Ketika Kita Bersalah (Khilaf)
كلّ بني أدم خطّائون و خير خطّائين التّوّبون
Setiap anak cucu Adam melakukan kesalahan
dan sebaik-baiknya pelaku kesalahan adalah orang yang bertaubat (berusaha kembali
ke jalan yang benar)
Bersalah/khilaf – melakukan kesalahan pasti pernah dilakukan semua orang
tanpa terkecuali. Nabi Adam AS dikeluarkan dari surga Allah swt karena
melakukan kesalahan, memakan buah khuldi yang dilarang oleh Allah swt.
Doa permohonan ampun Nabi Adam diabadikan dalam Al-Qur’an :
ربّنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا
لكوننّا من الخاسرين
“Ya Allah Yang Maha Menjaga kami. Kami telah menzalimi diri kami, jika engkau tidak ampuni
dan kasihi kami pastilah kami jadi orang-orang yang merugi”.
Jika Nabi Adam AS saja pernah melakukan kesalahan, terlebih kita manusia
biasa. Masalahnya kemudian adalah setan musuh manusia sesungguhnya tidak akan
tinggal diam melihat orang-orang yang mencoba bertaubat (kembali ke jalan yang
benar). Sebisa mungkin setan kembali membisikkan dan terus merayu orang tesebut
untuk terus menerus melakukan dosa.
Setan akan katakan:
“Sudahlah, terlanjur anda berbuat dosa, terlanjur banyak orang yang tahu
dan menilai anda buruk, kenapa tak kau lanjutkan. Lanjutkan saja. Bejad-bejad
sekalian, toh Allah swt Maha Pengampun. Sekali lagi, mereka terlajur menilai
anda buruk buat apa kemudian kembali berusaha menjadi orang-orang baik yang
nantinya pasti kembali akan berbuat
dosa. Mereka tidak akan menerimamu kembali sebagai orang baik. Sudahlah, lanjutkan
saja”
Siapa yang tidak bingung mendengar bisikan seperti ini?.
Tiap orang
memiliki setan penggoda yang berbeda-beda sesuai keimanannya. Semakin baik
keimanannya semakin mahir setan yang menggodanya. Semoga kita semua dilindungi
Allah swt dari godaannya. Amin.
Kembali lagi pada istilah “khilaf”. Khilaf berbeda dengan terus menerus
mengikuti hawa nafsu-melakukan kesalahan . Dalam kutipan ayat Al-Qur’an
disebutkan :
يصرّون على الحنث العظيم
“Mereka terus menerus
melakukan dosa-dosa besar.”
Orang yang khilaf terus belajar
meminimalisir kesalahan-kesalahannya. Sesekali ia berbuat kesalahan segera ia
bertaubat. Pastilah beda dengan orang yang terus-menerus berbuat terlebih dosa
besar seperti diterangkan dalam potongan ayat Al-Qur’an di atas. Orang yang
khilaf segera memperbaiki hubungannya dengan orang yang pernah
disakitinya/dikecewakannya dan memperbanyak amalan-amalan baik sesuai anjuran
Rasulullah saw,
dalam potongan suatu hadits sahih :
وأتبع السّيّئة الحسنة تمحوها وخالق النّاس
بخلق حسنٍ
“Hapuslah keburukan dengan
kebaikan, dan bergaullah dengan orang lain dengan akhlak yang baik. “
Subhanallah demikian Rasulullah mengajarkan. Bukan malah setuju dengan
setan karena terlanjur bersalah, terlanjur malu diketahui banyak orang kemudian
meneruskan dosa-dosanya. Yang demikian disebut putus asa dari Rahmat Allah swt,
dan Allah melarang hal tersebut. Dalam satu potongan ayat Al-Qur’an disebutkan
:
لا تقنطوا من رحمة الله.....
“Janganlah kamu sekalian putus
asa dari Rahmat Allah swt. Allah Maha Luas Ampunannya”.
Terakhir, bagaimanapun kita tak boleh lari dari masalah. Lari dari
masalah berarti pengecut, sebaliknya menghadapi dan mencari solusi adalah sang
pemberani. Merasa malu karena bersalah , tidak lagi disukai adalah suatu yang resiko
sangat wajar, Allah Yang Maha Mulia Yang Maha Tinggi sangat mudah mengangkat
harga diri kita kembali meski pernah jatuh di lembah nista sekalipun. Allah swt ingin memberikan suatu pelajaran
yang berarti bagi kita. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar