Sabar, that’s all
“Tuuuuuut,tuuut,tuuuuut” kucoba berkali-kali menghubungi hp kakak istriku
yang sedang mengikuti ujian CPNS. Istriku dan kakaknya untuk pertamakalinya
mengikuti CPNS hari ini di asrama haji Pondok Gede. Kakaknya begitu semangat
sering menanyakan info seputar CPNS kepadaku yang telah berpengalaman mengikuti
tes itu beberapa kali, maklumlah baru pertama kali.Dengan nada yang pesimis
sering kulontarkan bahwa tes ini tidak masuk akal. Satu posisi guru negeri
diperebutkan oleh lebih dari lima ratus orang. Kadang aku juga menyesal karena telah melontarkan hal itu
pula kepada istriku sehingga ia tidak sesemangat kakaknya. Hari ini aku
antarkan istriku dan kakaknya ke Pondok Gede untuk menimba pengalaman dari
orang-orang desa yang mempunyai semangat bersaing sekuat gunung karang di lepas
pantai. “Sayang, nanti Lely juga akan ketemu temen-temen deh, setidaknya kita
niatkan untuk silaturrahim, kalo perlu arisan dan jualan pensil 2B,hehehe..”
Aku juga sering menceritakan hal itu dengan sedikit candaan sinis entah kenapa.
Bukan ingin mengusik ras, tetapi persaingan hidup antara pribumi dan masyarakat
urban telah membuatku tidak nyaman. Terkadang mereka melupakan kata bijak
“Dimana bumi dipijak disitu langit dijinjing” dengan membuat komunitas yang
tidak kenal jam malam sebagai jam istirahat.
“ Masya Allah, macetnya!”, sesampainya di jembatan penghubung Kramat Jati dan Taman Mini, ribuan motor
segera menyerbu melewati jembatan yang seharusnya hanya muat untuk dua mobil
dan satu motor. Jembatan itupun sekarang berubah wujud seperti antrean masuk
Dunia Fantasi sewaktu lebaran. Jembatan itu sekarang dijejali oleh tiga banjar
motor dan dua banjar mobil.Inci demi inci motorku merayap, dan setelah lima
belas menit aku pun sampai di puncak jembatan.Aku tengok kanan, kiri, dan
belakang semua penuh sesak dengan motor.”Sayang , abang khawatir jembatan ini
akan roboh karena tidak kuasa menahan beban yang teramat berat,
kira-kira kita syahid gak ya kalo sampai itu terjadi”, “Na’udzubillah, apaan
sih bang, ngomong sembarangan aja, doakan aja biar kita semuanya diangkat jadi
PNS semua, hehehe..”.Tak kusangka istriku telah mewarisi sifatku yang senang
bercanda di waktu kritis sekalipun. “Amin”, segera aku mengamini doa istriku
dengan khusyu’.(luthfi mulyadi 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar