Bismillahirrahmanirrahim.
Tak pernah mudah
tuk capai puncak gunung. Terlebih dengan kondisi fisik yang jarang dilatih,hehehe. Makanya
naik gunung menjadi penting salah satunya
demi memelihara kondisi fisik yang prima.
Ingat bro,gunung itu adalah
gundukan tanah atau batu yang menjulang karena tekanan magma dari dalam perut
bumi minimal mempunyai tinggi 500mdpl. Nah, yang satu ini meski terlihat hanya
seperti bukit dengan full savana dan terlihat cukup rendah dilihat dari kakinya,
tapi ketinggiannya mencapai 2249mdpl jelas lebih tinggi dibanding puncak Gn.Salak1 yang ketinggiannya 2211mdpl. Ya, ia
adalah Gunung Guntur
Cantiknya savana
yang berwarna keemasan saat terkena sinar matahari pagi telah menaklukkan
hatiku saat berjumpa dengannya pertama kali di Garut. Bukan Papandayan, bukan
Cikuray.
Papandayan 2664mdpl seperti halnya
Kawah Ratu gunung Salak dengan cita rasa padang Edelweis Surya Kencana Gn.Gede
yang sudah beberapa kali kujambangi. Puncaknya rimbun dan kita tidak bisa menikmati
pemandangan dari sana.
Cikuray dengan
ketinggiannya yang menjulang seperti halnya Gn. Ciremai dengan hutan lebat yang
pernah juga kusinggahi.
Sekarang bukan
tentang ketinggian, tetapi tentang savanna,tentang batu-batu hitam sepanjang punggungannya yang
ratusan tahun yang lalu adalah aliran
lava pijar yang membeku yang keluar langsung dari sana dan tidak hanya mengalir
dari kawah utamanya.
Dari punggungan tersebut masih terlihat belerang-belerang
hijau masih terasa panas jika disentuh
dan beberapa kali mengepulkan asap. Subhanallah. Jelas bukan jalur pendakian
yang biasa. Rrruar biassa!
“Yang kumau hanya kamu, cantikku savanna Gn.Guntur, Prikitiw”.
Saat itu Mei
2013 aku dkk PPG PBA sedang menuju Tasikmalaya untuk ta’ziyah,…Masyaallah,
salah, maksudnya untuk kondangan hehehe.
Menginap di rumah seorang rekan kami
Pak Irwan di Tarogong Gn.Guntur terlihat
jelas menggoda di sebelah barat laut Tarogong Kidul. Makanya dengan atau tanpa
teman-teman aku bertekad menjambanginya, secepat mu ngkin agar terlampiaskan
hasratku mencumbu savananya.
Betapa tidak kerinduanku pada savana Mahameru
Jatim dan Rinjani Lombok yang belum terobati,
Insyaallah akan cukup terbayar
dengan cantiknya mojang priangan savanna Gn.Guntur. Subhanallah!
Seperti biasa
setelah wawancara kepada pendaki yang telah berpengalaman, browsing dan tonton film di Youtube tentang
Gn.Guntur akupun memburu waktu mencari dan mencurinya di sela-sela waktu
berlebaran.
Harus ada yang dikorbankan. Jika tidak misi ini tidak akan
terlaksana,widiiiiiih,hehehe. Masih ada
keinginan untuk mengajak banyak teman ke tempat indah ini dengan share
di facebook atau sms tetapi Alhamdulillah Allah Maha Tahu yang kubutuhkan bukan
yang kuinginkan.
Selasa, 13
Agustus 2013 pukul 15.30, sampai lah aku dan
Jihad sepupuku di alun-alun Tarogong. Masih terus bingung harus kemana
lagi karena menurut petunjuk Pak Irwan harusnya kita turun di perempatan dukuh.
Akupun meneruskan plan A seperti telah kubaca di beberapa Blog. Menuju Cipanas,
temukan Citiis, isi penuh drigen dengan air segar dari sungainya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi43jlGjzrEaPirDonHdL07a4g0SJ_JPzi41399JDvA6Cw4rZghKeLt-Zc3EbPunqu7Ocq_FsWeRRfujhfBSuMPbQ6-462JLNv3t-6aTLzp7d2kAfHVbUgetQQ0xrXFHRNvRbpFckv9GjI0/s320/CIMG0841.JPG)
Angkot antarku
hampir menuju batas akhir jalan aspal di beberapa pemandian air panas yang ada
di sana. Yang kuingat ada juga pos Polisi di sana. Padahal ternyata untuk
mencapai Citiis sangatlah tidak tepat melalui jalur tersebut.
Pada akhirnya
akan kuceritakan skenario lain Allah bagiku dan Jihad. Dari sini tidak terlihat
hilir mudik truk pengangkut batu lava dan pasir gunung, yang artinya kami harus
berjalan kaki lalui perumahan warga dan pekuburan samping kolam renang air
panas.
Setelah 15 menit berjalan Alhamdulillah kamipun tiba di aspal menuju
penambangan pasir. Masih berharap jumpai
Citiis karena persediaan air tidak banyak. Terus berjalan kea rah barat laut
telusuri aspal mulai terlihat bukit-bukit yang rusak karena penambangan pasir
illegal. Beberapa bulan yang lalu penambangan ini sempat ditutup, tapi karena
kuatnya backingan dari pihak penambang aparat dan pemerintah setempatpun tak
berkutik.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPUjLSLK_dSP9_ouGUkmtf4WJxHoak1f_HxBAeU_k8c5b_evaDCE3WxiqmXNJ7m6wbsl79YF_yf8xKRJsOfnK4uio8OO5H7WVs9EBAuFpa7afN761NyrvCwVM49kWugaMSFixHqA2-WQzO/s320/CIMG0723.JPG)
Hawa yang
semakin panas dirasakan seiring bukit-bukit yang semakin rata tak menjulang dengan pohon-pohon
yang dapat menampung air. Dahulu kata warga setempat pernah ada aliran sungai
kecil di jalur pendakian ini. Tetapi sekarang tidak ada lagi karena rusaknya
bukit-bukit disebabkan penambangan. Sungguh menyedihkan melihat kerusakan alam
di sana. Tidak sedikit oknum warga atau bahkan penambang membuang banyak sampah
di are itu. Masyaallah!
Salah satu
dampak penambangan pasir ini adalah semakin tidak jelasnya jalur pendakian
berpatok menuju punggungan gunung
ataupun Citiis yang tadinya kami tuju. Bentuknya seperti labirin yang dapat
membingungkan siapapun yang berada di sana. Jika warga saja sudah bingung
apalagi pendaki. Masyaallah!
Karena belum
berhasil menemukan jalur menuju punggungan ataupun Citiis kamipun memutuskan
untuk istirahat dan salat. Pastinya Allah swt akan menunjukkannya. Di sini di
tengah labirin ini, di samping bukit-bukit pasir yang rusak karena penambangan
kami harus ekstra hati-hati. Beberapa kali pasir-pasir itu longsor sendiri
hanya karena tiupan angin.
Setelah
salat kami putuskan langsung untuk hanya
mencari trek menuju punggungan, tidak lagi berharap jumpai Citiis. Pukul 17.00
belum juga kami temukan trek menuju punggungan. Kami dihadapkan pada bukit
pasir yang rusak dengan ketinggian mencapai 15meter. Kalau saja kami dapat
mencapai puncak bukit tersebut Insyaallah akan lebih mudah menjumpai
punggungan.
5 menit hilir mudik mencari jalur terlandai
tak juga kami jumpai. Akhirnya kami putuskan untuk climbing tebing bukit yang
mempunyai kemiringan yang cukup ekstrem.
Tidak ada jalan lain sepertinya memang harus lalui jalur ini. Dengan tali
pramuka aku tarik Jihad dengan carriernya yang cukup berat perlahan menuju
puncak bukit tersebut. Krikil dan debu
membuat kami kesulitan mencapainya.
Alhamdulillah, akhirnya sampai juga kami
di atasnya.
Dari sini semua
berawal. Ya, puncak bukit jembatani kita
menuju punggungan. Hampir semua yang kita injak adalah batu-batu hitam yang
dulunya adalah lava pijar gunung Guntur
yang mengalir ke tempat yang lebih rendah saat meletus ratusan tahun
yang lalu.
Batu-batu hitam inilah yang mereka buru. Harganya pasti sangat
mahal. Aroma mistis langsung menyelimuti. Wajarlah karena area ini pasti sangat
jarang disentuh oleh banyak orang bahkan pendaki. Para pendaki lebih banyak
memilih jalur utara dari lalui hutan Citiis yang lebih landai .
Batu-batu hitam
, anggrek hutan, edelweiss, tanaman-tanaman menjalar yang belum kami ketahui
namanya, paku-pakuan kami lalui dengan sangat hati-hati. Beberapa batu-batu
tersebut cukup rapuh jika terinjak terlebih dengan beban yang kami bawa.
Beberapa kali kami terperosok ke dalam lubang yang terdiri dari dua buah batu
yang tak terlihat karena tertutup rumput dan tanaman menjalar. Untung kaki kami
masih dapat ditarik kembali ke atas, karena sangat mungkin cukup sulit jika
terperosok di antara dua buah batu dengan kedalaman hingga satu meter atau
lebih. Di sini tidak lagi kami jumpai tanah. Hanya batu-batu hitam yang
tertutup oleh ilalang.
17.30, mulai
semakin gelap belum juga kami temukan lahan datar tuk dirikan tenda. Sepanjang
mata memandang menuju punggungan hanya
terhampar batu-batu hitam pekat vulkanik yang beberapa masih berwarna hijau di
sela-sela karena uap panas dan belerang yang keluar darinya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibYn7d09YscSPJSiC_tvF3Md9XHaLuP5caQdFpNdZx0G_us48UcTukjkg2Lz_LWoi600I-uUsj4LJQt5-zsxgQRyWoIIHH1uS4sdV2Ti5QoJ9mW4xMFTgCPc9rnmFHemnqXmszrBl_k2tc/s320/CIMG0736.JPG)
17.45,kami
putuskan tuk dirikan tenda meski di atas batu. Kami yakin tidak akan temukan
lagi lahan datar di atas sana dalam waktu dekat. Berburu dengan waktu kami
tutupi batu-batu besar itu dengan ilalang agar mengurangi sakit jika tidur di
atasnya. Gelar matras barulah kemudian tenda.
Akhirnya inilah tenda yang paling aneh dan tidak safety
selama perjalanan pendakian kami. Meski demikian , Alhamdulillah, Allah
memberikan kami tidur nyenyak hingga paginya.
Malam itu tidak ada api yang
berani kami nyalakan, tidak ada yang kami masak meski hanya air untuk menghangatkan
badan. Ilalang kering yang tinggi
sekitar kami sangat mudah terbakar. Juga persedian air kami yang menyisakan
setengah liter, sementara perjalanan masih sekitar 5jam lagi Alhamdulillah,
kamipun berhasil kalahkan ego membuat api.
Syukur anjing-anjing itu tidak
menuju kesini. Jika ada api hewan-hewan buas sedikitnya enggan mendekati.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjv3MTGvM9SiDxiAwsBXw3YBO3xCNs3B4onvpKLDlqbpIui8JbA_o6KFkMy159821qvVm84TiQP663bK-LiTfC1QZmh-1rHhUkYMEe0GvVA40JYUwbqEgkJuPWl8TtIBONAsCKYgmOOyoZm/s1600/CIMG0726.JPG)
14 agustus
2013,pukul 05.45, packing daypack. Sampai pagi ini, tidak ada pendaki lain yang
lewat jalur ini. Hanya kami berdua di sini. Tinggalkan tenda di jalur lava, segera
kami telusuri aliran lava pijar yang membatu menuju punggungan.
Punggungan dan
puncak semu sangat jelas terlihat dari sini. Sehingga Insyaallah tidak mungkin
kami tersesat jika terus setia telusurinya. Di samping kiri dipisahkan jurang
sedalam 30meter juga terlihat aliran lava pijar yang membatu menyambung kea rah
puncak semu. Alhamdulillah setidaknya 4patok kami temui di sepanjang jalur usir
keraguan bahwa kami salah jalan.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiP-vEQVtPV_kKbPklrpu5PGPeDd8gVMYGbSJzxDzXFLypt3u4Wbu8NQxJngFcOHbmbAlbOQhikpupZN1ZR8qaaeTxH4AG7douKn-xBh389QfGUF2YAqoz0fS_zhSn29cH8fYY-SYUvHZVe/s320/CIMG0822.JPG)
09.00 wib, masih
berada di punggungan nyaris capai trek yang lebih curam menuju puncak semu kami
ditawarkan jalan setapak di arah kanan menuju jalur Citiis. Karena ragu kami memilih mengikuti
patok walau harus bergelut dengan ilalang dan debu musim kemarau gunung Guntur
dan kemiringan yang ekstrem.
Jika diingat-ingat mirip sekali dengan trek berpasir
Mahameru. Bedanya di sini full ilalang setinggi 2meter yang sangat berat kami
tembus. Kaki sebatas paha tidak lagi terlihat tertutup ilalang. Ada
kekhawatiran bukan lagi ilalang yang kami injak akan tetapi lubang.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBgDhyphenhyphenKqyvNJPLIMdpbeR2vSd1qWRLDdq2yMW3pQLsGtzEXKu8b8l5FopiSGICu89tPuil-3GoC08Vx6ECdSempAbh9022BE53PaRIo_68rIBVC_3eI_zBfmN6dO6ID91NFHvWdWWOXZYu/s320/CIMG0761.JPG)
10.15 wib,
sampailah kami di puncak semu, yang kami kira puncak sejati awalnya.
Alhamdulillahirabbil’alamiin. Langsung terlihat dari sana kawah Kamojang yang
sangat besar.
Ya, kawah utama gunung Guntur. Subhanallah cantiknya. Dari
dalamnya masih terlihat kepulan asap tipis yang membumbung ke atas. Siang itu
sangat panas di trek menuju kawah atau di kawahnya sendiri. Panas dari atas dan
dari bawah batu-batu yang kami injak. Sepertinya banyak sekali lubang-lubang
yang juga mengeluarkan uap panas dari dalam perut bumi.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRJUVKV016HVqRV3FqHXm3CfMjFyjFdKv6boqpCqcVoft2H79zvcKlIvC7INyUUi2r3C9s4gfmaVDhr2jg0YInp-A3cQI-4i9-v_SYtGSfzZwZo-AKzfySEgF9jXebuirbVNFZ8G9STukv/s320/CIMG0755.JPG)
Siang itu hampir
saja kami putus asa tuk meneruskan pendakian menuju puncak sejati 2249mdpl.
Cukuplah sampai di puncak semu resiko dari kekurangan bekal air di ketinggian
2000mdpl.
Tersisa kurang dari segelas air putih, setengah botol kecil M150, 2/3
Mizone dan sekotak kecil susu. Bekal
yang sangat kurang untuk turun sekalipun. Sangat riskan melanjutkan pendakian
paling cepat sekitar satu jam lagi.
Sekali lagi siang itu sangat panas. Sangat
wajar jika pendaki membutuhkan lebih banyak air dibanding pendakian ke
gunung-gunung dengan hutan-hutan lebat seperti Cikuray yang jauh lebih sejuk.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5r8vMhLh3z0aTlGrmZXlRI-HK65LgUbDctnR2t1h-V2jdetvbzRjS_8cBUQopFvmMgZpd_Xp8z2u910Z6dIO23JOzrzWcVERiigXbem6cperQsELKYy5rhbV9gKOsVs_8HDkQq_6VPzD1/s320/CIMG0753.JPG)
10.30 wib.
Kurang dari setengah jam beristirahat nikmati kawah Kamojang, kamipun melihat
dua orang yang berada di puncak. Mereka bergerak turun.
Segera kami hampiri,
berharap mereka punya kelebihan air dan akan memberikannya kepada kami. Alhamdulillah mereka dengan
senang hati memberikannya kepada kami. Bang Josh dan kawannya dari Cililitan.
Bertemu pendaki lain di saat down dapat
membangkitkan semangat untuk meneruskan pendakian. Merekapun memotivasi kami
untuk lanjut mencapai puncak. Saran
mereka agar kami terlebih dahulu mengambil air yang cukup di Citiis. Kamipun
memutuskan melanjutkan pendakian setelah mereka memberikan setengah botol
sedang air. Alhamdulillah.terimakasih bang Josh.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsOVszoZVkAzW4JhjJOj4Ovh-DcvYFV4MIkPBkteEGKYee7zFFhCnoK8jOwU0Ig_or19SW16PmzQYREOyZpQbmh7uGqdCJlLHqb3q4f0F7B54hLzRULarbLpCyROnCjgDpIjiffHcFD1Il/s1600/CIMG0771.JPG)
Semangat kami
kembali membara untuk menuntaskan misi. Kami yakin kami bisa lakukan ini.
Insyaallah.
Kurang dari satu jam, Alhamdulillah kamipun berhasil mencapai
puncak sejati 2249mdpl. Di belakangnya telah menunggu juga untuk disinggahi
puncak gunung Cirupuyan dan Agung yang jauh lebih tinggi.
Skenario Allah begitu
indahnya. Sangat sayangnya Ia pada kami. Ia berikan lagi lebih dari satu liter
setengah air lewat tangan-tangan
dermawan teman-teman Wajapala Ciparay Bandung tanpa repot berat-berat
membawanya dari bawah.
Subhanallah. Jasa mereka
yang memberikan kami bantuan air disaat-saat sangat dibutuhkan Insyaallah
tidak akan kami lupakan. Allah pasti akan membalas kebaikan kalian dengan
berlipat-lipat balasan. Itu pasti. Karena Ia Yang Maha Kaya Maha Penderma.Amin.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2mfq7WX7MAvz703sZgKmemXbkepeJ0QJERRfWXcL1jE4AtDyXM3pfo1aYhwEPFgxzIQuvM2-d2FpDZYw1SvI347hyphenhyphenZLRNSWhv6_GURWILbNc4HANSQoDzFVJUOvKWXO51wEUGIHCfzTeP/s320/CIMG0791.JPG)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYAcFPRELJDgtOOSpCmJsAawsoCVxI4xXoHTyVp996s5S5h1jFgxd82Mt20ur9C19gVGUkpQWN2mLRXoE-z_C57Ok7-gfEG21pD4Nu4chyxM9clh5oN5C7hWjDxymZAznF_eVTQ5reyaGL/s320/CIMG0805.JPG)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCUOAC_6QO0iC9HqGYxecYKPVzjrbgdL97J1tGL_XA65DY6QBIR-rtyu3XxWg1IrVik2HEJGdJM9-dqX-ZYY8EmBjgRC1tzIQLqnsmFlwOEk-_4I5fv80fx6L2a80sXlsOp8jQ4prf-cZx/s320/CIMG0810.JPG)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikFyw7G6VXoC3l6aKqy43U4-3PSgbMTaomAIFZiWT4Itubjwx9C85GwnwbI0ugT6cLZ8WIG612xOYzpN1uZc9vus2OHKLKg99CDfBV_G-FXb3e227NE6PiTFLlJJDmz2-eyWk0UuzXCUdB/s320/CIMG0815.JPG)
12.00wib.
Setelah puas nikmati view puncak dan berfoto ria, kamipun turun dengan lebih
tenang dan nyaman karena telah memiliki
air yang cukup.
Mengambil trek resmi berbeda saat naik kearah utara Citiis lalu
memipir kanan kembali ke punggungan. Salah satu keuntungan mendaki gunung tanpa pohon-pohon lebat salah satunya adalah kita dapat memandang kecantikan puncaknya atau view indah sekelilingnya setiap saat.
Saat kita mendaki ataupun turun seperti halnya di gunung Merbabu, Merapi, Semeru, Slamet dll. Subhanallah Walhamdulillah. Pukul 16.00 Alhamdulillah kami sampai di
camp awal di atas batu hitam.
Packing dan turun lewat jalur yang ber beda
karena terlalu riskan berharap lebih mudah ternyata cukup membingungkan. Pukul 17.30 hari semakin
gelap kami nyaris sampai di labirin penambang pasir. Sekitar 30 meter lagi
turun ke bawah. Masalahnya jalur mana yang harus kami pilih.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNgcH4VmwknModqyH_lVNjCxYNAttW1DkR3bP6t6GPaXd66kRy5mtP7ftc0wLd2Gxto46qF4QWGxSAbzLrx-QrVoZPENJRZks6kn54TXTPcfeOpWKOfrhgGDkcn82brunzvGuFWbgdrtg7/s320/CIMG0834.JPG)
Alhamdulillah, masih
ada kehidupan tak jauh dari tempat kami berdiri. Di kejauhan sekitar 600 meter
terlihat seorang bapak mengambil layang-layang. Segera kupanggil ia berharap
akan tunjukkan jalan yang termudah untuk turun.
Ia pun rela menunggu kami
mendekat dan menunjukkan jalan. Sekali lagi semangat dengan bertemu warga setempat. Kang Tata
namanya. Segera kuucapkan banyak
terimakasih. Tanpanya sangat sulit lalui labirin dalam kegelapan meski dengan
senter.
Singgah di rumahnya lalu mandi air panas di pemandian warga.
Subhanallah nikmatnya. Sempurna.
Kang Tata dan
keluarga adalah orang-orang yang sangat ramah dan sangat tulus membantu
siapapun yang memerlukan bantuannya.
Tambah lagi saudara, Alhamdulillah. Kang
Tata dan anaknya Akmal antarku hingga
dapat angkot menuju simpang lima. Malam itu akhirnya kesampaian juga nginep di
rumah Ustadz Irwan.
Terimakasih banyak
Pair. Paginya Kamis,15Agustus 2013 kamipun pulang kembali ke Jakarta diiringi
hujan cukup lebat yang selama sebulan terakhir belum kunjung mengguyur
Garut.
Alhamdulillahirabbil’alamin.
(luthfimulyadi,20/08/13-00.00)