Pagi
itu seperti biasa sulit dibangunkan meski telah duduk di kelas dua kini.
Seringkali ayah terpaksa mengangkatnya ke kamar mandi. Tak jarangpula ia
menangis marah karena terusik kelelapan tidurnya.
Di
kamar mandi iapun memulai pembicaraan dengan ayahnya. Ayah biasa memaksa Izza
tuk mandi dengan air dingin setiap hari (bukan air hangat). Tanpa menunggu lama
ayah segera mengguyurkan air ke badan Izza meski menggigil kedinginan.
“ayah
sih, aku kan lagi enak-enak mimpi berenang di Ciater?”
Keluhnya.
Ayahnyapun segera menimpali senang dengan interaksi anaknya. Bagi ayah
komunikasi seperti inilah yang banyak diharapkan. Lebih jauh ayah ingin
mengembangkan proses berpikir anaknya lewat beberapa pertanyaan dalam dialog
singkat.
“Emang
kamu dah pernah ke sana?”
Izza
tak langsung menjawab. Entah apa yang dipikirkannya. Bisa jadi lupa kapan ia
pernah pergi ke sana.
“ke
Ciater itu gak enak, apalagi sekarang musim kemarau,udara panas di mana-mana.
Masa udah panas berenang air panas?”
Ayahnya
segera mencounter rencana Izza minta di ajak ke sana. Ayah memang biasa
mengcouter rencana-rencana kreatif anaknya karena keterbatasan dana.hehehe.
“nah,sekarang
kan dingin yah, masih pagi,kok ayah mandiin Izza pake air dingin?”
“????????????????????????”
Di
luar dugaan, Izza memancing ayahnya tuk bicara tentang cuaca panas
dimana-mana,air panas Ciater,ketidaknyamanan mandi air panas saat udara panas
dan endingnya menyerang ayah dengan pernyataannya sendiri.
“Subhanallah,Alhamdulillah.
Semoga Izza jadi anak yang solehah, pandai dan pintar dengan
argumentasi-argumentasi logisnya. Amin.