Satu persatu agenda acara siang itu terlewati. Upacara pembukaan, teknis pelaksanaan, pemaparan agenda,mendirikan tenda,macam-macam bentuk tenda, seru2an masak bersama di lapangan, kompor meledug,sampai hujan deras ba'da maghrib.
Beberapa anak terlihat kurang sehat dan hampir menyerah mengikuti kegiatan ini. Jeda waktu yang diberikan untuk istirahat sangat sempit. Panitia kelas VIII dan IX telah terlebih dahulu mengevakuasi barang-barang peserta sebelum hujan deras turun. Saat itu peserta belum menyelesaikan doa mereka ba'da Isya.
Segera setelah doa, kak pembina meminta bantuan peserta untuk ikut mengevakuasi barang-barangnya. Malam itu terlihat sangat berantakan dengan barang-barang peserta yang campur baur. Tak mengapa,ini proses dari pembelajaran. Kita berlatih fokus pada agenda, dan tidak panik saat menghadapi keadaan apapun.
Jam telah menunjukkan pukul 21.00. Beberapa pos di luar sana agaknya tidak dapat dimaksimalkan karena kondisi masih basah. Entah mengapa malam itu sepi sekali di depan madrasah, padahal tiap malam minggu pasangan muda-mudi suka bercengkrama di tukang bakso samping madrasah. Lalu lalang kendaraan bermotorpun sepi. Atmosfer malam itu seakan bukan lagi di Bangka XI, akan tetapi di suatu tempat jauh di luar Jakarta.
Agak telat para penjaga pos menempati tempat yang ditentukan karena harus kembali briefing untuk plan b. Lampu mulai dipadamkan. Hanya senter yang menemani mereka mencari kakak penjaga pos di beberapa kelas atau di titik tertentu. Alhamdulillah,teman-teman dan kakak panitia bertugas dengan baik sekali meski harus menjaga pos seorang diri di beberapa titik yang memiliki energi negatif.
Malam itu, meski aku sudah memberanikan diri, tetap saja aura dan energi negatif tetap membahana. Ia seakan mengikutiku kemana saja aku pergi, bahkan sampai musholla. Di pinggir musholla seakan ia menjelang menungguku kembali keluar dari musholla.
Jujur aku agak khawatir menghadapi suasana seperti ini. Memadamkan lampu berarti mengundang mereka bermain bersama. Ya, mengundang para jin penunggu kelas, wc dan dapur jin itu ikut beraktifitas bersama.
Aku harus jujur dengan apa yang dapat aku lihat. Aku memang berbeda dengan teman-teman yang lain. Aku lihat kak Nurul di temani kuntilanak saat bertugas jaga pos di kelas VIII-3.Aku salut ia begitu berani dan percaya diri menjalani tugasnya, padahal sosok putih berambut panjang dengan gigi bertaring duduk tepat di sampingnya, kadang pindah melayang duduk di atas papan tulis.Kuntilanak itu tiba-tiba menyeringai memandang ke arahku seakan tak nyaman dengan keberadaanku.
Aku melihat kak Azza dijilati lehernya oleh makhluk hitam besar berbulu. Lidah bercabang panjang sekali menjulur dari arah belakang leher sampai bokongnya.Pertanyaanku kenapa kak Azza?, Ada apa dengan kak Azza?, Apa kesalahannya?
Aku melihat kak Alif didampingi 2 sosok yang rapih sekali penampilannya seakan kagum dengan kemampuan kak Alif. Ada apa dengan kak Alif?
Aku melihat temanku Zulfi dan Fikar di temani oleh sosok hitam telanjang.Kemaluannya yang panjang menjijikkan beberapa kali mengeluarkan cairan yang di arahkan kepada kedua temanku itu. Matanya keluar bernafsu sekali menciumi keduanya. Masyaallah ada apa dengan keduanya?
Aku heran juga dengan kak Pembina yang berada di depan WC lantai 2 seakan tak merasakan apa-apa, padahal dia sempat dirangkul oleh dua sosok wanita cantik berbaju putih. Keduanya seakan manja sekali bersandar di lengan kanan dan kiri kak Pembina. Aku sempat ingin menanyakan itu tapi...,sudahlah, kak Pembina memang layak memiliki banyak fans termasuk...hiiii.
Aku masih tertahan di musholla. Tempat teramanku sebelum lampu kembali dinyalakan.Waktu terasa lambat sekali berjalan, padahal hanya 2jam sampai pukul 23.00. Alhamdulillah, akhirnya lampu kembali dinyalakan. Sementara waktu aku bisa bernafas lega melenggang ke lantai 1 tempat panitia berkumpul meski masih ada saja beberapa pasang mata mengintaiku. Waktunya peserta MCK sebelum istirahat.
Pukul 23.30 peserta tak kunjung tidur. Masih ada di antara mereka yang memasak mie untuk di makan karena lapar menyergap di suasana yang dingin. Alhamdulillah, lapangan kembali dapat digunakan untuk mereka istirahat. Di lapangan ini mereka tidur dengan lelapnya, di dalam atau di luar tenda sama nikmatnya. Di atas sana ribuan bintang menyaksikan indahnya persahabatan kita. Barulah pada pukul 24.00 mereka dapat tidur.
Panitia kembali melakukan evaluasi dan briefing untuk kegiatan selajutnya pukul 02.30. Suasana sepi menghiasi jeda antara pukul 00.00 sampai 02.30 wib. Briefing telah selesai dilaksanakan. Panitia pun tak membuang kesempatan beristirahat meski hanya 1jam atau kurang dari itu.
Kala itu aku mendapat tugas dari kak Pembina untuk memasak air di dapur untuk kepentingan minum peserta dan panitia. Tiba-tiba suasana dan atmosfer itu kembali terbangun. Meski lampu sudah dinyalakan mata-mata itu masih mengintaiku. Mengikuti kemanapun aku melangkah. Suara bisikan, dan tawa cekikikan beberapa kali terdengar di lorong menuju perpustakaan.
Aku merasa di ombang-ambing, di dorong-dorong oleh anak-anak kecil seperti hobbit yang tidak dapat aku lihat wajahnya. Beberapa mencubit dan menaiki badanku.
Saat berada tepat di depan perpustakaan wajah besar itu pun muncul. Wajah yang memenuhi seluruh jendela kaca perpustakaan. Wajah yang seakan ingin menguji kemampuanku.
Akupun terhempas dan terlempar membentur pintu lab IPA. Mendengar suara benturan teman-teman segera menghampiri dan membantuku.
"Kenapa thi?, thi, kenapa?", tanya Hilmi sahabatku
"gpp,udeh gpp"aku berusaha tidak membuatnya panik
Hilmi segera membawaku kembali ke ruang panitia masih dalam keadaan lemas.
"Lo kenapa sih thi?", tanyanya sekali lagi. Tampaknya ia masih penasaran. Hilmi adalah sahabatku yang paling rajin ibadahnya termasuk puasa sunnah senin kamis.
Aku sempat membaca bahwa orang yang rajin ibadah dan banyak amalan sunnahnya insyaallah tidak akan mudah digoda dan diganggu oleh para jin. Sebaliknya orang-orang sepertiku yang kurang rajin ibadah bisa jadi mudah sekali diganggu.
Sehari setelah peristiwa itu aku masih merasakan cekikan pada leherku. Rasa itu berangsur hilang saat aku kembali rajin tadarrus dan mengamalkan doa harian yang di ajarkan Rasulullah saw. Subhanallah.
Bisa jadi aku punya kelebihan untuk bisa melihat dan merasakan mereka, ini berarti pula ibadah dan amalanku harus ditambah, karena dengan bertambahnya kemampuan luar biasa bertambahpula tanggungjawab pemiliknya.
So the question is, am i the sensei?