BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kiranya tidak
asing lagi apabila mendengar guru-guru Agama yang menyatakan keluhan-keluhan
tentang pengajaran materi pendidikan agama. Hal ini disebabkan karena adanya
faktor ketakutan dari siswa itu sendiri yang menganggap materi pendidikan agama
adalah materi yang paling menyulitkan untuk dipelajari atau bahkan di anggap
remeh karena materi pendidikan agama sering di jumpai, Ketika seorang guru
memberikan materi pendidikan agama saat itu juga siswa merasa kurang berminat,
kurang termotivasi untuk mempelajari atau untuk menerimanya. Akibatnya, dapat
mengurangi keefektifan proses belajar mengajar.
Faktor lain
adalah karena basic (dasar) dari siswa. Mayoritas siswa yang belajar di
sekolah-sekolah umum memiliki dasar yang minim sekali tentang pendidikan agama.
Atau mereka bisa dikatakan orientasinya kepada pendidikan agama kurang.
Akibatnya, ketika siswa dihadapkan pada materi agama khususnya pembelajaran
bahasa arab, siswa akan mengalami kesulitan pada proses belajarnya.
Demikian juga
alokasi waktu yang diberikan untuk mata pelajaran PAI di sekolah-sekolah umum
(1 x pertemuan dalam seminggu / 2 x 45 menit). Bagaimana mungkin siswa dapat
membaca dengan fasih, menulis dengan tepat dan benar, menghafal dengan cepat.
Dengan latar belakang basic agama yang minim sekali sementara waktu yang
diberikan untuk materi pendidikan agama sangat sedikit sekali. Hal inilah yang
menjadi penghalang ketercapaian hasil yang memuaskan. Akan berbeda sekali
dengan siswa madrasah pada umumnya yang telah memiliki latar pendidikan agama.
Lebih mudah untuk membaca, mudah dalam menulis dan menghafal sehingga tidak
terdapat kesulitan-kesulitan untuk mempelajari materi pendidikan agama akan
tetapi tidak menutup kemungkinan adanya kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh
anak didik baik dari faktor intern ataupun ekstern.
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas
sebagai gambaran problema dalam memperoleh efektifitas dan efisien pembelajaran
materi pendidikan agama, maka disini penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan
tersebut melalui pendekatan teoritis dan empirik. Maka dari itu disini penulis
mencoba untuk mengambil judul “Penggunaan
Metode Drill Dalam Mengatasi
Kesulitan Belajar Siswa Pada Materi Bahasa Arab Di kelas VIII- Di MTS Kediri II. Kediri”. Dari sini diharapkan dapat menemukan pemecahannya
sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka permasalahan yang hendak di kaji dapat dirumuskan sebagai berikut
:
Bagaimana pelaksanaan metode drill dalam
mengatasi kesulitan belajar pada materi Bahasa Arab yang diberikan pada siswa
kelas kelas VIII di MTs Negeri Kediri
II ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang hendak di
kaji tersebut, maka peneliti ini bertujuan untuk :
Mengetahui bagaimana pelaksanaan metode
drill dalam pembelajaran materi Bahasa Arab siswa kelas kelas VIII di MTs
Negeri Kediri II
D. Hipotesis
Dengan menggunakan Metode Drill materi Pendidikan Agama Islam dapatt mempermudah
belajar siswa kelas VIII di MTs Negeri Kediri II khususnya dalam pembelajaran
Bahasa Arab.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian, diharapkan dapat
meberikan manfaat, antara lain :
1.
Lembaga
Sebagai
pemberi informasi tentang hasil dari penggunaan metode drill dalam proses
belajar mengajar Pendidikan Agama Islam khususnya Bahasa Arab, serta sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga
dalam memberikan kebijakan kepada para guru dalam penyampaian materi Pendidikan
Agama Islam.
2.
Guru
Agar guru
lebih mudah dalam menyampaikan materi yaitu secara praktis, efektif dan efesien
dalam mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, serta untuk menambah wawasan tentang penggunaan metode
pembelajaran.
3.
Siswa
Siswa agar
lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan guru serta lebih mudah dalam
memotivasi kegiatan belajar materi
Pendidikan Agama Islam khususnya Bahasa Arab untuk direalisasikan dalam
kehidupannya..
F.
Sistematika Pembahasan
BAB I Pendahuluan,
pada bab ini memaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
hipotesis penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II Kajian
Pustaka, pada bab ini memaparkan tentang pengertian, unsur-unsur, tujuan,
kebaikan, kelemahan, dan penggunaan metode drill dalam pembelajaran Bahasa
Arab.
BAB III Metode Penelitian, pada bab ini memaparkan
tentang pendekatan dan jenis penelitian, tahapan penelitian, siklus penelitian,
pembuatan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, pengecekan keabsahan
data, indikator kinerja.
BAB IV Paparan Data dan Hasil Penelitian, pada bab
ini memaparkan tentang lokasi penelitian dan hasil penelitian yang meliputi
penyajian data-data yang diperoleh dari lapangan.
BAB V Penutup, pada bab ini memaparkan tentang
kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan Pendidikan Agama Islam khususnya Bahasa Arab
dalam metode pengajarannya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Metode Drill
1.
Definisi Metode Drill
Sebelum mendefinisikan tentang metode
drill terlebih dahulu mengetahui
tentang metode mengajar itu sendiri. Metode mengajar adalah cara guru
memberikan pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada waktu pelajaran
berlangsung, baik dalam bentuk memberitahukan atau membangkitkan.
Oleh
karena itu peranan metode pengajaran ialah sebagai alat untuk menciptakan
proses belajar mengajar yang kondusif. Dengan metode ini diharapkan tumbuh
berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan mengajar guru, dengan kata
lain terciptalah interaksi edukatif antara guru dengan siswa. Dalam interaksi
ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan
sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan
baik jika siswa lebih aktif di bandingkan dengan gurunya. Oleh karenanya metode
mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa
dan sesuai dengan kondisi pembelajaran.
Salah satu
usaha yang tidak boleh ditinggalkan oleh guru adalah bagaimana guru memahami
kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang mempengaruhi dalam proses belajar
mengajar. Kerangka berpikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh tetapi
nyata dan memang betul-betul dipikirkan oleh guru.
Dari definisi metode mengajar, maka metode
drill adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan
latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi
dari apa yang dipelajari.
Dalam buku Nana Sudjana, metode drill adalah
satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh
dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu
ketrampilan agar menjadi bersifat permanen. Ciri yang khas dari metode ini
adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama.
Dengan demikian terbentuklah pengetahuan-siap
atau ketrampilan-siap yang setiap saat siap untuk di pergunakan oleh yang
bersangkutan.
2.
Macam-Macam Metode Drill
Bentuk- bentuk Metode Drill dapat
direalisasikan dalam berbagai bentuk teknik, yaitu sebagai berikut :
a. Teknik Inquiry (kerja
kelompok)
Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar
sekelompok anak didik untuk bekerja sama dan memecahakan masalah dengan cara mengerjakan
tugas yang diberikan.
b. Teknik Discovery
(penemuan)
Dilakukan dengan melibatkan anak didik
dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi.
c. Teknik Micro Teaching
Digunakan untuk mempersiapkan diri anak
didik sebagai calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas
dengan memperoleh nilai tambah atau pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai
guru.
d. Teknik Modul Belajar
Digunakan dengan cara mengajar anak
didik melalui paket belajar berdasarkan performan (kompetensi).
e. Teknik Belajar Mandiri
Dilakukan dengan cara menyuruh anak
didik agar belajar sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
3.
Tujuan Penggunaan Metode Drill
Metode Drill biasanya digunakan untuk
tujuan agar siswa :
a. Memiliki kemampuan motoris/gerak,
seperti menghafalakan kata-kata, menulis, mempergunakan alat.
b. Mengembangkan kecakapan
intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan.
c. Memiliki kemampuan
menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan yang lain.
4.
Syarat-Syarat Dalam Metode Drill
1. Masa latihan harus menarik dan
menyenangkan.
a. Agar hasil latihan memuaskan,
minat instrinsik diperlukan.
b. Tiap-tiap langkah kemajuan yang
dicapai harus jelas.
c. Hasil latihan terbaik yang
sedikit menggunakan emosi
2. Latihan –latihan hanyalah untuk
ketrampilan tindakan yang bersifat otomatik.
3. Latihan diberikan dengan
memperhitungkan kemampuan/ daya tahan murid, baik segi jiwa maupun jasmani.
4. Adanya pengerahan dan koreksi
dari guru yang melatih sehingga murid tidak perlu mengulang suatu respons yang
salah.
5. Latihan diberikan secara
sistematis.
6. Latihan lebih baik diberikan
kepada perorangan karena memudahkan pengarahan dan koreksi.
7. Latihan-latihan harus diberikan
terpisah menurut bidang ilmunya.
5.
Prinsip Dan Petunjuk Menggunakan
Metode Drill
a. Siswa harus diberi pengertian
yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.
b. Latihan untuk pertama kalinya
hendaknya bersikap diagnostik:
1 Pada taraf permulaan jangan
diharapkan reproduksi yang sempurna.
2 Dalam percobaan kembali harus
diteliti kesulitan yang timbul.
3 Respon yang benar harus
diperkuat.
4 Baru kemudian diadakan variasi,
perkembangan arti dan kontrol
c. Masa latihan secara relativ
singkat, tetapi harus sering dilakukan.
d. Pada waktu latihan harus
dilakukan proses essensial.
e. Di dalam latihan yang
pertama-tama adalah ketepatan, kecepatan dan pada akhirnya kedua-duanya harus
dapat tercapai sebagai kesatuan.
f. Latihan harus memiliki arti
dalam rangka tingkah laku yang lebih luas.
1 Sebelum melaksanakan, pelajar
perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan itu.
2 Ia perlu menyadari bahwa
latihan-latihan itu berguna untuk kehidupan selanjutnya.
3 Ia perlu mempunyai sikap bahwa
latihan-latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar.
6.
Keuntungan Atau Kebaikan Metode
Drill
a. Bahan pelajaran yang diberikan
dalam suasana yang sungguh-sungguh akan lebih kokoh tertanam dalam daya ingatan
murid, karena seluruh pikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada
pelajaran yang dilatihkan.
b. Anak didik akan dapat
mempergunakan daya fikirannya dengan bertambah baik, karena dengan pengajaran
yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur, teliti dan mendorong daya
ingatnya.
c. Adanya pengawasan, bimbingan
dan koreksi yang segera serta langsung dari guru, memungkinkan murid untuk
melakukan perbaikan kesalahan saat itu juga. Hal ini dapat menghemat waktu
belajar disamping itu juga murid langsung mengetahui prestasinya.
7.
Kelemahan Metode Drill dan
Petunjuk Untuk Mengurangi Kelemahan-Kelemahan Tersebut
a. Kelemahan Metode Drill
1 Latihan Yang dilakukan di bawah
pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.
2 Tekanan yang lebih berat, yang
diberikan setelah murid merasa bosan atau jengkel tidak akan menambah gairah
belajar dan menimbulkan keadaan psikis berupa mogok belajar/latihan.
3 Latihan yang terlampau berat
dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri murid, baik terhadap pelajaran
maupun terhadap guru.
4 Latihan yangs selalu diberikan
di bawah bimbingan guru, perintah guru
dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa.
5 Karena tujuan latihan adalah
untuk mengkokohkan asosiasi tertentu, maka murid akan merasa asing terhadap
semua struktur-struktur baru dan menimbulkan perasan tidak berdaya.
b. Petunjuk Untuk
Mengurangi Kelemahan-Kelemahan Di Atas
1 Janganlah seorang guru menuntut
dari murid suatu respons yang sempurna, reaksi yang tepat.
2 Jika terdapat kesulitan pada
murid saat saat merespon, mereaksi, hendaknya guru segera meneliti sebab-sebab
yang menimbulkan kesulitan tersebut.
3 Berikanlah segera
penjelasan-penjelasan, baik bagi reaksi atau respon yang betul maupun yang
salah. Hal ini perlu dilakukan agar murid dapat mengevaluasi kemajuan dari
latihannya.
4 Usahakan murid memiliki
ketepatan merespon kemudian kecepatan merespon.
5 Istilah-istilah baik berupa
kata-kata maupun kalimat-kalimat yang digunakan dalam latihan hendaknya
dimengerti oleh murid.
B.
Kesulitan Belajar Siswa
1. Definisi Kesulitan Belajar
Definisi kesulitan belajar pertama kali
dikemukakan oleh The United State of
Office of Education (USEOU) pada tahun 1997 yang dikenal dengan public law, yaitu suatu gangguan dalam
satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa uraian atau tulisan. Adapun The National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD)
mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah menunjuk kepada sekelompok
kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam
kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca
menulis, dan nalar. Kesulitan belajar juga dikemukakan oleh The Board of The Association for Children
and Adult with Learning Disabilities (ACALD), yaitu :
a. Suatu kondisi yang diduga
bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi
dan atau kemampuan verbal atau non verbal.
b. Suatu kondisi, ketidakmampuan
yang nyata pada orang-orang yang memiliki system sensoris yang cukup dan
kesempatan untuk belajar yang cukup pula.
Dari beberapa definisi tersebut diatas
mengemukakan bahwa anak kesulitan belajar memperoleh prestasi belajar jauh di
bawah potensi yang dimilikinya. Selain itu juga beberapa definisi tersebut juga
mengemukakan bahwa pengertian kesulitan belajar harus disebabkan oleh adanya
gangguan fungsi neorologin.
2. Klasifikasi Kesulitan Belajar
Secara garis besar yang berhubungan
dengan perkembangan (Developmental
Learning Disabilities) mencakup gangguan motorik dan persepsi kesulitan
belajar bahasa dan komunikasi, kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial.
a. Kesulitan belajar yang
berhubungan dengan perkembangan (Developmental
Learning Disabilities) mencakup gangguan motorik dan persepsi kesulitan
belajar bahasa dan komunikasi, kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial.
Kesulitan tersebut sulit diketahui karena tidak ada pengukuran yang sistematis
dan sering tampak sebagai kesulitan yang disebabkan oleh tidak dikuasainya
ketrampilan prasyarat.
b. Kesulitan belajar akademik,
menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang
sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kesulitan ini dapat diketahui ketika
anak gagal menampilkan salah satu/beberapa kemampuan akademik.
3. Penyebab Kesulitan Belajar
Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu internal dan eksternal. Penyebab utama kesulitan belajar adalah
faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis. Sedangkan
penyebab utama problema belajar adalah faktor eksternal.
Berbagai faktor yang menyebabkan
disfungsi neurologis yang pada gilirannya dapat menyebabkan kesulitan belajar ;
a. Faktor genetik.
b. Luka pada otak karena trauma
fisik.
c. Biokimia yang hilang.
d. Biokimia yang merusak otak.
e. Pencemaran lingkungan.
f. Gizi yang memadai.
g. Pengaruh-pengaruh psikologis
dan sosial.
Adapun menurut Oemar Hamalik ada
beberapa faktor yang dapat menimbulkan kesulitan belajar :
1. Faktor-faktor yang bersumber dari
diri sendiri
Faktor ini timbul dari siswa sendiri
yang seringkali tidak disadari oleh siswa yang bersangkutan atau meski disadari
seringkali menganggap remeh dan tidak berusaha untuk menghilangkan/ memperbaikinya,
yang termasuk dalam sebab ini adalah :
a. Siswa tidak mempunyai tujuan
belajar yang jelas.
b. Siswa kurang berminat terhadap
bahan pengajaran.
c. Kesehatan siswa yang terganggu.
d. Kebiasaan belajar yang kurang
menguntungkan bagi siswa.
2. Faktor-faktor yang bersumber dari
lingkungan keluarga adalah:
a. Masalah ekonomi dalam keluarga.
b. Masalah disharmonis dalam
keluarga.
c. Kurangnya kontrol dalam
keluarga.
d. Faktor-faktor yang bersumber
dari masyarakat
e. Gangguan dari jenis kelamin.
a. Terlalu aktif dalam organisasi.
b. Tidak mempunyai teman belajar
bersama untuk kesulitan belajar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting
Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memilih pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif adalah pendekatan yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak
dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara lain
dari pengukuran.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan
kelas yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kegiatan pembelajaran
dalam mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran.
Menurut T. Raka Joni dalam F.X Soedarsono penelitian tindakan kelas
merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang
dilakukannya itu serta memperbaiki kondisi-kondisi di mana praktek-praktek
pembelajaran tersebut dilakukan.
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN
Kediri II yang terletak di Jl. Sunan Ampel 12 Ngronggo Kediri, MTsN Kediri II merupakan
salah satu Sekolah Menengah Umum yang berada di Kediri di bawah naungan
Departemen Pendidikan Nasional.
Penelitian ini
akan difokuskan pada peserta didik kelas II - 1 di MTsN Kediri II yang
berjumlah 42 siswa (39 siswa muslim dan 3 siswa non muslim) pada saat mengikuti
kegiatan proses belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
B. Tahapan
Penelitian
1.
Perencanaan Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas ini
diharapkan kita dapat mengetahui efektifitas dari penggunaan Metode Drill dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa yang khususnya materi Bahasa Arab bagi siswa
kelas VIII A Di MTsN Kediri II. Sebagai upaya untuk mencapai hasil yang maksimal
dan optimal sesuai dengan keinginan bersama, maka perlu dirumuskan skenario.
Adapun perencanaan skenario tersebut adalah:
a. Diskusi dengan guru pamong
untuk memilih kelas yang akan diteliti.
b. Observasi kondisi kelas II-1 MTsN Kediri II .
c. Identifikasi permasalahan dalam
proses belajar-mengajar.
d. Menyusun langkah-langkah
pembelajaran yang sistematis.
e. Menyusun materi yang akan
disampaikan.
f. Memformulasikan metode yang
sesuai.
g. Membuat alat observasi, untuk
mengetahui keaktifan dan tingkat kreatifitas dalam proses belajra-mengajar.
h. Memakai metode yang digunakan
yaitu Metode Drill.
i. Menyusun alat evaluasi.
Penelitian ini dilaksanakan selama 5
(lima) minggu yang dimulai pada hari Rabu tanggal 28 Juli 2004 dan berakhir
pada tanggal 25 Agustus 2004.
2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas ini,
peneliti membagi menjadi 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Adapun
pelaksanaan tindakan / kegiatan-kegiatan yang direncanakan di kelas selama 5 (lima) kali pertemuan
sebagai berikut:
a. Tahap Awal
1. Salam pembuka.
2. Membaca ayat-ayat pilihan yang
oleh peneliti.
3. Menyampaikan tujuan
pembelajaran / kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.
4. Dalam proses belajar mengajar (Teaching Learning Proces) menerapkan
Metode Drill.
b. Tahapan Inti
1. Peneliti mengadakan tes untuk
hafalan siswa.
2. Peneliti memberikan stimulus
materi yang akan di bahas.
3. Peneliti mebagi siswa menjadi beberapa
bagian kelompok.
4. Peneliti memberi tugas kepada
masing-masing kelompok.
5. Peneliti mengatur jalannya
diskusi.
6. Tiap kelompok harus
mempresentasikan hasil diskusinya.
7. Peneliti memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk menyanggah ataupun
yang lainnya.
8. Peneliti mengevaluasi hasil
kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
c. Tahap Akhir
1. Peneliti meluruskan
permasalahan dan memberikan feed back yang
tepat atas permasalahan yang di bahas.
2. Peneliti
memberi tugas untuk mempelajari bab selanjutnya dan menghaflkan tugas-tugas
yang telah ditentukan.
3. Peneliti
menutup pertemuan / salam penutup
3. Observasi dan
Interpretasi
Selama proses belajar-mengajar
berlangsung, peneliti melakukan pengambilan
data berupa hasil pengamatan dan hasil belajar siswa. Hasil pengamatan dicatat
pada lembar pengamatan dan di dokumentasikan. Hal-hal yang dicatat antara lain
:
a. Aktivitas siswa selama proses
belajar-mengajar berlangsung.
b. Out put belajar siswa yang
diperoleh dari nilai tugas diskusi di kelas, keaktifan siswa, dan nilai tes
ulangan harian.
4.
Analisis dan Refleksi
Analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data.
Menurut Miles dan Hubberman, tekhnik
analisa data terdiri dari 3 tahap pokok, yaitu: 1) Reduksi data, 2) Paparan data,
dan 3) Penarikan kesimpulan.
Reduksi data merupakan proses pemilahan
data yang relevan, penting, bermakna dan data yang tidak berguna untuk
menjelaskan tentang apa yang menjadi sasaran analisis. Langkah yang digunakan
adalah menyederhanakan dengan membuat jalan fokus, klasifikasi dan abstraksi
data kasar menjadi data yang bermakna untuk dianalisis. Data yang telah
direduksi selanjutnya disajikan dengan cara mendiskripsikan dalam bentuk
paparan data yang memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. Kesimpulan merupakan
intisari dari analisis yang memberikan pernyataan tentang dampak dari
penelitian tindakan kelas. Data hasil pengamatan dan hasil belajar siswa,
setelah dianalisis dapat digunakan untuk menyusun refleksi. Refleksi merupakan
kegiatan sintesis-analisis, integrasi, interpretasi dan eksplanasi terhadap
semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan.
Terkait dengan penelitian ini, maka data
yang diperoleh melalui observasi di dalam kelas dianalisis untuk memastikan
bahwa dengan menerapkan metode drill dapat mengatasi kesulitan belajar siswa
dalam mempelajari materi Pendidikan Agama Islam.
Dalam menganlisis data akan digunakan
prosedur dan teknik-teknik yang sesuai dengan tujuan yang ada atau yang akan
dicapai. Yakni memberikan kesempatan kepada siswa untuk pengetahuan-pengetahuan
yang baru didapatnya lebih berharga, karena itu merupakan hasil temuan mereka
sendiri, sehingga pada akhirnya akan dapat mengatasi kesulitan belajar siswa.
C. Siklus Penelitian.
Dalam penelitian tindakan kelas ini,
peneliti membagi menjadi 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Hal
ini sesuai dengan dua pokok bahasan, yakni bab shalat sunah (4 X 45 menit
dengan 2 kali pertemuan), dan bab zikir dan do’a (4 X 45 menit dengan 2 kali
pertemuan).
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini kedudukan peneliti
dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana,
pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi
pelopor hasil penelitiannya. Pengertian instrument atau alat penelitian di sini
tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.
Namun, instrument penelitian di sini dimaksudkan sebagai alat mengumpulkan data
seperti tes pada penelitian kualitatif. Adapun instrumen yang dapat dijadikan
sebagai penunjang lainnya adalah pengamatan dengan lembar pedoman observasi
prilaku siswa di dalam kelas pada saat proses belajar-mengajar, nilai tugas
dari setiap siklus dan nilai ulangan harian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang akurat akan diperoleh ketika proses
pengumpulan data tersebut dipersiapkan dengan matang. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data, yaitu:
1. Metode Observasi
a)
Observasi Partisipatif
Pengamatan dapat
diklafisikasikan atas pengamatan melalui cara berperan serta dan yang tidak
berperan serta. Pada pengamatan tanpa peran serta pengamat hanya melakukan satu
fungsi, yaitu mengadakan pengamatan. Pengamatan berperan serta melakukan dua
peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi
dari kelompok yang diamatinya. Pengamatan dapat pula dibagi atas pengamatan
terbuka dan pengamatan tertutup. Yang terbuka atau tertutup disini adalah pengamat
dan latar penelitian. Pengamat secara terbuka diketahui oleh subjek, sedangkan
sebaliknya para subjek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada pengamat
untuk mengamati peristiwa yang terjadi, dan mereka menyadari bahwa ada orang
yang mengamati hal yang dilakukan mereka. Sebaliknya pada pengamatan tertutup,
pengamatnya beroperasi dan mengadakan pengamatan tanpa diketahui oleh para
subjeknya.
Terkait dengan
penelitian ini, maka observasi disini maksudnya adalah observasi berpartisipatif.
Cara ini digunakan agar data yang diinginkan sesuai dengan apa yang dimaksud
oleh peneliti. Pengamatan partisipatif maksudnya peneliti turut berpartisipasi
secara langsung dan bersifat aktif dalam kegiatan subyek yang diteliti dan
menjadi pengarah acara agar kedalaman dan keutuhan datanya tercapai. Sekaligus
sebagai fasilitator. Pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh dari kelompok
yang diamatinya. Dengan demikian ia dapat memperoleh informasi apa saja yang
dibutuhkannya, termasuk yang dirahasiakan sekalipun. Dan juga peneliti
kadang-kadang mengarahkan obyek yang diteliti untuk melaksanakan tindakan yang
mengarah pada data yang ingin diperoleh peneliti.
b)
Observasi Aktivitas Kelas
Merupakan suatu
pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya dalam
proses belajar-mengajar maupun dalam model pembelajaran apapun. Sehingga,
peneliti memperoleh gambaran suasana kelas dan peneliti dapat melihat secara
langsung tingkah laku siswa, kerjasama serta komunikasi diantara siswa dalam
proses belajar-mengajar.
Terkait dengan
penelitian ini, maka observasi disini maksudnya adalah observasi aktivitas
kelas yang dilaksanakan oleh peneliti dan siswa yang diteliti ketika peneliti
mengajar dikelas yang menggunakan Metode Drill. Observasi secara langsung yang
dilakukan peneliti ini agar memperoleh data-data yang berguna bagi
penelitiannya.
2. Pengukuran Test Hasil
Belajar
Data yang telah diperoleh dilapangan
akan dikomparasikan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi prilaku
siswa, out put dari data evaluasi tugas,
nilai ulangan harian, juga melihat dari keaktifan obyeknya.
Untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data, dan data yang
diperoleh tidak hilang maka peneliti melakukan perekaman dengan cara membuat
catatan dari hasil yang telah diperoleh selama proses penelitian. Teknik
perekaman yang dilakukan adalah dengan membuat catatan-catatan pada lembar
pedoman observasi prilaku siswa berdasarkan perkembangan siswa setiap siklus,
yakni siklus I dan siklus II.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk pengecekan keabsahan data dalam
penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu.
Terkait dengan penelitian ini, maka data
yang dijadikan perbandingan adalah lembar pedoman observasi prilaku siswa,
hasil dari nilai tugas (siklus I dan siklus II), keaktifan siswa, dan nilai
ulangan harian.
G. Indikator Kinerja
Sebagai tolak ukurnya, penelitian ini
yang dilaksanakan selama 5 kali pertemuan pada saat proses belajar-mengajar dengan
observasi di dalam kelas sudah cukup untuk menilai apakah penggunaan metode Drill
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MTsN Kediri II dapat mengatasi kesulitan
belajar siswa. Hal tersebut dapat kita lihat dari catatan pada lembar observasi
prilaku siswa pada saat mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar, nilai tugas
dan tes ulangan harian.
BAB
IV
PAPARAN
DATA DAN HASIL PENELITIAN
??????????????????
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Kediri
II yang terletak di Jl. Sunan Ampel 12
Ngronggo.Kediri, MTsN Kediri II merupakan salah satu Sekolah Menengah Umum yang
berada di Batu di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. MTsN Kediri II merupakan
sekolah yang favorit. MTsN Kediri II didukung oleh sumber daya manusia yang cukup memadai
dan profesional, dimana MTsN Kediri II , memiliki 54 pendidik/guru yang tetap, 9 pendidik/guru
yang tidak tetap, 3 pegawai tetap dan 10 pegawai tidak tetap. Jadi jumlah
seluruh pendidik di MTsN Kediri II, berjumlah 76
dengan kepala sekolah. Pegawai di MTsN Kediri II sebagian
besar mereka adalah lulusan berpendidikan yang tinggi.
Dan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, MTsN Kediri II menyediakan berbagai
macam fasilitas yang mendukung proses pendidikan, diantaranya adalah ruang
belajar (kelas) yang berjumlah 26 kelas, yitu 9 ruang untuk kelas satu, 9 ruang
untuk kelas dua, dan 8 ruang untuk kelas tiga. MTsN Kediri II juga dilengkapi
dengan laboratorium komputer, laboratorium bahasa, laboratorium IPA,
laboratorium IPS, perpustakaan, musholla, ruang guru, ruang tata usaha, ruang
kepala sekolah, ruang BP, ruang kesenian, organisasi kesiswaan seperti OSIS,
UKS, Koperasi Sekolah, Pramuka, PMR, ruang olah raga, dan kamar mandi.
Penelitian ini akan difokuskan pada peserta didik kelas II - 1 di MTsN Kediri II MTsN Kediri II yang
berjumlah 42 siswa pada saat mengikuti kegiatan proses belajar-mengajar mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini dilaksanakan oleh guru
praktekan selaku penulis laporan ini. Penelti mencoba menerapkan metode yang
dianggap mampu untuk mengatasi permasalahan dalam mengatasi kesulitan belajar. Salah
satu metode pengajarannya adalah dengan menerapkan metode drill. Penelitian ini
juga dimaksudkan untuk mengubah system pengajaran Pendidikan Agama Islam yang
selama ini monoton menjadi menarik dan diminati oleh siswa.
B. Hasil Penelitian
Uraian berikut adalah salah satu upaya untuk mendeskripsikan hasil
penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan. Dengan demikian kita akan
mengetahui bahwa penggunaan metode drill dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dapat mengatasi kesulitan belajar siswa kelas II-1 di MTsN Kediri II MTsN Kediri II.
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 28 Juli 2004 sampai dengan
tanggal 25 Agustus 2004 selama 5 kali pertemuan, tiap hari sabtu jam 3-4 di
kelas II-1. Dengan demikian, praktek untuk mengajar yang dilakukan peneliti
hanya berlangsung 5 kali pertemuan (1 pertemuan, observasi kelas, dan 4
pertemuan untuk praktek mengajar) dengan 2 pokok bahasan yaitu bab shalat sunah
(4 X 45 menit dengan 2 kali pertemuan), dan bab zikir dan do’a (4 X45 pertemuan
dengan 2 kali pertemuan).
1. Siklus Pertama
a.
Rencana Tindakan Siklus I
Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan optimal, peneliti
menerapkan metode drill sebagai metode yang dapat melibatkan antara guru dan
siswa dan dapat berperan aktif dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Karena
jika hanya menggunakan metode-metode klasik seperti metode ceramah ataupun yang
lainnya dirasakan kurang tepat jika diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada kelas II-1.
Siklus ini terdiri dari satu pokok bahasan, yaitu bab shalat sunah (4 X
45 menit dengan 2 kali pertemuan). Sebelum pelaksanaan metode drill pada siklus
I, peneliti melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu:
a. Membuat
rencana pembelajaran.
b. Membagi
materi BAB II (Shalat Sunah) menjadi 5 bagian, yaitu:
1)
Shalat dhuha
2)
Shalat gerhana matahari dan bulan
3)
Shalat istikharah
4)
Shalat hajat
5)
Shalat istisqa’
c. Peneliti
membagai siswa kelas II-1 menjadi 5 kelompok sekaligus memberi tugas
masing-masing kelompok..
d. Setelah
pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambila alat observasi guna mengetahui
keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Siklus I
Setelah diputuskan menggunakan
metode drill siswa kelas II-1, maka tahapan pembelajaran sesuai dengan tahapan
dalam metode drill. Adapun penelitian ini mulai dilaksanakan pada tanggal 04
Agustus 2004 yang proses pembelajarannya berlangsung selama 2 X 45 menit, yang
meliputi:
Pertemuan I : 2 X 45 menit
(Rabu, 04 Agustus 2004)
1. Tahap Awal
a. Salam pembuka (assalamu’alaikum
Wr. Wb.)
b. Membaca Al-Qur’an sesuai dengan
topik bahasan.
c. Presensi siswa.
2. Tahap Inti
Pre
Activity
a. Peneliti/ guru memberikan
stimulus materi BAB II (Shalat-Shalat Sunah)
b. Peneliti/ guru membagi siswa
menjadi 5 kelompok.
c. Peneliti/ guru memberi tugas
kepada masing-masing kelompok.
Whilst
Activity
a. Peneliti/ guru memberikan
instruksi untuk membaca dan menghafal do’a sholat dhuha serta menulisnya dalam
waktu beberapa menit. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang disesuaikan
dengan materi BAB II serta mempresentasikannya.
b. Peneliti/ guru mengatur
jalannya diskusi.
c. Peneliti/ guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk
menyanggah ataupun yang lainnya.
Post
Activity
a. Peneliti/ guru mengevaluasi
hasil kinerja siswa selama diskusi.
b. Peneliti/ guru meluruskan
permasalahan dan memberikan feed back yang
tepat atas permasalahan yang ada.
3. Tahap Akhir
a. Peneliti/ guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
b. Peneliti/ guru memberikan
motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya.
c. Peneliti/ guru memberikan
informasi mengenai bahasan selanjutnya.
d. Peneliti/ guru memberi tugas
untuk menulis kembali do’a shalat dhuha.
e. Peneliti/ guru menutup
pertemuan / salam penutup.
Pertemuan II : 2 X 45 menit
(Rabu, 11 Agustus 2004)
1. Tahap Awal
a. Salam pembuka (assalamu’alaikum
Wr. Wb.)
b. Membaca Al-Qur’an sesuai dengan
topik bahasan.
c. Membaca do’a shalat dhuha.
d. Presensi siswa.
e. Peneliti/ guru mengadakan tes
untuk hafalan siswa.
f. Peneliti/ guru menjelaskan
secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar.
2. Tahap Inti
Pre
Activity
Peneliti/ guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan seputar materi sebelumnya.
Whilst
Activity
a. Peneliti/ guru memberikan
kesempatan kepada kelompok yang belum presentasi.
b. Peneliti/ guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk
menyanggah ataupun yang lainnya.
c. Peneliti/ guru membuka session
untuk tanya jawab dengan para siswa.
d. Peneliti/ guru mengatu jalannya
diskusi.
Post
Activity
a. Peneliti/ guru meluruskan
permasalahan dan memberikan feed back yang
tepat atas permasalahan yang ada.
b. Peneliti/ guru mengevaluasi
hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.
c. Peneliti/ guru menjelaskan
secara detail materi BAB II.
3. Tahap Akhir
a. Peneliti/ guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk betanya.
b. Peneliti/ guru menyuruh kepada
siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c. Peneliti/ guru memberikan
motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya.
d. Peneliti/ guru menutup
pertemuan / salam penutup.
c. Observasi Siklus I
Selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, peneliti di sini selain bertindak sebagai guru, peneliti juga
bertindak sebagai observer yang mencatat lembar pengamatan pada lembar
observasi prilaku siswa. Hasil pengamatan pada tahap I, kegiatan siswa sudah
cukup bagus, siswa terlihat lebih antusias dalam memperhatikan pelajaran,
karena pelajaran yang didapatkan akan lebih menyenangkan dari biasanya.
Memasuki tahapan
II, siswa lebih antusias dan lebih aktif dalam belajarnya, hal ini terlihat
dari kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Mayoritas siswa dapat
membaca do’a sholat dhuha serta
bersemangat dalam mendemonstrasikannya. Namun ada sebagian kecil siswa yang
sedikit dapat membaca bacaan do’a sholat dhuha dan siswa sangat aktif untuk
bertanya.
Setelah siswa mendapatkan metode drill, siswa diberi soal post test untuk
mengetahui tingkat kefahaman siswa dalam menerima pelajaran yang telah
disampaikan. (lampiran nilai)
d. Refeleksi Siklus I
Tujuan peneliti menerapkan metode
drill semula adalah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa, agar metode-metode
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dirasakan efektif oleh siswa. Khususnya
pada kelas II-1 MTsN Kediri II, yang mana hal ini tidak terlepas dari kebiasaan
siswa dalam belajar yang dialaminya selama ini. Untuk menyikapi kenyataan
diatas, maka diambil langkah-langkah:
1
Memperhatikan peningkatan siswa
yang berminat menulis lafal-lafal apapun (Al-Qur’an, Al-Hadits) serta hafalan
bacaan-bacaannya, maka perlu diberikan metode drill yang lebih efektif dan
efisien, yaitu dimulai dengan tahapan drill untuk membaca terlebih dahulu.
2
Sebagian kecil siswa yang kurang
hafal bacaan-bacaan dzikir dan do’a masih merasa kesulitan untuk membaca,
menulis, maka harus diberikan waktu tersendiri untuk melakukan drill.
2. Siklus Kedua
a. Rencana Tindakan Siklus
II
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran, peneliti memilih
menggunakan metodr drill yang nantinya akan melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sebelum pelaksanaan metode drill pada siklus II, peneliti melakukan
perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu:
a. Membuat
rencana pembelajaran.
b. Membagi
materi BAB III (Zikir dan Do’a) menjadi 5 bagian, yaitu:
1)
Pengertian, dan fungsi zikir.
2)
Adab, dan lafal zikir.
3)
Pengertian, dan fungsi do’a.
4)
Kedudukan, dan adab berdo’a.
5)
Fadilat zikir dan do’a.
c. Peneliti/
guru membagai siswa kelas II-1 menjadi 5 kelompok sekaligus memberi tugas
masing-masing kelompok..
d. Setelah
pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambila alat observasi guna
mengetahui keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
berlangsung.
b. Pelaksanaan Siklus II
Dengan tetap menggunakan metode drill maka tahapan pembelajaran yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertemuan I : 2 X 45 menit (Rabu,
18 Agustus 2004)
1. Tahap Awal
a. Salam pembuka (assalamu’alaikum
Wr. Wb.)
b. Mebaca Al-Qur’an sesuai dengan
topik bahasan..
c. Membaca do’a shalat dhuha.
d. Presensi siswa.
e. Peneliti/ guru mengadakan tes
untuk hafalan siswa.
f. Peneliti/ guru menjeaskan
secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar.
2. Tahap Inti
Pre
Activity
a. Peneliti/ guru memberikan
stimulus materi BAB III (Zikir dan Do’a)
b. Peneliti/ guru membagi siswa
menjadi 5 kelompok.
c. Peneliti/ guru memberi tugas
kepada masing-masing kelompok.
Whilst
Activity
a. Peneliti/ guru memberikan instruksi
untuk membaca dan menghafal lafal-lafal zikir dan do’a dalam waktu beberapa
menit. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang disesuaikan dengan materi BAB
III serta mempresentasikannya.
b. Peneliti/ guru mengatur
jalannya diskusi.
c. Peneliti/ guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk
menyanggah ataupun yang lainnya.
Post
Activity
a. Peneliti/ guru mengevaluasi hasil
kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.
b. Peneliti/ guru meluruskan
permasalahan dan memberikan feed back yang
tepat atas permasalahan yang ada.
3. Tahap Akhir
a. Peneliti/ guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
b. Peneliti/ guru memberikan
motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya.
c. Peneliti/ guru memberikan informasi
mengenai bahasan selanjutnya.
d. Peneliti/ guru memberikan tugas
untuk menulis kembali bacaan-bacaan zikir dan do’a yang ada di buku paket.
e. Peneliti/ guru menutup
pertemuan/ salam penutup.
Pertemuan II : 2 X 45 menit (Rabu, 28 Agustus 2004)
1. Tahap Awal
a. Salam pembuka (assalamu’alaikum
Wr. Wb.)
b. Membaca Al-Qur’an sesuai dengan
topik bahasan.
c. Membaca do’a shalat dhuha.
d. Presensi siswa.
e. Peneliti/ guru mengadakan tes
untuk hafalan siswa.
f. Peneliti/ guru menjelaskan
secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar.
2. Tahap Inti
Pre
Activity
Peneliti/ guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan seputar materi sebelumnya.
Whilst
Activity
a. Peneliti/ guru memberikan
kesempatan kepada kelompok yang belum presentasi.
b. Peneliti/ guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapatnya, baik dalam bentuk
menyanggah ataupun yang lainnya.
c. Peneliti/ guru membuka session
untuk tanya jawab dengan para siswa.
Post
Activity
a. Peneliti/ guru meluruskan
permasalahan dan memberikan feed back yang
tepat atas permasalahan yang ada.
b. Peneliti/ gruru mengevaluasi
hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.
c. Peneliti/ guru menjelaskan
secara detail materi BAB III.
3. Tahap Akhir
a. Peneliti/ guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
b. Peneliti/ guru memberikan
motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajarnya.
c. Peneliti/ guru menutup
pertemuan/ salam penutup.
c. Observasi Siklus II
Setelah diadakan perbaikan-perbaikan terhadap hasil yang didapat pada siklus I.
kegiatan siswa dalam proses belajar-mengajar lebih bagus lagi, karena ada
kemajuan bagi kelompok yang belum presentasi. Dari hasil pengamatan, diperoleh
bahwa siswa cukup antusias dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar, dan siswa
bertambah aktif untuk bertanya. Dan juga siswa mengalami peningkatan dalam
ketepatan dan kecepatan menghafal lafal-lafal Al-Qur’an/ Al-Hadits.
Dalam peningkatan prestasi belajar siswa yang merupakan hasil akhir dari
pembelajaran metode drill, yaitu dapat dilihat pada hasil nilai akhir ulangan
harian siswa.
d. Refleksi Siklus II
Dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dengan menggunakan
metode drill, maka tujuan pembelajaran yaitu untuk dapat mengatasi kesulitan
belajar siswa dan siswa untuk lebih aktif, kreatif dalam proses
belajar-mengajar.
Dari hasil
observasi pada siklus II, maka langkah yang akan diambil:
a.
Pemahaman dan ketaatan siswa
menunjukkan bahwa metode drill harus terus diterapkan kepada siswa untuk lebih
mudah dimengerti secara mendalam makna yang terkandung dalam materi yang disampaikan.
b.
Menjaga agar kualitas belajar yang
sudah berjalan berkembang lebih baik dan tetap terpelihara.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam bab ini, penulis mencoba menyimpulkan beberapa hal dari papara data
yang ada, diantaranya adalah :
1
Berdasarkan hasil penelitian,
metode drill dengan berbagai bentuknya dapat membantu siswa untuk lebih mudah
belajar mata pelajaran PAI khususnya untuk materi yang berkaitan dengan
Al-Qur’an. Hal ini terbukti dengan kelancaran, kefasihan siswa membaca
lafadz-lafadz tersebut, menulis dan menghafalnya. Bahkan proses kegiatan
belajar siswa dapat lebih efisien.
2
Pelaksanaan metode drill dalam
rangka untuk menghadapi kesulitan belajar siswa dilakukan setiap kali proses
kegiatan belajar mengajar. Tidak bergantung pada bahasan materi pendidikan
agama saja, tetapi pada pokok bahasan yang lain pun dilakukan pemberian drill
dengan menampilkan dalil-dalil yang berkaitan dengan bahasan tersebut. Bentuk
drill yang mereka peroleh adalah dengan membaca lafadz-lafadz arab dan
menulisnya, bahkan untuk lebih efektif diberikan kepada mereka tugas-tugas
rumah seperti menyalin lafadz-lafadz tersebut dibuku lain dengan tulisan yang
lebih baik. Kemudian untuk hafalan dilakukan prakatek didepan kelas pada
pertemuan selanjutnya begitu seterusnya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang perlu
penulis sampaikan, antara lain :
1
Bagi guru yang berfungsi sebagai
pengajar sekaligus pendidik atau bagi pihak-pihak lain yang melakukan proses
pembelajaran, sebaiknya metode drill secara kontinyu tetap diaplikasikan dalam
kegiatan khususnya untuk materi Pendidikan Agama Islam yaitu pada bahasan materi
pendidikan agama, mengingat metode tersebut sangat relevan untuk menggembleng
siswa agar mampu membaca, menulis, dan menghafal lafal arab. Namun juga tidak
menutup kemungkinan, bagi guru untuk menggunakan metode-metode mengajar yang
dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi belajar mengajar di kelas.
2
Profesionalitas dari seorang dalam
mengajar dan mendidik menjadi faktor pendukung keberhasilan siswa. Maka
hendaklah mampu bagi guru menguasai materi juga segala teknik mengajar sehingga
ketika mengalami kendala akan dapat dicarikan jalan keluarnya sebagai
alternatif lain.