Rabu, 19 Juni 2024

POS3 SINDORO

 

POS3 SINDORO

Malam itu aku diombang-ambing angin seperti ranting kecil yang ringan. Dalam tenda monodome yang layernya tak lama lagi bertahan.Pasak-pasak tercabut dari tanah yang hancur tak mungkin lagi kutanamkan.Ya, baru saja 10 menit yang lalu kutanam menembus tanah gembur ketinggian 2300mdpl.

Bagian bawah tenda mulai terangkat seakan-akan aku berada di dalam balon air mainan yang biasa ada di wahana air. Tanah yang tak datar membuatku selalu terdesak ke bawah.

Berkali-kali sudah kuperbaiki posisi tidurku. Jelas ini bukan tidur yang nyaman. Angin bar-bar itu mendorongku berkali-kali tanpa bosannya. Angin kencang, hujan deras dalam gelap kabut pos3 gunung Sindoro via Alang-alang Sewu. Kondisi ini seakan nostalgia pendakian Merapi 2011.

Setua ini aku masih saja dipermainkan. Mengulangi kembali kesalahan. Sudah kukatakan akhir tahun bukan waktu ideal untuk pendakian.Hahaha,lucunya penyesalan.

Setua ini harusnya cukup nyaman menikmati camping di samping sungai menikmati kopi dan cokelat panas. Resiko dalam kegiatan camping pastinya tidak sebesar kegiatan mendaki gunung. Ah,celaka, masih ada anak muda yang harus kuantar menuju puncak. Entah berapa kali lagi.Tak tega aku menolak mereka. Aku khawatir minat mereka yang positif akan segera berubah. Bisa saja mereka akan melakukan hal yang lebih tidak bermanfaat seperti kebut-kebutan di jalan dengan motor mereka.

***

Sesampainya di pos3 Sindoro via Alang-alang Sewu keadaan sekitar sudah memutih full kabut. Angin kencang mulai berhembus. BL Putar otak untuk memutuskan spot terbaik untuk mendirikan tenda. Bukan di dekat patok pos3, bukan pula dalam hutan kecil karena khawatir tertimpa pohon yang roboh terkena angin.

Ya, kupilih dibibir hutan kecil di belakang pohon terakhir yang masih berdiri. Kupastikan dahan-dahannya cukup kuat menahan terpaan angin bar-bar nanti malam. Banyak dahan disekitarnya telah roboh. Cukup ngeri membayangkan jika kami sampai tertimpa dahan pohon selanjutnya yang patah terkena terpaan angin kencang.

Aku prioritaskan tenda hijau kapasitas 4 orang harus berdiri terlebih dahulu.Kasihan para pemula dihadapkan pada keadaan yang cukup membuat panik ini.Semakin sore semakin gelap. Semakin dingin.

Intruksi terus aku berikan tanpa bosan. Ini adalah waktu yang tepat untuk Melatih teamwork.Ya, dalam keadaan panik  anak-anak diuji tetap tenang. Wajarlah jika masih banyak kekurangan, tugasku kemudian menyempurnakannya.

Bagaimana menanam pasak, bagaimana mengamankan tas tenda, mengikat flysheet, merapihkan tenda agar tidur nyaman bahkan sampai menggelar matras.

Alhamdulillah tenda hijau berdiri. Selanjutnya tenda orange yang harus kulindungi dengan flysheet tambahan. Tenda orange bersebelahan dengan tenda hijau. Alhamdulillah pergerakan Pak Bisri dan Pak Lahmudin cukup cepat karena terbiasa dalam kegiatan outdoor. Konsentrasiku mendirikan tenda biru untukku sendiri sekarang.

Kuperhatikan lagi kondisi layernya yang semakin rapuh. Jelas monodome ini tidak safety maksimal untuk menahan angin. Khawatir kembali menghantui. Pak Bisri membantuku memindahkan terpal lusuh untuk menghalau angin  yang terus menghajar tenda kami.

Entah berapa bulan umur terpal itu di pos3 ini. Pendaki lain meninggalkannya begitu saja. Alhamdulillah kami bisa memanfaatkannya. Pasak-pasak itu tak kuat menancap di tanah.Kami menggantinya dengan batu-batu besar, tetap saja batu itu kalah dengan kekuatan angin. Luar biasa bar-barnya angin gunung Sindoro.

Terimakasih banyak Pak Bisri dan Pak Lahmudin yang segera membuatkan sop untuk kami. Makan malam dengan sop cukup membuat kami bertahan sampai tengah malam. Alhamdulillah.

***

Malam itu aku diombang-ambing angin seperti ranting kecil yang ringan seringan kapas. Dalam tenda monodome yang kainnya tak lama lagi bertahan.Pasak-pasak tercabut dari tanah yang hancur tak mungkin lagi kutanamkan.Ya, baru saja 10 menit yang lalu kutanamkan.

Bagian bawah tenda mulai terangkat seakan-akan aku berada di dalam balon air di dalamnya. Tanah yang tak datar membuatku selalu terdesak ke bawah. Berkali-kali sudah kuperbaiki posisi tidurku. Jelas ini bukan tidur yang nyaman. Angin bar-bar itu mendorongku berkali-kali tanpa bosannya.Nostalgia Merapi 2011.

Aku mulai merinding kedinginan meski sudah memakai jaket dan sleeping bag. Hujan sudah mengguyur kami sejak 2jam lalu dan terus hingga kini. Basah-basahan aku membenarkan pasak yang tercabut dari tanah dan mengikatnya kembali di pohon yang telah tumbang.

Amazing, nostalgia Merapi 2011. Kadang tak percaya aku kembali mengalami ini. Seakan tak habis-habis bertempur melawan ganasnya angin gunung Sindoro. Sampai akhirnya aku lelah dan pasrah. Kubiarkan angin itu menghempas tubuh yang lemah ini di dalam tenda sendiri.

Kulihat kemudian flysheet kecil monodome yang terlepas tepat di atasku. Percikan air dari atas tenda yang flysheetnya lepas terus mengguyur wajahku. Aku tidur terlentang melihat jelas atap tenda yang hanya berupa jaring.

Terpal besar itu sudah berkibar-kibar terlepas dari pancangnya. Aku harus keluar memasang kembali flysheet kecilku berukuran 30 x 30cm untuk menutup jaring atas tenda.

Luar biasa magernya saat itu. Siapapun sangat berat bergerak meski hanya untuk makan snack meski perut lapar. Yang paling nyaman adalah berbaring meski basah terkena air hujan.

Air hujan mulai masuk dalam tenda dari arah kepalaku. Air sudah tergenang di pojok bawah tenda. Aku mulai merasa sakit perut dan kebelet pipis.Aku tak kuat lagi. Aku harus keluar.Bismillahirrahmanirrahim.

Kucari spot pinggir hutan arah barat pinggir jurang. Segera kugali tanah dan…. Alhamdulillah lega. Hujan dan angin masih menerpaku di luar sini sendiri.Brrrrrrrrr. Mantab sekali dinginnya. Untung babi-babi hutan itu enggan keluar karena badai. Jika saja cuaca bagus tanpa badai, bisa jadi kami bersiap semalaman sibuk mengusir babi-babi itu.

Yup,keuntungan kita dapat badai saat camp adalah tenda kita aman dari gangguan babi,hahaha.Kadang sensasi ini yang bisa kita banggakan untuk nostalgia. Dasar gila,hahaha.

Pukul 01.00 angin terus berusaha menghempas tenda kami. Kreeeeek Brak. Dahan sebesar paha orang dewasa patah dan tumbang satu meter di belakang kepalaku. Alhamdulillah ia tumbang tidak mengenai kepalaku.

(luthfimulyadi,ruangguru,31/03/23,16.41)

Tidak ada komentar: