Siang hari di serambi Masjid
‘Woi, ngapain!” kucoba sesantun mungkin menegurnya. Tanpa perasaan dan ekspresi bersalah ia hanya menjawab “lagi
iseng pak”. “Masyaallah”. Sudahlah ikhlaskan saja memang demikian keadaannya,hehehe.
Teguran dari Walikelasnya hanya dijawab dengan kalimat yang pendek tanpa
perasaan bersalah dan menyesal sama sekali, dan ia pun kembali menghisap
rokoknya.
Eman dikenal sebagai aktifis kegiatan
Masjid di bilangan Jakarta Selatan. Suaranya yang merdu saat membacakan salawat
membuat banyak orang terlebih kaum hawa kagum padanya. Siang itu di pinggir
masjid tak jauh dari rumahnya, di tempat
yang cukup tertutup ia terlihat melepas penatnya dengan menghisap rokok. Baru kali
ini kudapati ia merokok di sana. Cukup berani ia memilih tempat, atau memang
sudah biasa tempat itu dijadikan tempat melepas penat selain di kuburan oleh
teman-temannya. Alhamdulillah, tanpa emosi cukup kutegur dia dengan santun tanpa
memperpanjangnya lagi. Idealnya segera kupanggil dan adakan wawancara. Tetapi tak
cukup waktuku tuk lakukan itu. Masih ada tugas lain yang jauh lebih mendesak
saat itu. Sayang sekali jika ia mendapat layanan pendidikan yang cukup baik dari
banyak pihak khususnya sekolah, aku yakin ia akan lebih berkembang dengan
keaktifannya. So, saranku jangan pernah menyekolahkan anak-anak anda di
sekolahnya Eman. Karena sampai sekarang sebagai ketua KKM, sekolahnya belum memiliki
proses yang baik dalam menjalankan KBM. Semoga segera bertobat. Amin.
Tentang rokok
Pikirku rokok sudah sangat dekat
dengan siapapun, kendati hal itu membawa dampak negatif bagi banyak orang. Diakui
atau tidak sudah banyak fakta empirik yang membuktikan bahwa rokok
mengakibatkan banyak sekali penyakit-penyakit berat. Sebut saja kanker, jantung, paru-paru, ginjal
dll. Yang menarik tentang rokok adalah Negara seliberal Amerika dengan
Holliwoodnya tengah berusaha meminimalisir film dengan mempertontonkan perokok
aktif dalam setiap adegannya. Ini baru modern.
Emans Family
Segera kuingat-ingat kembali apakah banyak dari keluarganya
yang merokok. Ternyata cukup banyak dari keluarganya yang merokok. Di sekolahpun
tak beda. Banyak guru-guru yang ahli Hisap (perokok). Sehingga muncul pertanyaan
di manakah tempat yang aman dan nyaman bagi anak untuk tumbuh dan berkembang
dengan baik?”, Adakah?, Dimana lagi jika bukan di sekolah. Dapat dikatakan
bahwa sekolah adalah benteng terakhir tumbuh kembang anak dari ancaman
destruktif yang terjadi di lingkungan kebanyakan.
Semakin ringan pikiranku menerima kenyataan
ini. Betapa sulit seorang anak dari keluarga perokok kemudian tidak merokok. Terlebih usianya yang belasan tahun adalah masa coba-coba.
Beban Eman Sebagai Remaja Modern
Di tengah kerasnya dorongan negatif untuk
berbuat yang lebih jauh dan brutal Eman termasuk anak yang masih dapat
dikontrol. Bersyukur ia tinggal di tengah masyarakat yang cukup religius. Jika tidak,
habislah dia. Eman dan teman-teman remajanya yang lain sedang dihadapkan pada
contoh-contoh yang sama sekali tidak ideal. Koruptor, pembohong, pendendam,
pencaci, perokok, pemabuk, penjudi, pengedar narkoba, pelaku freesex, pornografi,
anarkis berada dekat sekali dengan
mereka. Mereka sedang merindukan sosok yang dapat memberi teladan sepenuhnya. Hanya
ada satu kekuatan yang dapat menjaga dan merubahnya menjadi anak soleh adalah
kekuatan Allah swt. Kekuatan cinta-Nya teramat dahsyat dan dititipkan ke pada
banyak orang. Orangtua, guru, sanak saudara, tetangga, teman sepermainan
sekalipun dapat membimbingnya ke jalan
yang benar. Jika trilogy pendidikan(Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat) telah
berperan dengan maksimal tinggallah kita berdoa dan tawakkal kepada-Nya. Semoga
Eman dan kawan-kawan dapat menjadi hamba Allah swt yang soleh dan solehah.Amin
(Luthfi Mulyadi, Pancoran, 02 April 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar