Al-Assoy = As-Say
–العصيّ = السّيّ
Alhamdulillah momen itu datang lagi.
Momen yang insyaallah membuat seorang
semakin mendekati kematangannya sebagai orang dewasa. Ya, adu argumen dengan
anak-anak cerdas 91. Buang rasa malu, kendalikan emosi agar bisa terus berpikir
jernih. Semoga kita semua disini dapat belajar dari apapun dan siapapun.
Awalnya
Al-Assoy (baca : Al-‘Assoy)
menurutku berakar dari kata عصى – يعصي – معصية
sehingga perlu kuluruskan bahwa maknanya kurang baik jika terus digunakan. Nah,
kita kumpul di sini tuk diskusikan 2 kata tersebut.
Yang
pertama pengertian Al-Assoy.
Yang
kedua pemahaman games Islami.
1. Pengertian Al-Assoy
Al-Assoy (baca :
Al-‘Assoy)
menurutku berakar dari kata عصى – يعصي – معصية
sehingga perlu kuluruskan bahwa maknanya kurang baik jika terus digunakan.
Penggunaan ((ال dalam Al-Assoy memastikan kata ini
merujuk pada makrifat dalam bahasa Arab. Sehingga jika dicoba untuk
menerjemahkan, sangat tepat terjemah Arab ke Indonesia. Belum terpikirkan oleh
mereka sebagian kecil bangsa Spanyol dan Prancis juga menggunakan (Al) yang
ditulis (El).
“Kita
menulis Al-Assoy tanpa huruf (H) bapak, jadi tidak dapat diterjemahkan
sebagai maksiat”
Dengan
santun mereka sampaikan argument mereka tentang pengambilan kata tersebut
sebagai nama Bani (komunitas/kaum)
mereka. Sangat positif, dengan begitu mereka menghindari penggunaan kata
“geng” dengan konotasi negatif dan justru mengadopsi kata Arab بنيّ semoga
lebih mengakrabkan mereka dengan bahasa Arab. Amin.
“Jika
tanpa huruf (H) sebagai transliterasi huruf ص maka tak a
da pilihan huruf lain selain huruf س ,sehingga
tak lagi dibaca Al-‘Assoy tetap Al-Assay. Nah disini menunjukkan
ketidakkonsistenan kalian dalam memilih kata sesuai dengan kaidah.”
Bantahku.
“kita
tidak sejauh itu bapak, wong kita belum ngerti kok,hehehe” “Waktu itu yang
terpikirkan adalah bagaimana komunitas ini Asoy, geboy pokoke assik”,
tambah
seorang dari mereka.
“So,
kalo bunyinya sudah begini kira-kira artinya apa ya?, maksud saya membahas ini
adalah memperkaya wawasan kebahasaan kalian.”,
tantangku
kembali.
“teh pak, iya kan?”
“mantap,
Alhamdulillah masih ada yang ingat kosa kata yang satu itu. So kesimpulan
bahasan yang pertama, kalian akan tetap gunakan kata “Al-Assoy” dengan
makna “As-Say” lebih tepat
“Asy-Syay” yang paling dekat terjemahnya adalah teh. Teh itu bisa manis
menyegarkan, pahitpun akan menjadi obat. Jika salah maknanya segera setelah ini
kita lihat kamus. Subhanallah.”
2. Pemahaman Games Islami
Berdasarkan
salah satu makna hadits bahwa
“menyentuh babi lebih baik dari pada menyentuh
wanita budak hitam yang bukan mahram”
Inilah yang membuat saya semakin semangat ajak
kalian diskusi. Sebagai gambaran mereka mengadakan
games “blind man” mereka akan menyentuh bagian kepala atau bahkan wajah
laki-laki atau perempuan dan menebak siapa yang disentuhnya.
Terlebih ada hadits lagi :
من رأ منكم منكرا فليغيّره بيده وإن لم
يستطع فبلسانه, وإن لم يستطع فبقلبه وهو أضعف الإيمان
Seorang
yang melihat kemunkaran hendaklah ia rubah dengan kekuasaan, jika tak mampu
dengan ucapan, jika tidak juga mampu dengan hati. Dan yang terakhir adalah
selemah-lemahnya iman. Masyaallah.
Maka
alternatifnya yang pastinya halal adalah target sentuh perempuan adalah
perempuan bukan sebaliknya.
“Gak
seru dong pak”,salah seorang pun mulai berkomentar.
“Nah
kalo seru gak seru, ini sudah jadi nafsu yang bicara”
“kita
sudah pada dewasa kok, paham batasan-batasannya, sesama saudara gak pake nafsu ”
bantah
mereka.
“Nah,
ini yang menarik. Bagaimana kemudian kalian buktikan, media sentuhan dalam games meski bukan mahram
dapat menguatkan persaudaraan, bukan malah merangsang nafsu. Sementara beberapa
kasus di luar sana seorang sahabat laki2 bisa menghamili sahabat perempuannya
sendiri. Karena setiap manusia memiliki nafsu khususnya laki-laki terhadap
perempuan, sehingga pantas dibuat batasan-batasan. Minimal tidak terlalu
tersiksa dengan dampak memulai sentuhan berupa momogi (candu mau lagi
mau lagi) Semua berawal dari sentuhan
yang kita anggap sepele”.
“Mungkin
gak kita bahas ini tanpa kaitkan Al-Qur’an dan hadits?”,
“kan
kita muslim?”. tambahku
Jadi
sebenarnya saya masih sangat tidak setuju dengan games tersebut berlandaskan
makna hadits di atas.”
Tantangku
“Masyaallah
sudah demikian kacau pemahaman mereka tentang pergaulan. Apa memang sudah
waktunya yang demikian dianggap wajar?,Tanya kenapa?”,tanyaku dalam hati.
“Adapun
begitu banyak yang melakukan games2 yang cukup melanggar batas itu karena
penafian mereka tentang Islam dan batasan-batasannya. Sehingga anggapan atau
argumentasi games ini bisa jadi halal karena banyak sekali yang melakukan
adalah suatu kesalahpahaman yang bisa jadi belum kamu pahami apalagi terima.
Tentang ghazwul fikri kaitannya
dengan opini publik”
Tambahku.
“selain
kita, ada beberapa geng lagi yang sebenarnya lebih pantas dikomentari dengan
nama dan segala prilaku negatifannya lagi pak.”
“oh,
iya, jika banyak waktu pasti akan saya ajak bicara. Petimbangannya adalah,
mereka tak sematang kalian yang insyaallah mudah diajak diskusi seperti ini.
Pendekatannya akan berbeda.”
Mereka
masih tidak puas dengan jawabanku. Maklum namanya juga anak-anak. Di usia
mereka, banyak yang merasa dewasa padahal belum memenuhi indikator dewasa.
Silahkan “indikator orang2 dewasa” di cari sebagai PR para pembaca tulisan ini.
Hehehe.
Menyadari
diskusi ini tidak akan tuntas hanya dalam setengah jam, maka segera kusimpulkan
termin kedua ini. Segera akan kita bahas pula tetang suau komunitas yang
laki-lakinya tidak berhasrat/bernafsu jika dekat dengan teman perempuannya.
“Nah
loh,kok bisa?”
“Bisa
lah kalo diusahakan,hehehe,kira2 apa saja factor yang dapat membuat mereka bisa
tidak berhasrat/nafsu kepada teman perempuannya?”
Insyaallah
mereka akan menjawab pertanyaan2 kita.
Semoga
bisa difollowup.
“Mari
berdoa, semoga kita dapat menjadi hamba-Nya yang soleh,amiiin”
“Al-fatihah”
(Luthfimulyadi,Jum’at,06Desember2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar