Minggu, 21 Mei 2017

Taman Sari Fantasi Syurgawi Berpoligami


Mungkin judul di atas gak akan nyambung sama isi tulisan di bawahnya.Tak apalah dalam rangka memikat pembaca,hahay.

Gue yakin tulisan ini udeh banyak di pasaran. Pengen aja nulis lagi versi gue sendiri yang mungkin beda. Mungkin. Semoga

Ya. Taman Sari Jogja. Tempat mandi para putri. Lebih tepatnya puluhan selir Raja. Waw.Eh Wow. Beda kasta ya beda juga fasilitas yang kita dapatkan. Syukuri saja kita yang terlahir sebagai rakyat biasa bahkan jelata.

Remaja tak akan banyak paham ketika kunjungi tempat ini. Taman Sari. Informasi hanya diberikan oleh guide yang terbatas tanpa dilengkapi sejarah yang tertulis di atas kertas yang mungkin ditempel di beberapa titik dinding. Idealnya informasi tetap diberikan tanpa takut rezeki berkurang.

Tahun 1755 m Keraton Jogja didirikan. Raja pertama sampai ketiga yang katanya menikmati fasilitas Taman Sari. 20 Selir telah masuk ke dalam kolam sisi utara yang berukuran 15 X 10 meter lengkap dengan air mancur. Pohon-pohon indah pilihan tak luput ditanam di sana guna ciptakan cita rasa indahnya syurga yang sempurna.

Rajapun naik ke menara kecil setinggi 7meter guna melempar rangkaian bunga ke arah para selir. Segera saja rangkaian bunga dilempar. Para selir berebut dengan sangat antusias. 1orang selir berhasil menangkapnya mengalahkan 19 lainnya.

 Selir yang berhasil menangkap bunga itulah yang kemudian berhak menemani Raja mandi di kolam sebelah selatan yang lebih indah.

"Wow,enak bgt ya!", timpal seorang remaja Jakarta yang menyimak informasi dari guide dengan baik

"Kita aja dapet 1cewek aja susah,hehehe..",timpal yang lain

"Beda kasta beda pula fasilitas yang kita dapat bray,itukan Raja, bukan rakyat biasa,hehehe...", seorang guru menimpali

"oh, iya ya, kita mah apa atuh, cuma alas bagi para sang Raja,hehehe...", seorang guru lain kembali menimpali.

"Pak, Rajanya Islam bukan sih?", kejar sang siswa yang cukup keritis

Pak guru beberapa detik berpikir untuk menjawab dengan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan.

"Islam dong", agak ragu menjawab

"Tapi kok punya 20 selir, Nabi aja cuma punya 9istri",kembali memberondong dengan pertanyaan.

Kembali pak Guru berpikir keras tentang ayat apa yang dijadikan landasan Raja untuk mengawini 20selir.

"Mungkin Raja memahami ayat ini nih إلّا على أزواجهم أو ما ملكت ايمانهم".Raja mungkin memahami bahwa selir adalah harta bahkan statusnya adalah budak yang bisa dimiliki dan diperlakukan sekehendaknya. 

Toh dahulu zaman jahiliyah perempuan diperlakukan seenaknya. Bertukar istri, menjualnya, membunuhnya dan perilaku lain yang jelas melanggar hak asasi manusia. Beda dulu beda sekarang. Manusia kian beradab dan meninggalkan perbudakan.

Para siswa mengangguk tanda mengerti. Satu siswa tampak belum puas lalu berkomentar.

"Ah, teori,  sekarang juga masih banyak yang kaya gitu. Para Pejabat kan Raja-raja kecil di tiap daerahnya yang dikuasainya. Mereka sangat mungkin meneruskan tradisi Raja,hehehe", timpalnya.

"Ya, sudahlah itu kan pejabat,semoga itu rejeki mereka yang halal. Kita kan rakyat biasa, semoga Allah menjadikan kita bersyukur dengan rejeki kita dan menambahkannya lebih banyak lagi. Menjadikan sabar kita sebagai tiket masuk surga yang penuh dengan ratusan bahkan ribuan bidadari sexy,hahay...."jawab pak
 guru

"Amiiin", para siswa serentak mengamini.

lantai4pukul06.00


Pasti ratusan orang telah nikmati view cantik dari titik ini. Lantai 4 pukul 06.00. Sinar matahari hangatkan pagi itu. Ia datang dengan lembut sekali dari arah kanan. Merapi Merbabu di Boyolali, Andong di Magelang, Sumbing di Wonosobo berdiri tegak puluhan km dari sini tetap memesona. Iringan tepuk tangan bapak/ibu lansia lakukan senam pernafasan 88.


Merapi tak henti-henti mengeluarkan asap dari kawahnya. Lautan awan di ketinggian 1800mdpl. Di kamar anak-anak kebanggaan. Anas Farhat, Farid Kamal, Syamsul Ma'arif, Helmy, Taqiy dll. Bus-bus cantik terparkir rapih di parkir hotel. Beberapa tak henti berlalu lalang di depan hotel dengan banyak tujuan setelah ratusan kilometer arungi jalur selatan ataupun utara pulau Jawa yang tak ada sepinya.





Subhanallah, Allahu Akbar indahnya Jogja pagi ituUsia 35 semoga makin bisa pahami kayanya khazanah negeri indah ini khususnya Jogja. Sekali lagi nikmati gagahnya gagahnya Sumbing 3371mdpl, Merapi 2965mdpl dan Merbabu 3142mdpl. Gunung-gunung itu layaknya  Polisi lalu lintas bagi semut semut kecil yang beraktifitas ribuan meter di bawahnya.

Hotel Abadi seberang Petugas peron yang tak pernah letih memberi informasi mengenai keberangkatan kereta. Pagi ini dengan hembusan angin sejuk pegunungan temani aku rangkai impian memulai kembali merangkai kata demi kata yang keluar dari otakku yang luar biasa Allah swt ciptakan.

 Tinta-tinta yang tertumpah seiring dengan senyuman puas kebahagiaan peroleh inspirasi indah pagi ini. Subhanallah, Alhamdulillah. Tks Anas yang telah memberi secarik kertas dan pulpen.
                                                         
Secangkir kopi kream temani layangkan anganku ke masa lalu. Yakinku Pak Karno dan orang-orang hebat pernah duduk di sini. tepat di titik ini. Tempat ku duduk. Menikmati indahnya Jogja saat itu. Jogja Tempo Doeloe. Subhanallah.

Semoga keindahan, kebhinekaan  ini tetap terjaga. Bukan malah tereduksi maknanya oleh kelompok yang justru ingin merebut dan menjajah Indonesia kita atas nama NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

Sekali lagi  kulayangkan pandang ke gagahnya Merapi, Merbabu dan Sumbing yang baru kali ini kudapatkan. Inginku banyak siswa/i dapat menikmati indahnya tanpa perlu menunggu usia puluhan tahun. 

Nikmati juga sejuknya kolam renang bersama Jaziri yang subur dkk sambil menikmati pesawat terbang yang melintas hendak mendarat di Bandara Adisucipto tepat ratusan puluhan meter di atas kepala. Alhamdulillahirabbil'alamin.

Senin, 08 Mei 2017

The second generation MTsN1 Ladies (367mdpl+1346mdpl)

Bismillahirrahmanirrahim.


Bukan calon siswaku yang bercita-cita menjadi TNI, bukan pratama putra, tapi Dini Fauziah,Destria Shabrina, Della Natiara ,Dania Alfiona, Indri , Lia Sabila, Azimatunni'mah, Tsara Malika. 

Mereka adalah generasi ke dua setelah kakak kelas mereka Dhania dkk yang berkesempatan mengikuti kegiatan hiking. Tahun 2011, kakak kelas mereka kuajak hiking ke Kawah Ratu Gunung Salak. Bangganya saat itu dapat membawa mereka ke sana. Saat itu Bapak Rachmatsyah, Kepala MTs.N1 tak segan tuk ikut mengantar kita ke camping ground. Bapak A Buchori, Bapak Yazid, Ibu Azizah, Ibu Eva, Mas Gimin pun turut serta.

                                               ***
Munara 367mdpl

 Pertengahan Maret 2017 setelah kegiatan atletik di GOR Ragunan Dini dkk akhirnya mewujudkan keinginan mereka tuk mencapai puncak bukit Munara di Parung tepatnya di daerah Rumpin. Sebelum kegiatan itu harap-harap cemas aku dapat antar mereka dengan kondisi mobil yang tidak fit.

Pukul 10.00 wib , aku dapat kabar bahwa mobil mogok setelah antar anak-anak TK renang. Pak Asep harus mendorongnya agar mobil dapat berjalan. Lemas aku mendengar hal itu. Bagaimana harus kukatakan pada anak-anak. 

Akhirnya kukatakan yang sebenarnya terjadi. Mobil mogok. Anak-anak terus menerus menelpon aku meminta kepastian. Kujawab mobil sedang kuusahakan, sabar dan tunggu. Ternyata aki mobil memang sudah mati. Harus diganti. Alhamdulillah setelah dibelikan dan dipasangkan air aki  seharga Rp.700.000,- mobil dapat jalan kembali.

 Mobil jika tidak dirawat dengan baik memang wajar jika merepotkan. Hanya aku yang punya sedikit kesempatan untuk merawatnya. Sayangnya, hanya kesempatan yang aku punya bukan uang,hehehe. Padahal perawatan mobil tidaklah murah. Makanya aku ingin memaksimalkan fungsi mobil dengan memanfaatkannya mengantar para pendaki jika masih memungkinkan.

                                              ***
Alhamdulillah, akhirnya kitapun berangkat setelah salat Zuhur terlebih dahulu di masjid GOR Ragunan. Kutegaskan, pada anak-anak, bahwa sering sekali perjalanan ke tempat indah tidak mudah. Ada saja halangannya. Kita harus menghadapi dan mencari solusinya. Kuceritakan beberapa pengalamanku  untuk sampai ke beberapa puncak gunung yang juga tidak berjalan mulus.

Siang itu luar biasa macetnya. Pondok Cabe, Pasar Ciseeng, Parung. Kembali kita diuji karena mobil tidak dilengkapi AC yang bagus. AC tidak cukup membuat udara bagian tengah terlebih belakang sejuk. Akhirnya kita istirahat di SPBU Parung sekaligus salat Asar.

Hujan deras mengguyur Parung sore itu menguji mental para peserta. Kekhawatiran licinnya jalur terbayang di kepala. Udara dingin membuat perut lapar. Segera kami membuka bekal nasi dan lauk sambil menunggu hujan reda. Selesai makan, Alhamdulillah hujan agak reda. Kami segera meneruskan perjalanan menuju pintu masuk Situs Munara khawatir kemalaman.

5km jelang bukit Munara Subhanallah indahnya pemandangan. Ladang-ladang petani yang menghijau, semburat mega merah di sebelah barat, bukit batu, sungai Cisadane yang membelah Parung dan Rumpin nyaris pelangi pun muncul sore itu setelah hujan turun.

Sebelum masuk area bukit Munara, kami kembali membeli bekal nasi bungkus agar tidak repot memasak di sana. Praktis. Jadi kami hanya perlu memasak air panas untuk menyeduh energen dan popmie.

                                                   ***


Pukul 17.30 wib Alhamdulillah kami tiba di lokasi. Sore itu pengunjung tidak seramai biasanya, jadi kami boleh beristirahat di saung lengkap dengan stopkontak yang bisa dimanfaatkan untuk charger hp samping pos keamanan keamanan. 

Parkir mobil, bayar retribusi lalu prepare salat Maghrib di Musholla. Tak lama Isya pun tiba. Segera kami tunaikan salat secara bergantian demi keamanan barang bawaan di saung.

 Beberapa pendaki terlihat baru turun dari puncak setelah Maghrib. Mungkin mereka para pemburu sunset.Malam itu cukup panjang.Betapa tidak kami baru akan berangkat ke puncak jelang Azan Subuh. 

Ya, kami para pemburu sunrise. Sepi sekali malam itu. Hanya suara jangkrik dan dengung sayap nyamuk yang menemani kita istirahat di saung samping kebun. Beberapa kali bulan menampakkan dirinya di balik awan. Demi stamina yang maksimal kami memilih tidur sesegera mungkin.

                                               ***

Pukul 03.30 alarm berbunyi. Segera kami bersiap. Headlamp, sepatu, kaos kaki, air minum, cemilan. Barang-barang yang tidak diperlukan kami simpan di mobil yang parkir dekat saung keamanan. Setelah berdoa kamipun berangkat.

Lalui rumah warga, kandang kambing, kelinci, sebrangi sungai. Eh ternyata ada yang takut menyebrang sungai, hehehe. Mungkin karena jembatannya tidak dilengkapi dengan pegangan bambu sebagai penopang.

Tanjakan dan ladang petani menyambut dengan tanah basah yang cukup licin dan membuat sepatu dan sendal belok. Sungai dengan semak yang cukup dalam di sisi kanan. Segera juga kebun pohon bambu menjelang. 

Angin yang bertiup ke arah pohon bambu membuat suasana mencekam dengan suara aneh yang muncul akibat gesekan dahan bambu beserta daunnya. Spot ini cukup menegangkan. Kami ingin segera melewatinya. 

Kebun bambu cukup panjang. Panjang juga zikir yang kami bacakan agar suasana kondusif. Ada juga warung bambu yang berdiri di sini, tapi tutup tanpa penjaga. Siang hari pasti warung ini buka.

Tiba kami di pos pembayaran ke dua.  Alokasi dananya untuk kebersihan lingkungan. Tempat-tempat sampah dari bambu memang disediakan sebagai bukti kerja mereka. Suasana gelap dan hening masih terus terasa, sampai pada rombongan laki-laki dewasa mendahului kami. Mereka membuat suasana menjadi cair dengan tawa canda. Pembawa air mineral pun sudah mulai terlihat.

Tiba kami di situs bung Karno. Katanya bung Karno pernah melakukan perenungan di sini. Sulur-sulur panjang pohon beringin tua yang biasa dijadikan Tarzan alat bantu untuk bergelayutan menghiasi dinding-dinding batu yang eksotis di sana, juga di batu belah. 

Ya, batu dengan ketinggian kurang lebih 10meter  terbelah dengan rapihnya  seperti dipotong oleh pisau raksasa. Batu belah memiliki ruang 1,5meter layaknya gua-gua eksotis di Pangandaran sana.

Batu Adzan, Batu Belah, Situs Batu Kabayan, Bung Karno, dan puncak Munara 367 dengan semburat sunrisenya yang cantik. Ya, itu beberapa kelebihan bukit kecil bernama Munara. Sangat tepat bagi pendaki pemula.

Pukul 04.30 kami tiba di puncak. Alhamdulillahirabbil'alamin. Puncak gunung Gede Pangrango, Salak, lautan awan dan gedung-gedung menjulang di arah barat Tangerang tak luput dari pandangan kami. Subhanallah. 

Setelah puas mengambil gambar kamipun turun. Tak mau kulit ini terbakar oleh cahaya matari jelang siang yang pasti panas karena bukit Munara tidak memiliki hutan minimal sebanyak Pulosari yang membuatnya relatif sejuk.

Tawa canda mereka menghiasi perjalanan turun bukit. Sejak pendakian sampai pulang terdata rekor terbanyak terpeleset jatuh, terbanyak buang angin, dll,hehehe. Sebutin gak ya?

Dini dan kawan-kawan pulas tertidur saat mobil melaju di atas jalan rusak daerah Rumpin. Sepanjang lebih dari 7KM menuju Serpong jalan rusak parah berlubang cukup dalam. 

Seperti kota mati yang sangat jarang dilalui mobil. Hanya truk-truk besar saja yang banyak berlalu lalang. Jalan ini sangat-sangat tidak layak dilalui. Seakan tidak ada yang mengurus daerah ini. Seakan tidak ada Presiden, Gubernur, Bupati, Camat, Lurah dan perangkatnya. Tks yang dah temenin saya ngobrol ya saat-saat menyebalkan itu.

Alhamdulillah,pukul 12.00, kamipun sampai di rumah masing-masing dengan selamat.

                                                   ***
Pulosari 1346mdpl

Pulosari itu sering dilihat sebelah mata oleh beberapa pendaki karena ketinggiannya hanya 1346mdpl, tapi mari lihat betapa lengkapnya gunung ini dengan sungai, airterjun, kawah dengan asap belerang yang cukup aman, puncak yang indah dengan view gunung Haseupan dan garis pantai Carita. Dimataku ini destinasi sempurna yang dekat dan murah meriah. Subhanallah.

Minggu 30April aku, pak Lahmudin, Kiki, Dini, Tsara, Indri dan Destria berangkat ke gunung Pulosari Pandeglang. Rencananya Maulida Ali, Azimatun, dan Lia Sabila ingin turut serta. Izin orangtua jualah yang membuat mereka tidak dapat ikut. Sekuat apapun usaha tuk mengajak banyak peserta, kali ini Allah swt  menakdirkan kita bertujuh yang berangkat. Alhamdulillah.

1jam kami tertahan di proyek underpass Mampang. Masyaallah. Pikirku hari Minggu pagi biasanya tidak sepadat ini. Lima lajur dipersempit menjadi satu.  Kali ini lalulintas yang paling padat dan semrawut akibat proyek adalah mampang. 

Tak ada pilihan lain kita memang harus melaluinya. Panas terik pukul 08.00 membuat Dini dan kawan-kawan berkeringat. Maklum AC mobil tidak maksimal. Demi irit bahan bakar AC pun sering tidak dinyalakan. Syukuri saja, mudah-mudahan pada sehat dipanggang dalam mobil,hahay... Untung mereka bukan anak-anak manja.

Akhirnya kitapun dapat melalui proyek underpass Mampang yang menyebalkan. Alhamdulillah. Masuk tol Jakarta Merak keluar di pintu tol Serang Barat, karena antrean panjang telah menjelang di pintu timur. 

Lalui Ciomas dan jalan Palka lewat belakang gunung Karang 1700mdpl. Jalan kecil naik dan turun bukit segera terhidang di sana. Cukup mirip jalan di Boyolali Jawa Tengah saat ku antar pendaki ke Merbabu 3142mdpl. 

10KM dari pintu masuk desa Cilentung Pulosari, gunung Haseupan dengan tiga puncak runcingnya segera menyapa. Subhanallah. Kiki berhasil mengambil gambar matahari yang tertutup awan di atas gunung Haseupan. Lekuk punggungan Haseupan itu juga mirip gunung Batok samping gunung Bromo Jawa Timur.

Kita akan muncul dari arah Timur laut jika menuju Cilentung via Ciomas. Berbeda jika kita menempuh jalur alun-alun Kota Pandeglang yang akan muncul dari arah timur. 500meter Sebelum gerbang parkir, kita bisa menikmati garis pantai Carita di Labuan. Subhanallah.

Alhamdulillah, pukul 11.30 kita sampai. Parkir mobil cukup sulit karena ternyata parkiran mobil utama sudah penuh. Dua area parkir pun penuh. Agak khawatir sebenarnya memarkir bukan pada tempat yang biasa.

Turunkan carrier,tenda,matras dll.Pesan nasi,salat jamak qasar Zuhur Asar, berdoa dan kita mulai Tracking. Bismillahirrahmanirrahim. Satu jam perjalanan, peserta mulai letih. Indri sempat muntah dan Tsara sakit kakinya. Setelah minum tolak angin Indri dan Tsara pun bangkit kembali, siap meneruskan pendakian. 

Matahari memang tidak cukup terik. Alhamdulillah awan memayungi perjalanan kami. Tak lama gerimis mulai turun mengantar kami lampaui pos pendataan dan air terjun 750mdpl setinggi Cibunar jalur pendakian gunung Ciremai via Linggarjati/Linggasana.

Pukul 15.30. Tak lama kita di air terjun, berhubung tujuan kita masih cukup jauh. Kawah gunung Pulosari masih kurang lebih 2jam lagi dari sini. Tanjakan curam segera menyapa. Pilihannya memipir kanan bantuan akar pohon atau vertical dengan bantuan tambang lewati batu besar.

Setelah lampaui track yang menguras tenaga itu, kami segera beristirahat di lapak 3mx3m. Sementara anak-anak istirahat, aku berburu air bersih untuk memasak di kawah. Menuruni jurang sebelah timur menuju sungai yang berakhir ke air terjun. Air di kawah dikhawatirkan berbau dan rasa belerang jika dimasak.Tambah lagi beban di pundak berupa lima liter air di carrier tua,hehehe. Perjuangan bro. Allahu Akbar!.

Pukul 16.30 Alhamdulillah kami tiba di kawah gunung Pulosari. Subhallah indahnya.Rehat sebentar, hunting lapak buat dirikan tenda. Kupilih lapak yang langsung mengarah ke kawah dan puncak agar viewnya dapat selalu kita nikmati.

Dirikan tenda, gelar matras, masukkan tas dan barang-barang lain ke dalam tenda. Agak susah sebenarnya memantek pasak di are yang di dominasi oleh batu gunung meski di atasnya adalah tanah merah. Kutambah lagi  flysheet  di atas tenda agar air tidak langsung mengenai atap tenda.

Hal yang banyak dikhawatirkan pendaki adalah lahan mendirikan tenda yang tidak datar sehingga tenda bisa kebanjiran karena aliran air yang mengarah kesana.Di gunung kita memang tidak punya banyak pilihan. Mau tidak mau kita dirikan di sana karena tidak ada lagi tempat, waktu dan tenaga. 

Satu tenda harus kudirikan di atas batu-batu gunung seperti pendakianku ke gunung Guntur Garut 2249mdpl. Kenyamanan adalah nomor kesekian yang penting kita dapat lapak.

Mega merah berhiaskan awan cantik sekali menemani kita menikmati kebesaran-Nya. Subhanallah. Hingga waktu maghrib Dini dan kawannya sibuk mengambil gambar. 

Langsung aku peringatkan untuk segera berhenti karena tidak etis. Waktu maghrib adalah waktu yang harus kita hormati dimanapun terlebih di gunung. Aku bertemu dengan macan pohon di gunung Salak2 juga terjadi jelang maghrib.

Maghribpun datang. Kami sepakat makan terlebih dahulu  kemudian salat jamak qasar ta'khir Maghrib dan Isya karena memang sangat lapar setelah bergelut dengan medan yang cukup berat. Setelah makan kami istirahat. Terlelap tidur hingga terbangun pukul 21.00wib. Bergantian kami salat.

 Keluar dari tenda kami langsung disambut oleh cantiknya ratusan bintang di angkasa. Paduan kawah dengan asap yang tak henti-hentinya keluar,malam yang gelap,ratusan bintang dingin,hutan lebat menjadikan tempat ini penuh sensasi.

Alhamdulillah tidak terlalu dingin di sini, makanya cocok sekali buat pemula. Jika di ukur mungkin hanya 18derajat celcius. Uap panas yang keluar dari dalam tanah di bawah tenda kami membantu kami menghangatkan suasana. 1lagi kelebihan Pulosari, penghangat alami. Subhanallah. You must go here!.

Setelah semua salat kami menyeduh coklat, teh manis panas, energen dll. Mantab. Udara dingin enaknya ngemil dan minum minuman panas. Ini dapat mengembalikan stamina, agar siap summit attack besok pagi.Tak lama kami mengantuk dan tidur setelah berdoa.

                                                 ***
"Uuuuuuduk uduk uduk", suara itu membangunkan kami. Ya, suara pedagang nasi uduk layaknya di Surya Kencana 2750mdpl. 
Pukul 05.00 wib. Astaghfirullahal'azhiim. Kita terlambat bangun. Gerak cepat, kita salat subuh lalu prepare untuk summit attack. Air mineral dan cemilan. 

Aku tambahkan 1bungkus nasi uduk tiap anak khawatir lapar.05.30 kita berangkat ke puncak meski agak mendung mengkhawatirkan.

Kami memilih jalur memipir  kawah lalu ke punggungan sisi barat yang masih sangat rimbun. Sebenarnya ada satu lagi jalur ekstrem vertical yang mengarah lansung ke puncak. 

Demi keamanan anak-anak aku memilih jalur yang lain. Satu jam perjalanan, anak-anak mulai merasa letih. Tsara kembali mengalami sakit di kakinya. Alhamdulillah kami dapat meneruskan pendakian. 

Cuaca yang tadinya mendung berangsur cerah. Di beberapa titik kembali kita dapat melihat garis pantai Carita dari rimbunnya hutan Pulosari. Subhanallah indahnya.

Setelah mengarah ke barat kami mengarah kembali ke selatan barat daya dan terakhir jelang puncak kami mengarah timur. Puluhan orang sudah berkumpul menikmati indahnya sunrise dan view indah yang tak terhalang lagi kecuali arah timur dan tenggara.

 Alhamdulillah, kamipun sampai di puncak 1346mdpl. Ya, generasi kedua Dini dkk MTsN1 Ladies. Bangga aku dapat membawa kalian ke sini.



 Setelah puas mengambil gambar, kamipun makan sambil menikmati cantinya view gunung Haseupan dengan lekukan punggungannya yang sexy. Garis pantai Carita di barat laut, dan gunung Rajabasa di Lampung pulau Sumatera. Allahu Akbar.

Pukul 08.10, kami turun gunung menuju kawah. Beberapa kali Tsara dkk jatuh dan terpeleset karena tanah merah yang licin.Pukul 09.00wib kami tiba di camp /kawah. 

Segera bongkar tenda, packing,masak mie,kornet,seduh teh manis madu, cokelat panas. Mantab. Semoga dapat mengembalikan stamina yang terkuras. Dini dkk menyempatkan masak indomie di kawah. Banyak pendaki yang memang sengaja membawa telur untuk di rebus di sana.

Pukul 10.00, setelah rapih dan kumpulkan sampah, kami berdoa meminta keselamatan hingga sampai di rumah.Pukul 11.00 kami tiba di air terjun. Sebenarnya cuma niat ambil gambar, tapi karena sudah sangat gerah jadilah aku pak Lahmudin dan Kiki berenang di aliran sungainya. Mantab. Segarnya.

11.30 kami melanjutkan perjalanan turun. 
Hujan gerimis menyertai perjalanan kami. Pukul 12.30 kami sampai di tempat parkiran utama. Mandi, ganti baju, salat jamak qasar Zuhur +Asar. Pukul 13.30 kami meninggalkan area gunung Pulosari menuju Jakarta. Selamat berjumpa kembali Pulosari.

15.30 kami tiba di alun-alun kota Pandeglang. Ada hasrat menikmati indahnya sore hari di sana. Kebetulan perut juga keroncongan. Kuliner khas alun-alun Pandeglang segera mengisi perut kami. 

Kupat tahu, siomay,es kelapa beraneka rasa dan es doger. Subhanallah. Mantab. Beberapa view bagus juga kita dapat nikmati di sini. Gunung Karang 1700mdpl yang gagah berdiri persis di belakang Kantor Pemerintahan Kota Pandeglang. Cantik sekali sore itu jelang sunset di sampin gunung Karang.

Pukul 17.00, kami meninggalkan kota Pandeglang. Lampaui Baros, Serang Banten masuk tol Merak Jakarta. 20.00 kami tiba di Jakarta.Alhamdulillahirabbil'alamin.

Tks ya, Pak Lahmudin, Kiki, Dini, Tsara,Indri, Destria you are amazing. Tks sudah mempercayakan Nanjak Bareng Bang Luthfi menjadi partner bertualang. Semoga NBBL makin sukses.Amin