Puncak Gunung
Salak1&Me
Alhamdulillah, tiga bulan ini Allah swt mengabulkan doaku untuk
segera dimudahkan meninggalkan kegiatan beresiko mendaki gunung. Insyaallah semuanya akan
berjalan lancar. Semoga kegiatan yang sangat kugandrungi ini akan aku lupakan
dengan mudah. Mudah-mudahan akan aku temukan kegiatan yang lebih menyenangkan,
lebih hemat waktu dan biaya, lebih aman dari resiko kecelakaan. Di usia yang
hampir 32tahun ini, hari ini tepatnya aku tidak terlalu memikirkan pendakian
gunung lagi.
Tetapi sebelum benar-benar
meninggalkannya,huhuhuhu…. aku ingin menulis beberapa potong cerita yang masih
terkenang di pikiranku,hehehe…..
Salak 1 4Promotion
Gunung Salak1. Gunung inilah yang mengakhiri
Tour Promotion Sukhoi Super Jet100 buatan Rusia di tahun 2012. Lebih dari 5
cerita pesawat-pesawat lainnya yang juga berakhir di sini. Dalam video reka
ulang kejadian tragedi tersebut, tampak memang pilot menurunkan ketinggian
hingga 2150mdpl, padahal ketinggian gunung Salak1 mencapai 2211mdpl, padahal
jelas ada awan hujan tebal di sekitar gunung. Seperti halnya atraksi
pesawat-pesawat tempur yang masuk di antara dua punggungan gunung dan
menghindari tebing-tebing gunung Eropa, seperti inilah tampaknya yang juga
ingin dilakukannya di Gunung Salak. Hingga kini tragedi tersebut sungguh membuatku
penasaran. Seceroboh itukah pilot dengan ribuan jam terbang menghadapi gunung
yang tidak setinggi gunung-gunung di Eropa yang tertutup tertutup salju.
Setidaknya tiga kali kumencoba
mencapai puncak Gunung Salak1 dan baru dua kali aku mencapainya, Alhamdulillah,
pasti karena pertolongan-Nya. Yang pertama adalah saat aku masih bekerja di
MediaTrack. Kubayar ongkos dua temanku Opik dan Pendi sebagai tasyakur gaji
pertama. Kitapun gagal mencapainya karena keterbatasan waktu. Jam telah
menunjukkan pukul 3sore. Kita masih tertahan di puncak Salak3 karena hujan . Kitapun memutuskan turun setelah 8jam
perjalanan. Duh sayangnya, padahal puncak Salak1 tinggal 2jam perjalanan lagi.
Saat itu kita melewati jalur Cidahu. Jalur yang cukup panjang dibanding jalur
Cimalati. Kitapun dengan berat hati kembali ke Jakarta, karena esok paginya aku
harus kembali bekerja. Padahal aku telah menggunakan hak cutiku selama 2hari.
Karena tidak diizinkan mendaki malam hari, waktu kitapun sangat terbatas.
Tetapi jika diingat-ingat lagi saat itu, ada benarnya juga kita turun, karena
kita tidak siap dengan membawa tenda. Tenda kita tinggal di warung persimpangan
Kawah Ratu dan Puncak Salak1. Alhamdulillah.
Kesempatan kedua dan ketiga
Alhamdulillah, aku dapat mencapainya. Kesempatan kedua mengikutsertakan Fikri
teman kuliah di Tafsir Hadits UIN, Pendi, dan Opik. Alhamdulillah saat itu
pendakian kita dibiayai oleh satu produk bernama Ranger. Sebuah produk tas dan
perlengkapan alam bebas yang berlokasi di dekat rumah Fikri Sukatani Depok. Tugas
kita adalah mengambil gambar pemandangan ekstrem gunung Salak dan produk yang
kita pakai. Hasilnya, hampir semua gambar tidak bagus. Pemilik rumah produksi
yang membiayai ekspedisi kitapun komplain.
“ Hehehe..,Fikri,Fikri katanya sudah menguasai penggunaan kamera yang
cukup bagus saat itu”, ternyata hasilnya, jauh dari yang diharapkan. Ya
sudahlah, itu tanggung jawab kita bersama. Yang paling penting kita berhasil
mencapai puncak Gunung Salak1 juga via Cidahu. Alhamdulillah, saat itu kita
berhasil menghindar dari petugas dan menyelinap masuk jalur pendakian. Kitapun
mendaki sejak malam hari dan mencapainya tengah hari esoknya.
Kesempatan ketiga. Waktu itu
teman-teman Opik dari Politeknik Negeri UI tertantang menjajal trek gunung
Salak.Doel, Pe’i dan ketiga teman lainnya termasuk aku pastinya memulai
pendakian dari jalur resmi via Kawah Ratu. Tempat aku pernah tersesat menuju Kawah Ratu. Saking penasarannya dengan
lokasi itu memaksaku mendaki sendirian. Sementara Herman menunggu di bawah.
Masyaallah, nekadnya. Na’udzubillah.
Lagi tentang kesempatan ketiga. Kali
ini aku dan Opik sebagai guide mereka. Berangkat agak telat membuat kita
berlama-lama di Kawah Ratu. Jam 11.00 baru kita lanjutkan lagi perjalanan
menuju puncak. Dengan demikian kita harus siapkan mental menerobos hutan malam
hari.
Hari semakin sore dan gelap. Semakin
mencekam di sini dengan hembusan angin
dingin dan suara-suara alam. Belum juga kami mecapai puncak. Tetapi pelana
puncak 3 dan 4 sudah terlampaui. Artinya paling lama 2jam lagi insyaallah kita
akan sampai. Entah apa yang kupikirkan. Aku memutuskan mendahului mereka di
tengah gelapnya waktu maghrib dan Isya. Pikirku jika aku sampai lebih dulu akan
sangat meringankan mereka.
“Fi,Luthfi…,Luthfi!,woi tungguin woi!”,
Jelas suara mereka terdengar oleh
telingaku. Berkali-kali mereka memanggilku, dan aku tidak memedulikannya. Kuturuti
ego untuk mencapainya lebih dulu dan mendirikan tenda. Agaknya hal itu sangat
membantu meringankan beban mereka di tengah dinginnya puncak Salak1.
Alhamdulillah, akupun sampai di
puncak. Segera kukeluarkan tenda dari carier dan coba mendirikannya. Tak lama
mereka sampai. Segera mereka meluapkan kekecewaannya padaku.
“Gimana sih fi, kita kan 1tim, egois banget,kan cuma lo yang
hafal jalurnya!”
“kita pemula fi, kalo terjadi apa-apa lo mau tanggung jawab,
gue sendiri belum pernah kemari”,
suasana semakin panas, aku tidak dapat
menjawab satupun komplain mereka. Jelas aku yang salah meninggalkan mereka di
tengah gelap dan bahayanya trek gunung Salak apapun alasannya. Dan saat kumasih
menyesali perbuatanku, satu bogem mentah mendarat di pipi kiriku. Segera
teman-teman yang lain melerai.Pisau dan golok di sana makin membuat suasana
mencekam. Bisa saja pemukulku menambahnya dengan tikaman saking marahnya
padaku. Na’udzubillah min dzalik.
Setelah emosi kita agak reda,akupun mencoba
meminta maaf dan menjelaskan alasanku meninggalkan mereka.
“maafin gue ya temen-temen, gue ngaku salah. Seharusnya kita
emang harus sama-sama. Niat gue, cepet sampe, cepet dirikan tenda, cepat makan
dan istirahat. Sekali lagi gue minta maaf ya!”
“ya udeh,kita maafin,tapi jangan diulang lagi ya!,hehehe…”,
Alhamdulillah,akhirnya gelak tawapun
menghiasi malam Jum’at kita di puncak Gunung Salak1. Malam itu cukup
menegangkan. Maklum, ini adalah pengalaman pertamaku camp di sana. Tak cukup
nyaliku dirikan tenda dekat makam Eyang Gunung Salak yang terkubur damai di sana.
Sekitar 100 meter dari sana kita dirikan tenda. Alhamdulillah, seingatku tak ada
kejadian aneh-aneh malam itu. Saat pagi hari datang barulah kita ziarah ke makam beliau setelah
nikmati sunrise. Konon beliaulah yang menyebarkan ajaran Islam di sekitar
lereng gunung Salak. Alhamdulillahirabbil’alamin. Alfatihah.
(Luthfi mulyadi,10April 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar