Pesan Dari Gita
Bila nanti , aku pergi jangan ingat-ingat aku lagi
Bila nanti, aku pergi jangan kau panggil
aku kembali
Kita bisa balik, lagi pisah lagi
Apa kau mengerti , ini bukanlah permainan
Kau tak bisa buatku bersedih lagi
Kau tak bisa buatku menangis lagi
(Gita Gutawa)
Andai siswiku Dian dan teman-temannya yang lain
paham betul pesan dalam lagu tersebut, tentunya ia tidak akan murung satu bulan
terakhir ini. Pesan ini sebenarnya telah disampaikan lebih dari satu tahun yang
lalu. Tapi sayangnya pesan yang indah ini hanya didengar berkali-kali lewat
radio, tv, cd/dvd player atau MP3 oleh ribuan remaja putri di seluruh Indonesia
tanpa tahu apa isi dari pesan lagu tersebut. Mau tahu kira-kira pesan apa yang
disampaikan oleh Gita lewat “Bukan Permainan”yang penting itu. Simak ya!
1. Gita
adalah cewek yang punya prinsip dan sikap. Gita tuh hampir sempurna, dia tuh
cantik, pinter, berprestasi, ngebanggain orangtua, and punya sikap pastinya.
Masa sih kalian enggak mau kaya Gita?, Setidaknya secara prinsip dan sikap yang
tergambar dalam lagunya. Mungkin enggak ya?, kenapa enggak mungkin, segala
sesuatu di dunia ini mungkin kalau usahanya maksimal. Nah masalahnya sekarang
banyak banget cewek cantik di dunia ini yang tidak memiliki prinsip dan sikap
yang tegas sehingga gampang dipermainkan oleh cowok-cowok enggak baik. Mereka
dapat dilihat dari sikapnya yang cengeng dan tergantung oleh orang lain,
khususnya oleh cowok. Padahal tanpa cowokpun sebenarnya mereka akan baik-baik
aja.(Postitif Thingking : Kobe Band). Nah, kalo udah begini, cowok akan semakin
sombong karena sang cewek terus memuja-mujanya. Seorang siswi juga pernah
berkata dalam sebuah diskusi kecil, cowok itu memang ditakdirkan aktif terus
memburu cewek, hinggap dari satu cewek ke cewek lainnya sampai dia puas.
Kamu tahu lagu “Main Hati” Andra And The Back
Bone kan?, di lagu itu Andra dan kawan-kawan
sebenarnya dengan jujur ingin menyampaikan pesan “Baiknya cewek-cewek
selalu hati-hati dan waspada, cause cowok-cowok emang hobinya Main Hati.
Nah kalo udah tau kaya gitu harusnya akan lebih
waspada kan?. Buat cewek yang pernah sakit hati, ia akan melupakan sakit
hatinya, dan menjadikan pengalamannya sebagai pelajaran, bahwa ia akan
memutuskan cowok yang berlaku kurang ajar (merayunya untuk mesum) sampai
akhirnya ia mendapat pasangan yang tepat yang menghargai hubungan sucinya.
Sikap lain dapat ditunjukkan dengan
tegas tidak mudah menerima cowok yang jelas-jelas menyakitinya untuk
balikan lagi. Dengan begitu ia sudah menunjukkan bahwa kamu mempunyai harga
diri,. Dengan begitu juga cowok tersebut /cowok-cowok lain mengenal kamu
sebagai cewek yang enggak sembarangan.
“Trus, emang semua cowok kayak gitu?”, “Enggak,
masih ada juga kok cowok-cowok baik yang juga mau dapetin cewek-cewek yang
punya harga diri dan bisa bersikap. Tenang aja, jika kamu selektif memilih
insyaallah kamu akan dapat yang baik kok, amin.
Siswi-siswiku, coba deh kita berpikir dengan jernih , praktek pacaran yang nyata-nyata tidak sehat (Shaking”pegang tangan”, Huging”rangkul, peluk”, “Kissing”cium”, Petting “gesek-gesek kelamin masih berpakaian”, disingkat SHKP, ”Sex Penetration” seks) apakah dapat dikatakan tanda sayang dan cinta?, Bukankah cowok yang benar-benar sayang ceweknya seharusnya menjaga betul agar hubungan mereka tidak mengancam masa depan keduanya?. Kamu harus tahu bahwa hubungan seks dimulai dengan pegang tangan, rangkul, peluk, cium, gesek kelamin baru kemudian memasukkan kelamin ke dalam vagina. Jadi mulai pegang tangan sampai hubungan seks adalah satu paket yang hampir tidak dapat dipisahkan. Shaking, Huging, Kissing, Petting, disingkat SHKP & Sexual Penetration adalah satu paket. Hubungan seksual dimulai dengan pemanasan Shaking dan ditutup dengan Sexual Penetration
SHKP bertujuan untuk melumasi jalan masuknya penis ke dalam vagina .Jadi jika remaja puteri yang sudah mengenal S maka akan mudah menuruti H, jika sudah mengenal H maka akan mudah menuruti K dan seterusnya dengan enjoy atas nama cinta yang murah sekali diobral oleh laki-laki enggak baik. Hampir tidak mungkin untuk membendung melakukan SP jika telah mengenal dan menikmati SHKP. cause secara psikologis jika kamu tidak menuruti alur yang disebutkan tadi jiwa kamu akan goncang dan kacau. Kaya orang yang lagi sakau gimana gitu, You-you taulah itu. So, sebelum kecanduan SHKP, baiknya kita jauhin aja sejauh-jauhnya kalau mau selamat dunia akhirat ok!,
2. Pesan dari Gita selanjutnya adalah ; pacaran sebenarnya adalah bukan permainan. Jadi kalau belum paham/siap
pacaran, baiknya jangan ambil resiko deh. Kalau kamu berani pacaran berarti
berani ambil segala resiko yang terjadi, apalagi pacarannya tidak sehat – pake
SHKP. Sebut saja, sakit hati, prestasi menurun, boros, pusing mikirin pacar
dll, sampai resiko terbesarnya adalah MBA. Semua resiko-resiko itu sangat mungkin kamu dapatkan jika kamu
pacaran. Jadi, Orang Pintar Pasti Minumnya.., eh salah maksudnya orang pintar
yang sayang diri dan ingin membahagiakan orang tua pastinya tidak akan berjudi
dengan yang namanya pacaran yang telah banyak menjerumuskan pelakunya.
Kalo
emang terlanjur, yuk :
(1). Bertahap mari kita sadari bahwa kita wajib berusaha
menjadi anak-anak yang baik dan bukan bercita-cita dan bangga menjadi anak-anak
dengan perilaku yang tidak baik dengan pacaran yang tidak sehat,
(2). Bertahap kurangi kemudian tinggalkan tonton tayangan atau bacaan yang merangsang
perilaku seksualmu / untuk pacaran (3).
Bertahap temukan dan bergaullah dengan teman yang rajin/ berprestasi serta
tinggalkan teman2 yang malas yang akan membunuhmu. Pilihannya sekarang adalah tinggalkan
atau terbunuh, (4). Bertahap temukan lagi konsentrasi
untuk gairah belajarmu dengan khusu’ beribadah, (5).Bertahap
rasakan lagi kebahagiaan anak-anak normal seusiamu dengan banyak kesenangan
(bermain, bertualang, berkarya, meneliti, berorganisasi, membaca, olahraga
dll) bukan malah tersiksa dengan
hasrat seksualmu
Demikian Pesan dari Gita yang dapat kita petik.
Semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin
“Bangkitlah
Siswa-Siswiku
Buat Orang Tua dan Guru-gurumu Tersenyum Dengan Prestasimu,
Bukan Menangis Karena Sesalmu Kelak”
(Luthfi Mulyadi, 10 Februari 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar