Barang
siapa mempunyai dua anak perempuan dan diasuh dengan baik maka mereka akan
menyebabkan masuk surga (HR. bukhari)
Perawan Lebih Optimistis
Ini sudut pandang laki-laki tentang keperawanan. “Kalau
perempuan sudah berani menyerahkan keperawanannya, berarti hilang sudah
harga dirinya”, kata Harry Mahathir (20 tahun), Presiden Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Umum Universitas Padjajaran Bandung.
Karena itulah Harry meminta kaum perempuan yang belum
menikah tak membuktikan cintanya dengan menyerahkan keperawanan. “Kalau
perempuan berani menolak, pada umumnya laki-laki bisa memahami. jadi semuanya
bergantung pada ketegasan perempuan”,
kata Harry pekan lalu.
Ketegasan itu dibuktikan Putri Iva
Izzati (20). Delapan tahun, dia menjalin cinta dengan teman SMP sebut saja
Putra . Cinta monyetnya telah berevolusi menjadi cinta yang serius. Namun,
mahasiswi semester tujuh Ilmu Komunikasi UI ini berhasil menjaga diri tetap
utuh.
Selama Delapan tahun pacarnya setia
dan bertanggung jawab. Namun Putri tak ingin berspekulasi dengan masa depan.
Apalagi, agama mengajarkan jodoh merupakan otoritas Tuhan. “Ntar kalo gue
nikahnya sama orang lain dan gue udah nggak virgin, kan pasti bermasalah”.
Karena belum merasa kehilangan
sesuatu, Putri menjalani hidup dengan optimistis. Kalaupun pacarnya
mempermasalahkan pendiriannya dan memutuskan hubungan, dia sudah siap dan
nothing to lose. “Diri gue lebih berharga dibanding cowok yang memaksakan
kehendaknya.”
Saat banyak gadis yang meyerahkan
harga dirinya telah ditinggal pergi, Putri justru baik-baik saja. tanpa seks,
hubungan dengan cowoknya tetap mesra. Dan seperti kata Harry, yang mewakili
sudut pandang kaum Adam, Putra memang bisa menghormati penolakan dari Putri.
Dalam kehidupan sehari-hari, Putri
melihat perempuan yang kehilangan keperawanan diremehkan. “Cowok-cowok kan biasanya ngomongin ke teman-temannya, si ini kan bekas si itu, dalam
konteks yang merendahkan gitu. Berhubungan dengan harga diri banget, kan?”
Dosen Program Studi Psikologi,
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia (UII),
Hepi Wahyuningsih, S.Psi, M.Si, mengatakan wanita yang masih perawan lebih
optimistis menjalani hidup. “Dia akan merasa berharga dan percaya diri,
“ katanya pekan lalu.
Menurut Hepi, seks pranikah banyak
merugikan perempuan. Mulai rasa bersalah karena telah melakukan perbuatan dosa,
kecemasan menghadapi masa depan – terutama masa depan perkawinan, bisa hamil di
luar nikah hingga didera berbagai penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS.
Karena sekali tanggal keperawanan
tak mungkin dikembalikan, Hepi mengatakan kenyataan itu bisa membuat seorang
perempuan stress, depresi, hingga terdorong mengakhiri hidup. Selain itu, bisa
membuatnya lepas kontrol dan putus asa ; menjadi pelaku seks bebas bahkan
pelacur (lihat No Virgin No Future)
Spesialis Kebidanan dan penyakit
kandungan, dr.Boy Abidin Sp.OG, juga mengatakan kehilangan keperawanan bisa
membuat perempuan rendah diri dan cemas. Bargaining terhadap dirinya sendiri
hanya sekitar 20 persen dibanding perawan,”katanya pekan lalu.
Operasi plastik, kata Boy, secara teknis bisa mengembalikan selaput dara yang
sobek. Tapi, operasi tak bisa mengembalikan keperawanan secara mental. Mengutip
peribahasa, Boy mengatakan,”Piring yang sudah retak, msekipun ditambal, tetap
saja bukanlah piring yang sempurna.”
Karena itu dia berpesan, agar kaum
perempuan menjaga keperawanannya baik-baik. Tak perlu melulu melihat masalah
keperawanan dari perspektif dosa pahala, surga neraka. Nyatanya dengan pola
pikir pragmatis pun, Boy mengatakan sangat banyak keuntungan tetap perawan.
Tetap perawan antara lain,
menghindarkan seseorang perempuan tertular PMS hingga HIV/AIDS, tak khawatir
hamil di luar nikah , tak merasa rendah diri dan hina, serta lebih mantap
melangkah menuju masa depan. “Bargaining terhadap dirinya sendiri mencapai 100
persen.
(Republika,
Ahad 02 September 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar