Allah Jumpaiku di Pom Bensin
Bismillahirrahmanirrahim.
Kamis, 30juni 2013. Bangun kesiangan hampir melemahkan semangatku tuk memeroleh nilai TOAFL yang
lebih baik. Pagi ini aku tetap berangkat meski hanya tersisa Rp.1500, di
dompetku.
“Ayolah terus semangat!”, teriak
hatiku.
Kuyakin ribuan orang bernasib sama denganku,
bahkan lebih buruk dengan terlilit hutang jutaan rupiah. Mereka para pengusaha yang pantang
mundur terus berjuang dengan berani
meminjam ratusan juta rupiah dengan segala resikonya, aku hanya baru bisa
angkat topi untukmu. Ya Allah berikan aku keberanian seperti mereka, betapa
pengecutnya aku di tengah limpahan anugerah-Mu. Astaghfirullhal’azhiim.
Jalan menurun lalu menanjak lagi
lewati pemakaman umum Jeruk Purut adalah jalur keseharianku menuju UIN. 30meter
sebelum persimpangan Flyover menuju Cipete terlihat kendaraan sangat padat
sekali. Terhenti aku dalam antrean panjang kea rah tersebut. 2menit mengantre
segera aku berputar menuju jalan Ampera berharap lebih lowong jika lewat jalan
tersebut. Bodoh sekali jika terus memaksanakan diri merangsek ke depan menuju
antrean panjang tadi. Sepertinya hujan besar semalam merendam beberapa ruas
jalan di depan sana.
Sekarang aku di lampu merah
perempatan Trakindo menuju Simatupang. Masih menyimpan asa untuk melanjutkan
perjuangan ke kampus. Rutinitas
semrawutnya lalulintas mulai
terlihat sejak tadi di Ampera. Empat lajur dua arah dipenuhi oleh sepeda motor
dari arah berlawanan. Masyaallah, seperti ini keadaannya setiap hari terlebih
jika hujan hampir di setiap daerah di Jakarta. Satu banjar mobil dan tiga
banjar motor mengarah ke pusat kota berlawanan denganku. Sekitar 10tahun yang
lalu kita hanya melihat hal ini saat hari-hari lebaran atau hari libur lainnya.
Kesemrawutan yang sebenarnya tidak dapat
lagi diterima oleh akal sehat, tetapi terus kita jalani setiap hari.
Siapapun akan sangat bingung menghadapinya.
Lampu merah di depanku, belasan motor
memaksakan untuk terus merangsek maju meskipun bukan lagi haknya. Ratusan mobil
dan motor tertahan karena ulahnya. Lampu berubah hijau, salut buat barisan
mobil dan motor di belakang dan sekitarku yang memberi kesempatan untuk mereka
yang tadi sempat tertahan.
Beberapa detik kemudian barulah kami melaju kembali.
Masuk di jalan Simatupang keadaan
makin terlihat semrawut. Keterbatasan bensin membuatku mengambil jalan keluar dari kesemrawutan dan macet
parah ini. Akupun memutuskan untuk tidak melanjutkan perjuangan menuju
kampus. Akan sangat tersiksa jika
kehabisan bensin di tengah macet tersebut. Ternyata jalan tersebut menuju
komplek perumahan marinir AD, mereka adalah orang-orang dengan tingkat disiplin
yang tinggi dan mempunyai daya tahan fisik yang kuat. Subhanallah, hebatnya
jika seorang bisa memaksimalkan apapun potensinya.
Tiba aku sekarang di samping kebun
binatang Ragunan. Mencari ATM guna membeli makan pagi dan minum buat motorku.
Alhamdulillah, ada ATM BRI di Litbang Kejaksaan Agung RI. Rp22.000,- sisa
uangku kini di ATM setelah kuambil Rp.50.000,-. Kontras sekali dengan
pegawai-pegawai kejaksaan yang berdompet
tebal dan bermobil mewah. Alhamdulillah, Alhamdulillah,
syukuri,syukuri,syukuri!.
Di pikiranku sekarang adalah bagaimana
mendapatkan uang yang halal pastinya. Kapan, dimana, bagaimana memulai kembali
menjadi tukang ojek sempat terlintas di pikiran. Jika harus berdagang agaknya
aku perlu cukup modal. Jika harus menjadi tukang ojek di daerahku sendiri,
sepertinya ibuku tidak dapat menerima. Orang-orangpun tak mau tahu, aku adalah
mahasiswa PPG yag seharusnya menerima Living Cost tiap bulannya, meski
kenyataannya LC belum cair sampai detik ini. Syukuri, Syukuri, Syukuri,
Alhamdulillah.
Kembali kita ke jalanan. Agaknya
sangat wajar jika pagi ini aku ingin memanjakan diri dengan menikmati sedikit ketenangan danau kecil di belakang
bumi perkemahan Apiari. Secangkir kopi
dan sebatang rokok temaniku menghanguskan beban pikiran di kepalaku.
Subhanallah, sangat indah disini. Ketenangan air danau dapat menjadi obat bagi
kalutnya pikiran. Alhamdulillah. Terlihat jelas gedung ESQ165 di sebelah barat
laut, bulanpun masih terlihat jelas di pagi hari ini di atas sana.
Alhamdulillah, indahnya hari ini. Aku bahagia, aku bahagia.
Melengkapi bahagianya hatiku, akupun
mampir di musholla pom bensin di seberang sekolah pariwisata. Terpanggil aku
untuk mampir di musholla. Berwudhu, kemudian
salat Dhuha 8rakaat. Telah cukup lama aku meninggalkannya. Padahal ia pernah
menjadi rutinitas yang membuat hari-hariku istimewa bahkan luarbiasa. Betapa tidak,
tanpa keajaiban yang aku usahakan dengan amalan ini, mungkin aku tidak dapat tergabung
dengan teman-teman yang luarbiasa di PPG PBA 2013. Bu Eva S2 yang pernah
keliling Eropa, Ust. Ahid S2 alumni Sudan, Ust.Muchtar alumni Mesir, Ust. Hilman
Fauzi S2 sekaligus penerjemah handal, Ust.Fauzi alumni LIPIA dengan kekayaan
kosakatanya, Ust. Zainal the best of us, Gus Julal S2 sang organisatoris ulung,
politisi,business owner, Bu Erna sang guru kelas yang paling-paling antusias
dalam belajar (salut bgt), Ust. Bahrul yang punya suara Beby Romeo, Ust.
Irwan yang paling seru, Ust.Syukron sang
ahli strategi dan pengabdi pada orangtuanya
(terus belajar darinya) dan teman-teman yang lain yang tidak kalah liar
biasanya,eh luar biasa maksudnya.
Dengan segala keluarbiasaan itu,
sepertinya tak ada alasan untuk tidak menggiatkannya kembali. Ingin kugiatkan kembali,
dzikir, salawat, Yasin, Arrahman, Al-Waqi’ah, dan Al-Mulk.
Bismillahirrahmanirrahim, mulai detik ini ya Allah ingin kucoba lagi terus
dekat denganku, karena sesungguhnya yang kubutuhkan adalah dekat dengan-Mu. Subhanallah,
Allah jumpaiku di pom bensin (luthfi mulyadi,11:37)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar