Sepatu Didi
Siang itu Didi
pulang dengan wajah muram. Sepatu barunya basah akibat direndam pak Ubad di
kolam ikan sekolah. Pikirannya bingung memikirkan bagaimana esok ia sekolah,
sementara ia belum memiliki sepatu baru berwarna hitam kelam seperti permintaan
pihak sekolah. Postur tubuhnya yang tinggi besar merupakan masalah untuk
menemukan sepatu yang pas buatnya. Sementara besok ia harus segera mengikuti
apel Pramuka dengan sepatu warna hitam. Siang menjelang sore itu ditengah
rintik hujan di bulan Desember ia menenteng sepatu basahnya. Lebih kurang 3-4
jam sepatunya direndam di kolam ikan sebagai sanksi ketidakdisiplinannya pada peraturan
sekolah.
Setibanya dirumah,”Assalamu’alaikum!”.
”Wa’alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh!”, serta
mencium tangan dan pipi Ibunya tersayang.
“Kenapa Di, kok murung begitu?”,
Tanya ibunya. “Didi pusing bu!”,jawabnya
sedikit ber teriak. “Ya sudah, mandi dan makan sana, ibu sudah gorengkan kamu
bakwan jagung tuh”. Tanpa menjawab iapun segera merebahkan dirinya di lantai.
Rumah kontrakan 3x5 meter itu menjadi tempat berteduh keluarganya dari panas
dan hujan.
“Astaghfirullahal’azhiim,
kok basah begini, mana berlumut lagi, padahal kan baru dibelikan sama ayahnya”,”Maaf
bu, sepatu Didi direndam sama pak Ubad, peraturan sekolah mewajibkan
siswa/i menggunakan sepatu berwarna
hitam”, segera Didipun menjelaskan kepada Ibunya.
“Besok Didi juga harus apel dengan
sepatu hitam bu!,pokoknya kalau tidak hitam Didi tidak ingin berangkat ke
sekolah bu!” tambahnya.
“Ya sudah, nanti Ibu pikirkan
sekarang berangkat salat jama’ah di masjid sana!, mudah-mudahan Allah
memberikan jalan keluarnya”,”Amin”.
“Masyaallah
padahal sepatu itu kan baru dibelikan oleh ayahmu di, belum juga lupa dari
ingatan pengeluaran yang cukup besar baru ratusan ribu rupiah dua hari yang
lalu . Darimana lagi kita dapatkan uang untuk membeli yang baru, apalagi ukuran
untuk kakimu yang besar kan susah sekali
Di”.pertanyaan-pertanyaan itu terus memenuhi pikiran Ibu Didi. Ia
tidak mau Didi ikut memikirkannya. Kalau
bisa ayahnya yang sedang bekerja sampai larut
malam pun tidak perlu tahu. Ia seorang diri yang harus memikirkannya.
Segera ia beli
pewarna hitam pakaian. Ia rebus hingga mendidih, lalu masukkan sepatu Didi ke
dalam panci yang berisi pewarna hitam yang sudah mendidih berharap sepatunya
berganti warna. Tiga menit kemudian diangkatlah sepatu
tersebut”Masyaallah”,sepatu Didi pun hancur berantakan.
Demi kebaikan
semua, mari maksimalkan komunikasi efektif Trilogi Pendidikan.
(Luthfi mulyadi,26 Maret
2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar