Selasa, 18 April 2017

Cinta Rahasia Mina

Sudah sangat lama nama itu tak terdengar. Indah sekali mendengar nama itu.Mina. Seindah sosoknya yang cantik dan pintar. Entah kenapa hanya Mina yang menarik perhatianku.

                                                ***
Ya, Mina sering bertanya. Tak pernah malu ia bertanya suatu yang ia tak tahu. Antusias sekali ingin menguasai materi yang aku ajarkan. Sampai pada suatu ketika  ia datang bersama 2 teman setianya.

Segera ia bercerita. Baru dua kalimat keluar dari bibirnya yang mungil, aku sudah paham.

"Sssst!, Min,nanti kita lanjutkan lagi ya ceritanya"

"Ok, kak!", 

tidak terlihat raut kecewa dari wajahnya,lalu  melempar senyum manisnya padahal ia terlihat ingin sekali menuntaskan ceritanya.

 Subhanallah. Tiba-tiba rasa itu mulai muncul. Rasa yang pernah ada pada Mina yang lain. Mina yang telah dimiliki oleh yang lain. Flashback 10tahun yang lalu.

Sejak aku praktek mengajar di kelasnya, memang hanya Mina yang menarik perhatianku. Duh, jadi tidak konsen praktek mengajar jika seperti ini. Untung dosen pembimbing tidak bisa hadir setiap hari untuk mengawasiku. Jika iya,nilai praktekku bisa jadi dikurangi karena tidak fokus. Aku tidak ingin nilai akhir PPL ku standar. Aku ingin dapat yang terbaik.

"Hey,kak"
Tiba-tiba Mina dan dua teman setianya muncul di hadapanku setelah istirahat di lantai dasar.

"Hey!", 
jawabku terlambat sambil terbengong bagai melihat bidadari bermata jeli berumur belasan tahun.

Dalam benakku, banyak mahasiswi cantik di kampus, tetapi kenapa justru Mina yang menarik perhatian. Astaghfirullahal'azhim. Jangan sampai praktek mengajarku gagal gara-gara cinta.

                                                ***
Pak Fuad ketua panitia kegiatan OutingClass memintaku untuk ikut. Alasannya guru laki-laki di sekolah jumlahnya sedikit. Sementara jumlah anak ratusan harus di jaga di area yang sangat luas. 

Harinya pun tiba. Kami bersama-sama berangkat Outingclass menuju Museum Kepresidenan Bogor. 

Kegiatan di Museum selesai, kita segera menuju Museum Zoologi melewati Kebun Raya. 

Panas terik matahari membakar kulit. Meski masih banyak pohon besar di Museum terasa panas sekali. Kita pun menunggu giliran untuk masuk. Tanpa kusadari aku duduk di samping Mina dan dua sahabat setianya.

"Hay,kak" 
sapa temannya. Entah kenapa hari itu Mina terlihat diam.

"Hay", jawabku
"Ihh,apaan sih",

terdengar Mina setengah berbisik mendengar dua temannya menyapaku. Agaknya Mina tidak nyaman dengan sapaanku. Seperti ada yang mereka sembunyikan.

"Kak,Nih Fans berat kakak nih", berbisik padaku

"Ihh,apaan lagi sih" Mina terlihat makin malu.

"oh, saya juga ngefans kok sama Mina",spontan aku jawab bisikan mereka.
"Ihh,apaan sih?"Mina makin salah tingkah
"Cieeeeeeee, Minaaaa", 
seru dua temannya. Suasana jadi agak gaduh. Untung teman-teman yang lain tidak ikut mendengar. Akupun segera pergi meninggalkan mereka agar suasana tenang kembali.

                                                ***
Sore menjelang. Jalan berliku menuju dan pulang dari Air Terjun Bidadari membuat kita sangat lelah. Terlebih udara pegunungan yang dingin segera menyergap. 

Ditambah hujan yang tak henti-henti dan AC bus yang tidak dapat dimatikan. Beberapa siswa/i terserang penyakit karena kelelahan dan kedinginan. Suasana sore itu cukup menegangkan dengan kondisi anak-anak yang mengkhawatirkan.

Betapa tidak,dari parkir bus, kita masih harus berjalan 500meter naik dan turun layaknya naik gunung dengank track yang cukup curam dan terjal. Pantas saja anak-anak yang lemah fisiknya terserang penyakit.

Udara dingin menyerang. Tiba-tiba aku ingin buang air kecil. Tidak mungkin kemudian melakukannya di tempat parkir bus yang terbuka. Di sini pun tidak ada WC. Sudah tidak tahan lagi. Segera aku masuk bus yang tadi kulihat ada toiletnya.

"permisi, emergency-emergency!" 

teriakku agar aku dapat masuk dan lansung menuju toiletnya. Para guru dan anak cukup heran dengan sikapku. Aku tak peduli. Aku sudah tak tahan.

"Ngapain sih kak", tanya salah satu siswa

"Numpang pipis"

jawabku singkat. Gak ada lagi jaim-jaiman dalam kondisi darurat.
Pintu toilet yang sulit tertutup tak membuatku mengurungkan niat.

"tenang kak,nanti kita jagain dari luar", bisik siswa padaku

Alhamdulillah,akhirnya selesai.

"Tks ya",kataku
"sama-sama kak" jawab mereka

Aku segera menuju pintu depan untuk bisa keluar. Busku bukan di sini. Pak Fuad pasti sudah menunggu ku di busnya. Tiba-tiba..

"hay kak, ini Mina", 
ketiganya melambaikan tangannya ke arahku. Maniiiiis sekali terlebih Mina

"Hay",jawabku sambil balas membalas lambaian mereka sambil terbengong tak percaya. Kesan kedua yang membuatku terbang.
Suasana tiba-tiba menjadi riuh karena ulahku

                                                ***
Mina selalu membuatku tertarik untuk mengexplore lebih jauh tentangnya. Apapun tentangnya. Termasuk namanya. Aku kini tengah memikirkan kenapa ia dinamakan Mina. Jawabanku sementara, karena kedua orangtuanya mempunyai kesan yang mendalam saat berada di wilayah Mina saat menunaikan ibadah haji. Mungkin.

Mina telah membuatku melayang di langit yang biru bersama indahnya pelangi dan cantinya sunset sore itu. Semangatnya belajar. Senyumnya yang manja. Suaranya yang lembut.Subhanallah. Tak pernah aku rasakan semua ini sejak duduk di kursi MTs. Seakan flashback kembali ke masa MTs yang terlewatkan.

  Sejak dua moment indah itu kita saling bertukar nomor hp. Awalnya kita bertanya jawab tentang materi pelajaran. Akhirnya aku tak mampu membendung rasa itu. Aku katakan suka padanya.

 Ternyata rasaku tak terbalas. Ya, ternyata tak mudah mendapat gayung bersambut. Tak seperti yang kubayangkan. Cukup rumit masuk ke dunia remaja saat ini dengan banyak kode. Aku yang salah membaca kode, kini khawatir dengan rahasia yang ia tahu tentangku. Khawatir ia akan bercerita pada teman-temannya, kemudian hal ini diketahui banyak orang.

Kembali aku pikirkan apa yang harus aku lakukan. Aku sudah terlanjur menyatakan hal itu padanya. Aku sudah terlanjur suka. Bisa jadi pengorbananku belum cukup.

Entah energi apa yang menguatkanku kembali mengejarnya. Ya, mengejar Mina. Kenangan itu terlalu indah untuk dilupakan. Di luar sekolah aku masih bergerilya mencari tahu banyak hal tentang Mina. 

Akhirnya aku tahu dari seseorang bahwa Mina masih menjalin hubungan dengan seseorang. Laki-laki yang beruntung itu bernama Arya. Ia setahun di atas Mina. Perasaanku tambah campur aduk. Sebagai mahasiswa seharusnya aku bisa menerima apapun faktanya. Masalahnya akupun belum pengalaman dalam hal ini.

Sebagai mahasiswa aku harus bersikap lebih dewasa. Aku seharusnya bahagia jika Mina bahagia. Ternyata kebahagian itu begitu cepat berlalu. Ya, aku seakan tak percaya hal ini terjadi. Aku masuk cukup dalam ke masa remaja yang senang dengan baper dan mendengar lagu-lagu galau.


"What really happen with me?"


Pikiranku cukup tersita dengan hal ini. Tentang Mina. Pikiranku kacau. Bayangannya terus menghantuiku di banyak kesempatan. Moment indah itu selalu tergambar di kepala. Sapaannya, senyumnya, lambaiannya, kepolosannya.

Pikiranku tambah kacau jika melihatnya bertemu dengan Arya kekasihnya. Ya, aku cemburu.Ternyata saat itu Mina sedang putus dengan Arya. Saat itu ia butuh sosok lain untuk curhat. Jadilah aku korbannya. 

Saat cemburu aku tak bisa menyembunyikan perasaan itu meski Mina memang menyakiti hatiku. Aku pandai memberi saran bagi mereka yang ingin move on dari orang yang disukainya, tetapi aku sendiri berlarut-larut dalam hal ini.

Aku benar-benar masuk di dunia mereka. Generasi tahun 90an yang terjebak masuk ke masa anak zaman 2017 yang penuh dengan lagu cinta saat mereka galau. Terlebih terakhir aku sempat menyaksikan wawancara Mas Ovie Kahitna  produktif yang telah menciptakan banyak lagu cinta. 

Kata beliau, "Lagu galau itu penting. Bukan ingin berlarut-larut dalam kegalauan, hanya saja kita harus jujur dengan perasaan yang kita rasakan kini. Mari kita jujur, bagaimana rasanya saat galau kemudian, malah mendengar lagu-lagu yang gembira. Bisa jadi hambar rasanya".

Jadilah aku menikmati perih ini sambil mendengar lagu Rahasia Cinta Glenn Fredly dan Yura Yunita beberapa hari ini.

Terakhir kutatap mata indahmu di bawah bintang-bintang
Terbelah hatiku antara cinta dan rahasia
Kucinta padamu namun kau milik sahabatku
Dilema, hatiku andaikan kubisa bicara sejujurnya
Jangan, kau pilih dia
Pilihlah aku yang mampu mencintamu lebih dari dia
Bukan, kuingin merebutmu dari sahabatku
Namun kau tahu, cinta tak bisa,tak bisa kau salahkan

                                                   ***

 "Come On Indra, wake up!", 

Suara itu memanggilku untuk segera bangun. Aku harus segera move on. Aku harus segera kembali menjadi Indra mahasiswa yang tangguh. Aku harus kembali menemukan peranku yang selama ini aku abaikan. Peran yang jauh lebih penting dari hanya sekedar cerita cinta anak ingusan.
Goodbye Mina.
                                                  ***
Pak Fuad kembali memintaku untuk menjadi pendamping kegiatan Tafakkur Alam yang akan diadakan di Cibodas. Ya, ampun pikirku aku kan sudah selesai menjalani tugas praktek mengajarku, kenapa pak Fuad masih memintaku untuk ikut. Mungkin beliau percaya dan puas pada kinerjaku saat itu. Ia tahu rumahku tak jauh dari sekolah.

Astaghfirullahal'azhiim. Aku baru ingat,kegiatan ini juga diikuti oleh Mina. Sudah lebih dari sebulan aku berusaha menyibukkan diri untuk move on darinya.

 Tiba harinya. Aku diminta untuk berjaga di pos jembatan bambu yang membentang di atas sungai. Pak Fuad tahu, aku suka hiking dan bisa berenang. Jika ada anak yang jatuh ke sungai, aku bisa menolongnya. Fyuh, tugas yang berat.

Panitia sudah memulai kegiatan Tafakkur Alam tepat pukul 03.00 wib. Satu persatu anak menyebrang meniti jembatan bambu.Aku kosentrasi penuh memperhatikan mereka sambil memberi arahan.

Tiba-tiba sesosok yang pernah kukagumi muncul dari kegelapan. Berharap cemas ia adalah Mina sang pemilik senyum manis manja dan suara yang lembut. Ya, benar, itu benar-benar Mina. Aku masih tertegun memerhatikannya dari kejauhan.

Ia pun terdiam. Entah apa yang ia pikirkan. Agaknya ia malu menyapaku. Akhirnya ia pun memanggilku.

"Kak, tolong dong!", memintaku. Aku masih tertegun tak percaya aku kembali bertemu bidadariku.

"Kaaaak, denger gak sih?, tolong dong", kembali ia berteriak. sekarang ia mulai marah


"tolong apa?", 
aku respon permintaannya
"aku takut!"

"takut apa?",
 aku sengaja tidak segera membantunya. Aku masih kangen mendengar suaranya yang lembut.

"Ish,takut kecebur lah!",

mulai emosi. Ia makin cantik dan menarik jika marah,maka aku sengaja membuatnya marah.


"Trus, gimana?", tanyaku
"Tolongin kaleeee!"
"Tolongin apaaan?"
"Ish, tolong sebrangin lah!"
"Kalo ada yang marah gimana?"
"Ish, udeh deh, gak usah bawa-bawa dia lagi!"
"Emang kenapa?"
"GC kaaaak!", mengalihkan bicaraku
"yeeeh,minta tolong kok gitu,mau ditolongin gak?",jawabku
"iya,iya, mau",jawabnya antusias
"mau apa?", belum puas aku goda dia
"Nyebrang lah!", kembali emosi. 
Subhanallah makin cantik terlihat.
"jangan marah-marah dong!, nanti..."
"abis, lama banget sih, nanti apa?", tanyanya


"nanti aku makin suka,hehehe",

tawaku puas, sambil berharap kata-kata itu menghujam dalam hatinya.


"yeeh!, udeh cepetan!", 

sambil tersipu malu, tak mampu berkata lagi. 

Akupun segera meraih tangannya. Subhanallah. Halus sekali tangannya yang mungil. Jari-jarinya yang lentik. Saat itu ia terlihat takut sekali. Dengan sangat manja ia segera menyambut tanganku. Akupun membimbingnya menyebrang. Hati ini berdegup semakin kencang. Seakan tidak percaya yang kubimbing adalah bidadariku.

 Malam itu bulan purnama jutaan bintang dan puncak gunung menjadi saksinya. Indaaah sekali. Kita menyebrang jembatan bambu layaknya sepasang kekasih (edisi baper sambil berharap Mina merasakan hal yang sama).

Sesampainya di ujung jembatan, kita berduapun terdiam.Malam itu biar kesan yang bicara, karena cinta tak cukup dengan kata-kata.

"terima kasih ya kak!", ucapnya lembut disusul senyumnya yang manis.

"kak!", kembali menyadarkanku

"oh, iya,iya,sama-sama ya Mina,hati-hati ya" jawabku sambil tertegun

                                                ***
Empat tahun berlalu. Tidak ada komunikasi antara aku dan Mina setelah special moment itu. Aku kini sudah menjadi asisten dosen Filsafat Islam. Pihak rektorat memintaku untuk mengunjungi dosen baru tersebut. Namanya Pak Abdul Hakim.

Hari ini aku akan menjambangi rumahnya. Tidak seperti dosen lainnya, terlebih dosen Filsafat yang biasanya justru sering bermain logika. Pak Abdul sangat ketat dan detail dengan banyak peraturan. Dengar-dengar Pak Abdul juga seorang aktifis dakwah.

Masyaallah. Cukup deg-degan aku jelang bertemu dengannya. Pak Abdul dikenal luas wawasannya, aktifis dakwah, bersuara merdu pula. Karya karya tulisnya menahbiskan ia adalah seorang yang nyaris sempurna.
                                               ***
Jalan Mampang Prapatan II, samping Masjid Baitul Halim. Ya, ini dia rumahnya. Hilir mudik pendekor membawa kembang dan pelaminan. Agaknya tak lama lagi akan ada yang melangsungkan pernikahan. Siapa ya?.Tanyaku dalam hati. Kenapa tiba-tiba hati ini jadi agak resah.

"Assalamu'alaikum" , sapaku sebelum masuk rumahnya
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,, ayo masuk, ini Indra ya?, maaf berantakan kaya gini ya", jawab beliau sambil mempersilahkanku masuk.


"iya pak,saya Indra"

"silahkan duduk dra!, sebentar ya, saya ada perlu sebentar,
"Minaaaaaa!, tolong buatkan minum buat tamu ayah!"


Pak Abdul segera meninggalkanku sendirian. Sebelum duduk mataku menyisir dinding rumah pak Abdul. Banyak foto dan penghargaan yang telah beliau raih dipajang di sana. 

Tiga sosok perempuan cantik segera mencuri perhatianku berada di foto pak Abdul. Dina, Mina dan Nina. Ternyata beliau memiliki 3putri yang cantik-cantik. Salah satunya Mina.Ya,Mina ada di dalam foto.Innalillah,eh Subhanallah, eh Allahu Akbar, 

Detak  jantung ini kembali berdegup kencang melihat sosok cantik Mina. Ya, ini rumah Mina. Rumah bidadariku. Langsung saja hayalanku terbang tinggi ke angkasa menyapa ribuan bintang. 

Jika Allah menghendaki jodoh memang tidak kemana.Bisikku dalam hati.Aku tersenyum-senyum sendiri berhayal menjadi calon menantu pak Abdul dosenku sendiri. Mina akan jadi istriku dan pak Abdul akan jadi mertuaku.Hoaa,indahnya.

Tak lama Mina pun benar-benar muncul. Kita saling bertatapan dan diam. Ternyata benar, Mina anak Pak Abdul yang terkenal itu. Subhanallah.

"kak Indra?" 

"Mina,ini betul Mina?"

"kakak ngapain di sini?"

belum sempat kujawab pertanyaannya. Pak Abdul datang

 Mina segera kembali kebelakang dan tak kembali lagi.


"Kamu gak apa-apa kan dra?", tanya pak Abdul melihatku gusar


"oh, gak apa-apa pak"

jawabku berbohong. Jelas aku sangat terkejut bertemu Mina bidadariku.

"Ngomong-ngomong, siapa yang mau nikah pak Abdul?", tanyaku penasaran, sambil berharap bukan Mina.

"Oh, itu yang barusan, Mina anak saya yang ketiga, jika sudah datang jodohnya, haram kita menolaknya", tegasnya


"Oh..."

Datar. Innalillahi wainnailaihi Roji'un tambahku dalam hati. Buyar impianku jadi menantu pak Abdul.


"kenapa?",
kejar beliau curiga


"gak apa-apa Pak,gak apa-apa", jawabku


"Jadi, coba kamu pelajari buku terbaru yang saya tulis Filsafat Islam Orang Betawi", permintaannya padaku.

Akhirnya pertemuan dengan Pak Abdul pun selesai. Aku segera pamit. Tak ingin lagi berlama-lama di sini. Buyar semua intruksi dari Pak Abdul.

 Kulihat lagi tulisan "menikah Arya dan Mina". Seakan juga merasakan perasaanku, Mina pun keluar melepas kepergianku untuk selamanya. Terselip senyuman terakhir doaku untukmu Mina. Semoga kau bahagia.Amin. 

Lagu ini pun mengiringi kepulanganku. Flashback ke Special Moment 4 tahun yang lalu. Kembali menikmati musik galau anak zaman 2017. 

Katakanlah sekarang bahwa kau tak bahagia
Aku punya ragamu tapi tidak hatimu
Kau tak perlu berbohong kau masih menginginkannya
Kurela kau dengannya asalkan kau bahagia

                                                                            (Armada Band)