah yang sama. Ya, baju muslim Kotak-kotak hijau.

“Rese’ bgt tuh guru. Die berhenti lagi lagi.ngapain coba?”

  Di seberang jalan seorang guru sengaja berhenti memperhatikan gerak-gerik sang pasangan yang tengah dimabuk asmara. Sudah lebih dari lima menit ia memperhatikan rayuan-rayuan disertai  sentuhan-sentuhan hasrat menggebu layaknya pemain sinetron yang  tidak belajar di madrasah.

  Sang jantan biasa terlihat di masjid dan musholla berlatih hadhroh melantunkan salawat dan dzikir. Sang betina dikenal sosok pendiam dan pasif. Ini pertama kali jatuh cinta dan terlanjur menikmati sentuhan-sentuhan hasrat. Terlanjur enaq, enaq,enaaaaq. Pikirnya hanya pacarnyalah yang dapat memberikan kenikmatan sentuhan. Padahal hampir semua laki-laki mahir untuk menyentuh,hahay.

  Saat sadar, pertanyaan2pun berkecamuk di pikiran sang guru.
   Mengapa?,
   Untuk apa?,
   Tanggung jawab siapa?,
   Dibayar berapa?,
   Apa untungnya? dll.

 Keyakinannya  ia berada di sana adalah takdir Tuhan. Harus ada yang korbankan waktunya beberapa menit untuk beramar ma'ruf nahi munkar. Allah yang akan membayar semuanya, bukan manusia. Sang gurupun mengisi kekosongannya dengan berpura-pura mengirim sms ataupun menghubungi via telepon berharap kehadirannya dapat segera mengusir pasangan.

   Berharap ia dianggap mata-mata yang ditugaskan oleh pihak sekolah kaitannya kasus seminggu yang lalu teman-temannya terlibat tawuran. Lusa ujian madrasah  menunggu. Pikirnya inilah hari terakhir tuntaskan hasrat menggebu. Mereka mengistilahkan pembukaan dan penutupan.

“Kayak gak pernah muda aja tuh guru” 

  kembali komentar dari sang pasangan mencerca. Ia mengganggap semua orang dewasa sewaktu remaja pasti pernah berpacaran seperti dirinya ini. Takkan ia percaya jika memang sang guru bekerja keras saat remajanya menimba ilmu di pesantren tanpa pernah pacaran.

  Kalaupun memang sang guru pernah pacaran dulu, kini ia mengambil tugas  orang dewasa membimbing dan mengawasi anak-anak remaja generasi selanjutnya agar tidak madesu seperti pernah dilakukan oleh orang dewasa dahulu kepadanya.

  Pak gurupun belum bergeming. Masih setia dengan tatapannya yang tajam mengarah ke pasangan.Gerombolan selanjutnya lewat. Nazif dan kawan-kawan yang kerap kena marah sebab kelasnya yang sangat kotor. Alhamdulillah, dua anak menegurnya. 

“Pak!”

  Pak gurupun mengangguk menyambutnya. Teman-teman tidak serta merta ikut menegurnya. Mungkin masih kesal dan bosan dengan ceramahnya tentang kebersihan yang tak habis-habisnya. Ya kalo habis berarti kelas sudah bersih. Mereka pun segera meninggalkan sosok pak guru meski telah melihatnya.

  Pandangannya kembali menyisir seberang jalan ke titik sang pasangan. Barisan metromini, kopaja dan mobil pribadi menutupi pandangannya. Siang itu lalu lintas sedang padat-padatnya. 

  Sang guru berharap sang pasangan segera meninggalkan tempat tesebut, dan ia dapat segera melanjutkan tugasnya mengoreksi latihan anak-anak di madrasah.Satu persatu kendaraan mulai bergerak dan membuka kembali lokasi sang pasangan.

"Masyaallah"

  Ucapnya heran. Belum juga mereka berpindah dari lokasi semula. Harapannya agar pasangan sadar masih ada yang peduli dengan mereka. Jika di khalayak saja mereka tidak malu bagaimana jika hanya mereka berdua. Kesabaran sang guru masih terus diuji entah sampai kapan.Kembali ia berdoa agar kejadian ini segera berlalu. Tak lama merekapun merekapun berpisah.

"Alhamdulillah"

Ucapnya.Tugaspun selesai. Suatu usaha yang ia yakini tidak sia-sia. 
فمن يّعمل مثقال ذرّة خيرا يره ومن يّعمل مثقال ذرّة شرّايّره




Jumat, 06 Maret 2015

Tai kucing&TryOut UAMBN

   Para siswi menutup hidung mereka dengan jilbab. Para siswa sibuk menyemprotkan pengharum ruangan secara bergantian. Banyak juga yang membekali dirinya dengan minyak wangi/parfum pribadi, berharap harum itu sedikit mengusir bau busuk yang menyengat. Beberapa siswa yang nekat bahkan menyemprotkan pengharum ruangan ke sumber bau. Pikir mereka, sumber bau akan segera berganti harum.

  Ini hari terakhir Tryout UAMBN di kelas Fito. Betah sekali mereka mengerjakan soal-soal sambil menikmati bau busuk yang menyengat. Beberapa guru yang sempat mengawas menawarkan solusi untuk masalah bau busuk tersebut. Tidak ada cara selain membuang dan membersihkannya, tapi tak satupun dari mereka yang bergeming dan beraksinyata.

  Obrolan ringan tentang sumber baupun tak pelak terdengar. 

"Kayaknya jualan masker sama minyak wangi  laku bgt neh" 

komentar pengawas. Gelak tawapun segera menggelegar, kemudian mereka sibuk kembali berdiskusi menjawab soal. 

  Entah cara apa yang tepat untuk menyadarkan mereka bahwa tujuan  evaluasi adalah mengetahui kemampuan mereka perindividu. Ini bukan pekerjaan kolektif.

 Ya, kasihan sekali mereka bahkan kita yang mengalami disorientasi. Tak tahu atau lupa tujuan belajar,rencana belajar, proses belajar dan diakhiri dengan evaluasi belajar.Mudah-mudahan bukan MADESU (Masa Depan Suram,hahay.

Untuk kesekian kali bau busuk itu tertiup angin dan mampir di hidung-hidung mereka.

"Mmmmmmmmbau taiiiiiiiiiii, Hahahahahahahaha!"

  Salah seorang dari mereka berteriak lalu disambut gelak tawa teman-teman. Menertawai kemalasan,ketidakpedulian, kebodohan dan tai kucing pastinya.

  Entah sampai kapan onggokan kotoran kucing itu berada di sana dan terus di semprot pengharum ruangan, seperti menyiram pohon setiap harinya. Onggokan itu ditutupi tas Fito yang sangat setia menjaga di sampingnya.

Hadeeeeeeeeeh, demikian kompetensi kelas IX dalam problem solving&action terhadap tai kucing.hahay.

Stop Kill Your Baby!

"Mama, Papa kita mau kemana?"

  Di tengah pagi buta yang dingin mama membawaku entah kemana. Baru beberapa menit aku melihat dunia. Di tengah dinginnya malam, sangat ingin berlama-lama di pelukmu mama. Lapar perutku. Belum sempat lagi kau berikan asi. Bergegas kau bawaku pergi jauh ke tempat yang sepi, gelap dan dingin.

"Mama, Papa kita dimana?, perutku lapar"

  Tanyaku tak jua kau jawab. Lalu kau sumpal mulutku dengan karet merk Yuki, berharap aku tak bertanya-tanya lagi.

"Mama, papa, aku lapar, aku lapar"

  Untuk kesekian kalinya aku berteriak, menangis. Karet yang kau sumpal ke mulutku tak jua buat perutku kenyang. Bergegas mama dan papa tinggalkanku di atas pagar di bawah pohon besar.

"Mama, papa mau kemana!, Jangan tinggalkan aku ma,pa!,Aku takut sendirian ma, pa!, Mamaa, Papaaa!"

  Tinggallah aku sendiri bersama gelap dan dinginnya malam. Orang dewasa saja belum tentu berani berada di sini jika idak benar-benar kesetanan. 

"Ma dingin ma, pa aku lapar!"

Teriakku kembali setelah karet itu terlepas dari mulut, berharap mama dan papa kembali. 

  Tiba-tiba dari atas pohon turun ribuan semut merah nan ganas mengerubungiku. Bau amis darah yang masih melekat padaku mengundang mereka. Segera saja mereka menggigitiku.Mata, hidung, mulut, bibir, telinga, pipi,perut, tangan dan kaki.

"Mama,papa tolong ma,sakit,sakiiit, sakiiit!"

  Berontak aku kesakitan digigiti ribuan semut. Mereka juga masuk ke telinga, hidung dan mulutku. Apa daya seorang bayi berumur 15 menit harus melawan ribuan semut ganas.Ternyata malam itu adalah malam pertama dan terakhir aku berjumpa dengan mama dan papa.

"Allahu Akbar, Allahu Akbar!..."

Saat adzan subuh malaikat Izrail pun menjemputku. Antarku menuju Allah swt Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Innalillahi Wainnaa Ilaihi Roji'un.Doaku bagi mama papa lain di seluruh penjuru dunia, semoga menjadi mama papa yang soleh dan solehah.Amin.

Kamis, 05 Maret 2015

fools love

Fools love
sebuah cerpen


"bapak puas dengan semua ini?"

  tanyanya sambil sesegukan menahan tangis dan letih. Tangan dan kakinya terikat di salah satu tiang di sebuah bangunan tua tak berpenguni di pinggiran kota.

"Harusnya gue yang  tanya, puas lo bikin malu gue di depan temen-temen lo?, gue dilecehkan bahkan diludahi teman-teman dengan kesalahan sepele yang harusnya bisa lo maafin".

  Tangannya memegang pisau lipat kecil dan korek api terlihat tengah mempersiapkan api unggun untuk mengusir dingin yang akan datang. Gurat di wajahnya terlihat ambigu. Suatu balas dendam, benci,atau rindu. Jarang sekali ia berkata kasar seperti itu. Ia dikenal santun pada siapapun sampai akhirnya ada orang yang mempermalukannya.

"Hal ini sudah selesai pak, bapak mau apa lagi dengan saya?"

"buat lo selesai, buat gue belum. Bodoh banget sih lo yang buka-buka aib lo sendiri. gue gak kan pernah lupa ini seumur hidup, dan lo harus bayar semuanya?"

nada tinggi itu kembali terdengar dekat sekali dari telinganya.

"saya harus apa paaaak?"

setengah putus asa kembali terdengar tangis darinya yang  sangat letih.Wajah cantiknya kian lusuh tertutup debu dan asap api unggun. 

"Brak"

  Bapak itupun kembali membanting balok kayu sebagai luapan emosi. Ia ingin emosinya segera terlampiaskan, tetapi bingung bagaimana. Ia sadar yang ia lakukan kini adalah suatu perbuatan kriminal.

"Fyuh...",

 ia coba kembali menenangkan diri berharap  menemukan ide untuk mengakhiri ini semua dengan baik.Nama baiknya telah hancur di mata banyak orang sebagai pendidik khususnya. Entah perlu berapa tahun  untuk mengembalikannya, bangkit menjadi sosok yang dapat diterima masyarakat.
Sejak terusirnya ia dari sekolah, ia mengasingkan diri di kota lain yang tak jauh dari sekolah. Kini ia kembali untuk satu alasan.

"Gue mau denger langsung dari lo, lo sempat suka kan sama gue?, 
kalo gak, terus kenapa lo gak bilang gue kurang ngajar pada saat itu juga?,
 kenapa lo gak berontak ngelawan dan teriak?,
lo suka kan? 
 semua telah terlanjur basah, terlanjur kriminal.Gue dah cacat di mata semua orang. Guru yang cabul,hah.Karir gue dah hancur, Lo seneng dengernya?

  Ia diam seribu basa. Tangis kembali menggelegar.Teringat ia  dulu pernah menarik perhatian banyak laki-laki termasuk beberapa gurunya dengan terlalu manja kepada banyak pria.   

  Ya, Febra,wajah cantiknya banyak menawan hati banyak pria. Hanya laki-laki yang berselera rendah saja yang tak suka padanya.

"sekarang gue pengen lo akuin kesalahan lo, dan akuin aja lo suka sama gue, setidaknya pernah suka sama gue, ya kan?"



"Dor,dor"

 Belum lagi sampai ia mendengar jawaban itu. Dua butir peluru telah bersarang tepat di kepala. Darah segar keluar dari telinga, hidung, mulut dan lubang kepalanya yang tertembus timah panas.Barang bukti berupa pisau lipat di tangan pak guru,bisa saja menjadi alasan mengapa mereka menembaknya. Penyanderaan dengan senjata tajam.

Sekelompok orang terlatih bergerak cepat mengevakuasi mayat pak guru. Segera menghilang di kegelapan malam yang pekat menyisakan tetesan darah segar di tanah. Ending yang tragis pak guru. Semoga Allah swt mengampuni semua dosa kita.Amin



Muke lo yang gak jelas!

"Nazif di kelas yang kotor"

  Untuk ke sekian kalinya pak guru mengatakan hal itu kepadanya. Berharap ia berpikir dan menjadi teladan bagi teman-temannya. Nazif adalah seorang anak yang cukup berpotensi jika ia terus gali potensinya. 

   Seorang anak ustadzah memang tidak menjamin ia juga menjadi anak yang soleh. Sayang sekali ia terkumpul di komunitas kelas yang sangat tidak mendukungnya minimal menjadi nazif yang benar-benar Nazif (bersih) sesuai namanya.

  Pak guru masih belum menyerah melihat Nazif dan teman-teman yang belum cekatan membersihkan kelas. Bayangkan saja, sampah ada di setiap kolong meja, lantai, bahkan jendela. Sebagai manusia sehat lahir batin pastilah tidak nyaman berlama-lama terlebih belajar di sana.

"What's really happens with you all kids?"

  Agaknya ada konspirasi pengotoran kelas demi membuang waktu KBM. Jika kelas kotor tak ada pilihan lain Pak guru sebagai pendidik pasti menyuruh anak-anak untuk membersihkannya. Dengan membersihkan kelas waktu KBM pastilah tersita. Ada apa sebenarnya dengan mereka anak-anak generasi harapan?,
Apakah mereka pikir karena mereka tidak membayar bulanan sehingga tidak merasa rugi jika tidak mendapat tambahan wawasan/ilmu tiap harinya?

  Ya, begitulah kualitas mental anak-anak yang sudah teracuni oleh teman-temannya. Menyedihkan. Tak malukah seorang siswa/i  MTs.N jika ditanya tentang sesuatu wawasan agama khususnya dan tidak dapat menjawab karena tidak tahu apa-apa?, 

  Ini semakin menunjukkan bahwa ia adalah salah satu anak titipan yang tak lulus ujian masuk MTs.N lewat uji akademis dan baca tulis Al-Qur'an. Tak malu karena memang tak punya malu.

  Jika anak yang lulus murni saja kualitasnya output dari MI-nya dapat menurun karena salah gaul dan salah proses, terlebih anak-anak titipan. Mereka bisa menjadi racun yang sangat ampuh untuk membunuh karakter anak-anak rajin untuk berkembang.

  Kembali ke Pak guru. Pak guru masih terus berusaha mendekati anak-anak dengan cara yang dianggapnya persuasif dengan candaan ringan memijit pundak anak-anak agar bekerja lebih cepat.

"Ngapain sih pak,Gak jelas bgt?"

  Dengan nada yang cukup tinggi Nazif berkata demikian kepada Pak guru. Nampaknya sudah cukup muak Ia dengan pendekatan pak guru yang sebenarnya cukup persuasif. Di lain kesempatan sebelumnya pak guru sempat menyampaikan bahwa

 "tamparan tidak menyelesaikan masalah, bukan zamannya lagi sanksi seperti itu, sebisa mungkin saya menghindari.Semua yang memiliki otak pasti paham instruksi dari guru, mari kita bekerjasama".

  Kejar-kejaran biasa terjadi di kelas ini. pak guru kian tak di hargai. Pak guru sampai berpikir, "kagak bayaran aja segini sombongnya, apalagi bayaran".

  Nazif kembali ke kursi, lalu meletakkan kepalanya di meja dengan santai.Nazif muak dengan pak guru sudah sepantasnya guru juga muak dengannya. Pak guru menghampiri,menarik telinganya lalu berteriak. 

"Muke lo yang gak jelas, semuanya bersihkan kelas!"

  Jawaban dari pernyataan Nazif bahwa pak guru tak jelas. Sudah sewajarnya pak guru marah.Dasar anak-anak yang sombong dan tak mau berpikir. Semoga Allah swt mengampuni dosa kita semua dan membantu kau menemukan hidayah.Amin

  Pak gurupun keluar seperti yang para oknum harapkan.Kebetulan azan Zuhur berkumandang. sambil menjawab azan ia berkata dalam hati "Ya, sudahlah, semoga esok akan lebih baik.Amin" 

Selasa, 03 Maret 2015

Tiang Gaib

"Woi, tiang woi"

"Tiang dalem lagi, gol tuh"

"Gak ah, tiang tuh"

   Debat kusir ini biasa terjadi saat bola mengenai gundukan batu, sepatu, ataupun kaos para pemain sepakbola kampung. Gundukan yang lebih tinggi itu dianggapnya sebagai tiang gawang.

  Kemampuan anak-anak pemain sepakbola dari dulu hingga sekarang memang mengagumkan.  Dengan sangat meyakinkan salah seorang yang paling berpengaruh akan memutuskan gol atau tidak gol. Orang dewasapun sering kalah dengan suara mayoritas mereka, meski kita menjawabnya dengan hitungan sudut elevasi matematis arah datang dan kemungkinan bola  mengarah kemana.

   Jauh sebelum adanya program dunia lain trans7 ternyata anak-anak pemain sepakbola telah mengenal tiang gaib (ghaib). Ya, tiang itulah yang kami sebut gaib (ghoib).hahay

Lebarnya Gawang dan Tiang gaib.

  Namanya anak-anak, semakin mudah gol dicetak semakin senanglah mereka bermain. Mereka belum bisa  menerima bahwa seharusnya lebar gawang meski gaib, tidak selebar lapangan bermain. Ini biasa terjadi pada jalanan beraspal yang biasa dilalui mobil dan motor. Selebar jalanan, selebar itulah gawang dan tiang gaibnya.hahay