Minggu, 08 Januari 2017

nanjak bareng bang luthfi .gnSindoro 3153mdpl

Nbbl sindoro 3153
23-26Desember2016

Bismillahirrahmanirrahim.


Kututup tahun ini dengan indahnya. Bersama  murid2ku 2016yang setia. Disana, ya di 3153mdpl puncak Gunung Sindoro. Dengan bangga akan kutulis satu persatu nama-nama kalian bersama doa yang kupanjatkan agar kalian menjadi anak yang soleh. Hasbie, Nizam, Farhandhika, Shendy, Harry, Azmi,Rifky, dan Raihan. Bersama kalian di atas awan Wonosobo teramat indahnya. Alhamdulillahirabbil’alamin. Allahu Akbar

***

Jum’at 23 Desember2016,Pukul 15.30 Terminal bayangan Mampang penuh sesak dengan penumpang. Harry dan Rifky yang datang lebih dulu segera menghampiri. Terlihat raut wajah kecewa padanya. Akupun panik melihat keadaan ini. Banyak juga calon penumpang yang kecewa tak mendapat tiket

“Ya, ini salahku”, bisikku dalam hati menyesali terlambat datang. Apa daya kerjaan masih menumpuk di MTsN1 hingga pukul 14.30. Tak mungkin kutinggalkan.

Masyaallah. Penumpang membludak. 1bus Sinarjaya jurusan Purworejo, 1bus jurusan Pemalang, 1bus jurusan Bobotsari telah terisi penuh. Sinar Jaya jurusan Wonosobo tiba-tiba diganti trayeknya ke Bobotsari. Aku sangat kenal dengan bus yang pernah kutumpangi saat ke Prau beberapa bulan yang lalu. 

Segera yang teman-teman yang lain berdatangan. Tinggal Azmi dan Dhika yang belum datang. Meski kehabisan tiket, kita harus secepatnya diskusi cari solusi. Wajah-wajah kecewa semakin terlihat. 

Aku memutar otak untuk mencari solusi. Liburan panjang terminal manapun akan sulit dapat tiket. Teringat waktu aku mengejar Lorena terakhir menuju Bobotsari di Pulogadung pukul 20.00wib waktu ke Slamet. Teringat waktu aku berebut masuk bus DMI menuju Wonosobo pukul 00.00wib waktu ke Sumbing. Astaghfirullahal’azhiim. Semua menghantuiku.

Lebak Bulus / Kampung Rambutan/ Pulo Gebang?

“Pak usahain ya pak, pokoke ke Sindoro”, tiba-tiba Nizam menyadarkan lamunanku. Aku harus bertindak cepat agar tidak lagi kehabisan tiket jika ingin terus memperjuangkan Sindoro Wonosobo.

Untung saja om Haries ayah Hasbie memberi solusi. Ia menyarankan agar aku terlebih dahulu memesan tiket bus di Kampung Rambutan.

“Han, pesenin Grab”, pintaku ke Raihan

Alhamdulillah, tak lama Grabbikepun datang. Segera saja macet menyambut di tiap perempatan. Astaghfirullahal’azhim. Makin panic aku dibuatnya. Menurut penjual tiket di mampang Sinar Jaya terakhir berangkat pukul 18.00 wib dari Kampung Rambutan. Sekarang pukul 16.30.Bismillahirrahmanirrahim. Harap-harap cemas, semoga masih ada tiket tersisa.

“Bang, maaf bgt, bensinnya abis”, tiba-tiba motor berhenti
“Waduh, gimana neh, saya kan buru-buru bang”,akupun complain.
“Ya, abis gimana bang, maaf bgt ya”,masang tampang menyesal

Setelah membayar, akupun segera berlari menaiki tangga penyebrangan yang berada di atas jalan tol menuju terminal kampung Rambutan. The Power of Panic memaksaku kuat berlari naik turun jembatan sepanjang 50meter itu. Ditambah 100meter jalan datar lalui angkot-angkot menuju terminal.

Alhamdulillah. Aku sudah berada di dalam. Segera aku menuju terminal antar kota antar provinsi di sebelah timur. Segera aku menyisir dari utara ke selatan. 6 bus Sinar Jaya Jurusan,Purwokerto, Wonosobo, Bobotsari, Pemalang,Pekalongan,Tegal.2bus Pahala Kencana jurusan Purwokerto dan Wonosobo. 1bus DMI jurusan Wonosobo. Semuanya penuh.

Astaghfirullahal’azhiim.
Tiba-tiba datang lagi bus Sinar Jaya jurusan Purwokerto. Jika memang bus jurusan Wonosobo habis, alternatifnya ya, ke Purwokerto terlebih dahulu.Para penumpang berebut memasuki bus. Aku terus berkomunikasi dengan Hasbie dkk yang masih berada di transjakarta. Luar biasa. Berdesak-desakan dengan carrier dan tenda di punggung dan dada. Tks yang dah bawain carrier saya ya,hehehe.

Berkali-kali para kenek bus bertanya padaku. “mau kemana mas?”, tak bosan-bosan aku jawab “Wonosobo”, “saya nunggu 8teman saya mas, kalo sendiri dari tadi saya naik. Masih ada berapa seat mas?” tanyaku lagi, masih berharap pada Sinar Jaya jurusan Purwokerto. “10 lagi mas, ayo cepet, teman-temannya dihubungi!”

“Allahu Akbar Allahu Akbar!”, azan berkumandang indah memasuki terminal. Terminal di kala senja. Di kala maghrib menjelang. Tidak kalah khusyu’nya dengan yang berada di masjid Istiqlal sana. Alhamdulillah, syukurku, di terminal ini dengan segala hiruk pikuk urusan duniawi manusia, masih Kau sapa aku dengan mesra Cinta-MU. Masih Kau berikan kesempatan memanggil nama-MU. Allahu Akbar.

Alhamdulillah. Tiba-tiba segala kekhawatiranpun lenyap begitu saja, seiring dengan pengakuan Allah Yang Maha Besar, Allah Yang Maha Memudahkan. Ketika Allah diprioritaskan, maka Allah akan memprioritaskan kita. Allahu Akbar.

Setelah salat, kembali aku hampiri satu persatu bus yang ada. Sinar Jaya jurusan Purwokerto telah penuh dan segera berangkat. Kembali Sinar Jaya jurusan yang sama datang, kembali lagi penuh dan berangkat. Bus-bus pariwisata mulai ambil bagian. Di masa liburan, bus pariwisata masuk terminal meski menyalahi aturan. Keterbatasan bus regular dan melonjaknya penumpang membuka peluang besar bus wisata meraup untung. Tidak tanggung-tanggung, mereka berani pasang tariff Rp 160ribu untuk trayek ke Wonosobo.

Saatnya pun tiba. Allah swt kirimkan bus Murni Jaya. Ia parkir tidak pada tempat semestinya, sehingga luput dari perhatian banyak orang. Luar biasa skenario Allah swt, ratusan orang di luar sana yang sedang mencari bus jurusan yang sama, tidak berebut masuk ke dalam bus. Segera saja aku hampiri sopirnya dan bertanya.

“Wonosobo mas”
“iya, beli tiketnya di dalam sana!”

Alhamdulillah, tiket di tangan. Sebelumnya aku meminta pada sopir untuk menunggu jika teman-teman datang terlambat. Ia bersedia menunggu maksimal 30menit.

Tak lama, beberapa penumpang masuk memenuhi bus. Teman-teman belum juga datang. Beberapa kali para pendaki lain dan penumpang lain meminta untuk duduk di kursi belakang. Dengan santun aku katakan, “maaf, sudah dibooking bang”,untung saja mereka  cukup pengertian.

Tinggal 4kursi lagi belum terisi. Saat itulah Alhamdulillah, teman-teman datang. Tak lama bus pun berangkat, sementara anak-anak berpesta, bernyanyi rayakan keseruan perjuangan mendapatkan tiket bus.

Sabtu, 24 Desember 2016
Subuh menjelang. Kita masih di Banyumas. Setelah salat, Azmi terlihat serius sekali memperhatikan bayang-bayang gunung di keremangan pagi sebelah utara. Kutegaskan saja bahwa itu adalah gunung Slamet 3428mdpl tertinggi ke dua di pulau Jawa setelah Semeru 3676mdpl. Bus terus melaju. Gagahnya gunung Slamet mengiringi kita hingga perbatasan Purbalingga Banjarnegara. Seakan melambai menyampaikan salam “I will the next destination”.

Lagi-lagi Azmi yang ingatkan bahwa Sindoro Sumbing sudah nampak di sela-sela lebatnya hutan antara Banjarnegara dan Wonosobo. Jika keduanya sudah terlihat, berarti tak lama lagi kita akan sampai di Wonosobo.“Ya, yang kiri Sindoro yang kanan Sumbing”, tegasku. Subhanallah cantiknya.

Pukul 08.00, kita tiba di terminal Mendolo Wonosobo. Alhamdulillahirabbil’alamin.Pak Supri supir mobil bak menghampiri anak-anak. “ya, bilang tunggu sebentar, saya beli tiket dulu”, setelah tiket di tangan kita langsung cus menuju Basecamp pendakian gunung Sindoro Kledung.09.30, kita tiba di sana. Di perjalanan Sindoro di kiri dan Sumbing di kanan menyambut dengan hangatnya seakan bernyanyi “welcome to my paradise”. Pagi itu indah sekali. 
Subhanallah.Alhamdulillah.

Pesan nasi bungkus,sarapan,sortir pakaian,isi drigen air,lengkapi logistic, daftar diri ke basecamp,briefing lalu kita berangkat tepat pukul 12.10wib. Jalur batu yang sangat tidak ramah segera menyapa. Bisa jadi ini jalur terberat di track Sindoro sebagaimana di Sumbing. Terik matahari membuat kita dehidrasi.

Pukul 13.30 kita sampai di pos1. Baru saja sampai pos1 anak-anak segera mereka menyerbu tukang bakso. Agaknya masih terasa seperti di buncit12 kalo lapar lansung bakso diserbu,hehehe. Repacking, ganti sandal dengan sepatu agar pijakan lebih mantap. Pukul 14.00 kita kembali meneruskan pendakian.

Setelah 30 menit  track lurus menanjak arah barat dari pos1 kita mengarah ke utara menuruni lembah memipirinya hingga menemui punggungan kea rah tenggara menuju pos2. Di tengah perjalanan hujan ringan mulai turun. Alhamdulillah, sesampainya di pos2, hujan bertambah deras. Sambil berteduh di shelter mungil, kita membuka nasi bungkus yang kita bawa. Bismillahirrahmanirrahim. Allahumma Barik lana fiimaa razaqtanaaa waqinaa ‘adzabannaar.

Subhanallah nikmatnya nasi putih, telur sambal, tempe oseng kacang panjang jika dimakan saat lapar-laparnya di tengah gunung yang dingin ditambah hujan yang cukup deras.15.30 kita lanjutkan pendakian menuju pos3. Alhamdulillah hujan berhenti.

Menuju pos 3 track semakin menanjak, semakin curam layaknya pos cacingan Prau ke puncak 2565dpl. Pohon-pohon tak lagi lebat dan tinggi seperti di pos1 dan 2. Gunung Sumbing sudah mulai terlihat di sela-sela pohon. Pukul 17.00 wib kita sampai di pos3. Puncak Sumbing semakin jelas terlihat. Ya, di atas awan. Alhamdulillah. Kloter pertama Harry dkk telah sammapi terlebih dahulu. 1 tenda telah berdiri.


17.05  aku dan anak-anak mulai dirikan tenda hijau . Angin kencang dari arah puncak datang bertubi-tubi. Sulit sekali dirikan tenda saat itu. Angin semakin kencang bertiup seakan ingin menghemas apa saja yang ada dihadapannya. Frame tenda sudah mulai bengkok. Angin kencang kembali menyerang, pasak flysheet beberapa kali tercabut dari tanah. Sore itu menjadi bagian yang cukup seru dari cerita pendakian ini. Pasak-pasak besi menyerah kalah pada angin gunung yang menakutkan.

17.30 wib, Hampir semua anak-anak sudah berada di tenda guna menghangatkan diri. Angin dingin kembali menyerang, setelah membuat pasak dari kayu dengan pisau Raihan, akupun menyerah kalah pada dinginnya angin gunung. Aku tak kuat lagi, segera aku masuk tenda.

Aku beri pengertian pada anak-anak. Aku tak kuat lagi melawan dinginnya angin. Harus ada yang meneruskan perkuat pasak apapun caranya. Jika tidak kita akan sangat tersiksa jika tenda roboh. Saya gak tahu harus berlindung di mana lagi dalam kondisi seperti ini.Alhamdulillah, sambil menggigil melawan dingin  Hasbie dkk rela kembali keluar perkuat pasak.

21.00wib.Alhamdulillah angin sedikit mereda. Berapa anak keluar untuk masak air panas. Mereka mulai lapar. Beberapa masak indomie. Beberapa makan nasi bungkus. Untuk survive sebenarnya cukup minum cokelat panas dan energen. Setelah salat kami kembali terlelap.

Minggu 25Desember2016.

03.30.wib. Prepare summit attack, masak air panas, sedu cokelat panas, energen,masukkan 3botol air ke daypack, snack. 04.00 wib. Setelah berdoa kita berangkat. Lampaui sunrisecamp. Sayup-sayup azan terdengar dari bawah sana. 04.30 wib. Kita salat subuh jama’ah di atas sunrisecamp. Mega merah telah terlihat di timur sana jelang sunrise.  Kelap-kelip Lampu-lampu kota Temanggung menambah indah pagi itu. Merbabu, Merapi, bahkan Lawu makin jelas terlihat. Subhanallah indahnya.

Perlahan tapi pasti kami menapak langkah terus mendaki menuju pos 4 meski berhenti tiap 10langkah. Tak penting seberapa cepat kita melangkah, yang terpenting jangan pernah berhenti melangkah meski perlahan. Ini filosofi hidup kawan. Jangan pernah berhenti berjuang, karena hidup adalah perjuangan, di gunung kita belajar untuk tidak mudah menyerah. Subhanallah.

06.00 wib, kita mencapai pos 4 Batu Tatah. Lampaui hutan Lamtoro. Puncak sudah terlihat meski memang masih jauh. Di titik ini, hampir habis energi terkuras habis. Tinggal sisa-sisa, tapi memang harus dipaksakan agar sampai tujuan kita.

Lampaui padang edelweiss hutan mati. Pukul 07.00 Alhamdulillah kita tiba di 3153mdpl puncak gunung Sindoro Temanggung Wonosobo Jawa Tengah. Sejauh mata memandang kea rah barat kawah Sindoro yang mengeluarkan asap belerang menyengat, sehingga kita memang tidak boleh berlama-lama di puncak. 

Kea rah timur laut  Ungaran di Semarang, Telomoyo, Andong di Magelang. Merbabu dan Merapi di Selo Boyolali, Lawu di Solo, Sumbing 3371mdpl semuanya di arah Timur. Tak lupa lautan awan yang indah mulai banyak terbentuk.







07.30 wib, setelah foto-foto kitapun segera turun menuju camp di pos 3. Benar saja, dehidrasi menyerang kita, karena terbatasnya air yang kita bawa saat summit attack. Beberapa kali kita istirahat karena lemas kurang minum. Bagian ini juga bisa jadi cerita seru survive di gunung. Yang membuat kita semangat cepat-cepat sampai ke camp pos3 karena di sana ada air penghilang dahaga. Setelah perjuangan luar biasa di bawah panas terik, akhirnya kita sampai pos 3 pukul 09.30. Luar biasa jauhnya puncak dari pos3.

Sedu energen, sarapan, bongkar tenda, packing. Pukul 11.30 kita turun gunung setelah doa pastinya. Lampaui pos 2.Tiba di Pos 1 pukul 14.00 wib. Tak lupa anak-anak membeli minuman segar yang di blender dengan tenaga manusia tanpa listrik. Luar biasa kreatifnya. Aku menelpon pak Supri agar segera dijemput di basecamp.

Aku pun mengawali meneruskan turun gunung ke basecamp. Setelah 30 menit berjalan dengan langkah lemas dan gontai, akhirnya muncul mobil bak petani yang mengangkut anak-anak. 1 lagi skenario indah dari Allah swt. Saat hampir menyerah dan memutuskan naik ojeg, pertolongan itu muncul dari arah yang tak terduga. Allahu Akbar.

Meski harus berjalan lagi 50 meter ke basecamp, tapi bantuan mobil itu sangat berarti. Tak lupa kuucapkan terimakasih kepada pak petani dan memberi alakadarnya. Tiba-tiba pak Supri dengan mobilnya muncul dari arah selatan. Langsung saja carrier dinaikkan ke mobil.

15.00 wib lapor diri ke base camp terus cus ke  Mendolo sambil denger lagu bang Roma Irama. Mantap Jiwa kata anak-anak. Senyum puas terkembang dari mulut anak-anak. Alhamdulillahirabbil’alamin.

15.30 wib sampai Mendolo. Setelah menyimpan carrier di bagasi bus Murni Jaya, beberapa  anak menyempatkan untuk mandi. 16.00 wib semua sudah di dalam bus siap berangkat pulang.

19.30 wib, bus mogok, di Purbalingga di duga karena kebanyakan bunyikan telolet,hehe. 21.00 bus pengganti datang.

Senin, 26 Desember 2016, pukul 07.30 wib, Alhamdulillah sampai di Kampung Rambutan. Lanjut naik 57 yang masih sepi. 08.30 sampai rumah masing-masing. Trip is end.