Soaaannn
is Observation
Sudah lebih dari 24jam aku berada di sini. Purwodadi.
Subhanallah,Walhamdulillah. Setelah habiskan waktu lebih dari 10jam lewati
Tegal, Pekalongan, Alas Roban, Weleri, Kendal, dan Semarang kemarin subuh kami
tiba. Danyang atau ganyang, aku agak lupa pintu masuk desa sejak turun dari bis[1].
Jika tanpa Pak Kyai Julal Umam[2]
mungkin aku tidak akan pernah tiba di sini. Allah swt yang Maha Tahu apa
sebenarnya kebutuhan bukan keinginanku. Memang sudah sangat lama aku tidak pernah
kembali soan (silaturrahim) ke pesantren, asal habitatku. Terimakasih kyai
Umam. Terima kasih juga Kyai Ahmad Syukron yang punya kawasan Ragunan Village merelakan
kesempatannya demi aku sahabatnya. Semoga cepat diberi jodoh, amin. Indahnya
kembali bisa soan dengan Kyai Pengasuh, keluarga besar Ponpes Al-Ishlah, Kyai
Saiful dan Syafi’i teman lamaku di Asshiddiqiyah. Subhanallah, indahnya
silaturrahim.
Pasti ada yang Allah swt ingin berikan padaku di sini. Pengalaman yang berbeda dari
pengalaman-pengalaman petualangan menakhlukkan puncak-puncak gunung. Back to
the nature. Kita memang harus merujuk ke kitab-kitab Babon, seperti dijelaskan oleh pak Muhbib Dosen Penelitian
Ilmiah PPG PBA sekaligus dosen favoritku. Indahnya jika bisa banyak
menghasilkan karya-karya ilmiah yang bermanfaat bagi umat seperti beliau.
Makanya jika ingin jadi kyai bergaullah dengan kyai. Ya Allah, jadikan aku
orang yang memberi banyak manfaat bagi
umat. Amiiin
Pesantren Asri pinggir sawah. Al-Ishlah namanya. Terletak di Grobogan Purwodadi.
Menurut cerita Kyai pengasuhnya, desa atau daerah ini terkenal dengan PKI
(Partai Komunis Indonesia pra orde lama dulu). Bisa jadi kemudian ada kaitannya
dengan “Ganyang PKI” atau bahkan mereka yang ingin mengganyang lawan-lawannya.[3]
Lagi tentang Pulo Kulon desa dimana ponpes Al-Ishlah terletak tepatnya,
sedikit sekali mempunyai sumber air tanah,
Meskipun masih didominasi oleh sawah yang luasnya ratusan hektar dan
ladang ladang. Dari sekian ratus bahkan ribu hektar luas wilayah ini ternyata
sumber air terbanyak terletak di pesantren ini. Subhanallah, berkahnya.
Sedangkan sekitarnya sedikit sekali mempunyai akses untuk air tanah. Bisa dipastikan 80% masyarakat yang
telah mencoba untuk menggali sumur air telah menemui kegagalan karena
sedikitnya titik-titik sumber air. Di sini air menjadi barang yang mahal bahkan
di musim kemarau diperjualbelikan. Jika demikian tak jauh berbeda keadaannya dengan
daerah kesulitan air di
Jakarta Utara atau Pusat. Secara geografis mungkin dapat dimaklumi
keadaannya demikian sulit karena Pulo Kulon memang sangat jauh dari Gunung
ataupun bukit-bukit dengan hutan-hutannya yang menyimpan trilyunan liter air
yang selalu dialirkan ke daerah sekitanya. Bukan hutan bukan lembah. Sekali
lagi Subhanallah untuk berkahnya pesantren ini.
Tentang sumber air dan Pulo Kulon yang jauh dari gunung. Sejak awal memang
sangat tidak menarik bepergian jauh keluar kota tanpa menjumpai gunung lembah,
sungai atau laut. Seturunnya dari bis kulemparkan pandangku ke berbagai arah.
Ke selatan berharap menjumpai Merapi di
Selo Boyolali, ke arah Utara berharap jumpai Muria di Kudus ke Barat Sindoro
Sumbing di Wonosobo dan Timur berharap pandangi cantiknya Lawu . Dan tak
satupun yang terlihat. Sebegitu jauhkah lokasi ini dari gunung-gunung cantik
itu?,huhuhuhu….
Rasa penasaran mendorongku untuk
membuka Googlemap. Setelah mencoba loading lebih dari setengah jam akhirnya
googlemap pun terbuka. Dan terbukti Pulo Kulon memang jauh dari gunung-gunung
cantik penghasil trilyunan liter air itu. Rata-rata jaraknya lebih dari 80km
darinya. Jika demikian mari lanjutkan observasinya ke objek yang
lain.hehehe….Dasar otak gunung.
Tentang Pesantren Salaf, MI, MTs,
Aliyah, dan SMK Al-Ishlah
Pesantren ini mengkaji kitab salaf di pagi, sore dan malam hari. Siang
hari diperuntukkan istirahat , memasak
dan mencuci oleh para santri. Memiliki dapur umum yang masing-masing kamar
memiliki kompor gas/non gas, wajan, penggorengan, dan panci. Santriwati
tahkhossus tahfiz Al-Qur’an. Pesantren Salaf sengaja dipisah dari pendidikan
formal sehingga diharapkan bisa lebih konsentrasi. Adapun pendidikan formal
formal MTs, Aliyah, dan SMK terletak kurang lebih 200meter dari pesantren.
Memiliki luas lebih dari 1hektar, gedung bertingkat 2 dan lapangan yang memadai. Uniknya lagi lebih
dari 100 unit sepeda motor terparkir bebas di depan samping kiri dan kanan
madrasah. Terparkir di kebun samping madrasah. Subhanallah, orang-orang desa
dengan gaya hidup kota. Bisa jadi wajar demi efektifitas waktu karena rumah
mereka yang sangat jauh dari madrasah.
Balai desa berada tepat di depan ponpes dan pasar musiman di sampingnya
memudahkan siapapun mengurus hal-hal yag bekaitan dengan administrasi dan
memenuhi kebutuhan berbelanja sehari-hari. Dalam kata lain Ponpes Al-Ishlah
menempati lokasi yang sangat strategis di wilayah ini.
Media
Pembelajaran
Di
pagi hari kegiatan dimulai dengan membaca Asma al-Husna, Mahfuuzhaat dan
ayat-ayat pilihan di ruang serbaguna dengan media pengeras suara dibimbing oleh
seorang ustadz. Kegiatan pengajian salaf mengambil lokasi di masjid utama bagi
masyarakat luar (santri kalong) dan di aula bagi santri yang tinggal. Media
papan tulis kapur juga masih banyak digunakan dalam rangka menjelaskan qowa’id
atapun menulis mufrodat. Papan-papan bertuliskan keterangan tempat tempat
terpampang di banyak sudut, seperti غرفة المكتب.
Demikian, saran dari pembaca sangat kami harapkan
Sebelum kututup tulisan hasil observasi singkat ini, ku ucapkan
banyak-banyak terima kasih atas sambutan dan suguhan-suguhan yang tiada
habisnya dari pihak Pesantren Al-Ishlah .Betapa Rasulullah di sana tersenyum sumringah
melihat sikap memuliakan tamu yang telah diajarkannya dipraktekkan dengan tulus.
Mari kita berdoa semoga Allah swt memberikan kesehatan yang sempurna bagi Ibu
Pengasuh yang sedang terganggu kesehatannya dan semoga pesantren Al-Ishlah
terus berkembang dan memberi kemanfaatan yang sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya
bagi umat dan Allah swt selalu lindungi dari marabahaya apapun bentuknya. Allahumma Sholli ‘Ala Muhammad Wa ‘Ala Ali
Muhammad, Al-Fatihah.
Luthfi Mulyadi (Pulo Kulon, 02 Maret 2013)
[1]
Bis Haryanto Hijau Putih Executive dengan gambar menara Kudus di samping kanan
kirinya kebanggaan Kudus. Warna-warna lainnya seperti, orange, hitam elegan,
merah, dan kuning. Exterior Euro3,Full AC dan Music, seat 2-2 dengan penopang
betis, jarak antar seat depan belakang lebih dari 70 centi meter, lebih
manusiawi, semakin memanjakan siapa saja
yang menumpanginya. Semakin hari memang di tuntut semua Perusahaan Otobus (PO)
memanjakan konsumennya . Pemiliknya PO Haryanto bapak adalah Jendral H.Haryanto
[2]
Teman dekatku di PPG PBA UIN JKT 2012-2014. Ponpes Al-Ishlah adalah pesantren
mertua beliau. Pesantren keluarganya terletak di Kudus. Manusia super sibuk
yang belum banyak diketahui teman-teman nya. Kyai, Organisatoris, Bisnis Owner,
Aktifis, Politisi, Pendidik, seorang ayah, Humoris dll menjadikannya awet muda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar