Selasa, 29 Januari 2013

titip dooooooong!


Titip Doong!

“Aslmkm.pk Adi, ada tugas gk buat hr ini?”
“Wslm.kerjakan tadrib 3 hal.63 dan kumpulkan ya!,salam buat tmn2 .tks.”
“Ok pak.wslm”
Alhamdulillah senang sekali pagi ini diingatkan tuk member tugas tuk anak-anak. Subhanallah semoga tambah banyak anak yang peduli dengan pembelajaran apapun matapelajarannya. Seperti anak kesayanganku ini. Minatnya cukup banyak. Termasuk berkegiatan di alam terbuka Pramuka yang sekarang disegani dan tidak diminati oleh teman-temannya yang laki-laki sekalipun.
 Aneh. Pikirku cukup banyak anak laki –laki yang tertantang tuk kegiatan Outdoor ataupun olahraga. Faktanya tidak sampai 20% dari mereka yang aktif mengikuti kegiatan ekskul di madrasah. Positif thingking saja. Mungkin di luar madrasah mereka sibuk mengikuti kursus komputer, bimbel, les piano, renang, karate, taekwondo. Bukan menghabiskan berjam-jam di depan gameonline yang sangat kontraproduktif, bukan membuka situs2 porno yang membuat mereka berniat untuk memperkosa anak2 perempuan bawah umur 10tahun yang  lemah , bukan trek2an di jalan yang membahayakan banyak orang, bukan nongkrong di jalan yang dapat memprovokasi terjadinya  tawuran, bukan mengembangkan kegemaran music regae pemuja ganja , bukan mencoba ganja lalu menjadi Bandar, bukan berbuat mesum di rumah pacar saat orangtuanya sibuk mengajar pengajian lalu berniat mengaborsi janinnya.  
Astaghfirullahal ‘azhiim. Buruknya prasangka ini. Astaghfirullahal ‘azhiim.  

Dan sore haripun datang. Di bengkel motor pinggir jalan
“Aslmkm. Pak Adi. Besok ada soal gk?”
“Wslm.insyaallah besok sy kasih.tugas yang tadi pagi dah dikumpulin belum?”
“Udah.”
“Alhamdulillah.dititip Eman kan?”
“Di taro meja bapak, td sy dah titip ke dia, Dianya gak mau, katanya berat”
“Maa Syaa Allah, iya deh.tks ya!
Maa Syaa Allah, dasar anak kampuuuuuuuuung. Emosiku meluap.Sorepun menjadi semakin kelam. Sepulang kuliah dihadapkan oleh anak yang tidak bisa diajak kerjasama. Aku wali kelasnya sudah tidak diacuhkan apalagi yang lain. Kedepankan emosi terus mengutuknya. Padahal sudah tiga kali Eman kudaulat jadi tutor sebaya temannya. Kenapa kai ini hanya untuk membawa hasil kerjaan teman-temannya saja ia enggan. Kucoba kaitkan lagi dengan keinginannya waktu itu tuk jadi ketua kelas. Waktu itu aku tidak memenuhi permintaannya. Kuanggap ia lebih cocok mengamankan teman-temannya ketika kelas rusuh. Akuberi ia tanggung jawab secara bertahap karenamasih belum percaya sepenuhnya karena beberapa kasus walaupun tidak besar merupakan hasil karyanya bersama si Amat.
Alhamdulillah jabatan sebagai ketua kelas cukup diperebutkan beberapa anak di kelasku, termasuk Eman dan Amat. Cukup bergengsi mungkin sebagai ketua kelas. Masalahnya tingggal diimbangi oleh kinerja dan tanggung jawab mereka yang masih jauh panggang dari api. Terpilihlah Sari menggantikan Digta yang sebalumnya mendapat suara terbanyak teman-teman.
Kembali lagi ke Eman. Emosiku masih meluap malam itu. Langsung aku menuju kerumahnya yang dekat dari rumah Ibuku untuk mengklarifikasi kebenaran berita dari Sari. Benarkah ia tidak  mau membawa hasil latihan teman-temannya.
“Assalamu’alaikum!”.
 Kujumpai ibunya yang sedang menjaga warung. senyum kecut menghiasi wajahnya. Pernah ia kecewa anaknya kukatakan cukup rusuh di kelas mengganggu ketenangan konsentrasi belajar. Sebagai ibu tampaknya ia tidak terima anakknya dikatakan buruk. Sepengetahuannya anaknya sangat rajin ta’lim dimanapun kapanpun. Sepengetahuanku anaknya adalah anak yang sombong dan suka meremehkan orang lain. Kali ini mungkin aku korbannya,hehehe.
“ Wa’alaikum Salam. Ada apa pak?”
“Eman ada?”
“Waduh, baru aja berangkat ta’lim”
“Ada apa ya pak?”
“Oh, saya mau minta tolong Eman bawa hasil latihan teman-teman yang saya berikan tadi pagi”
“Coba sms aja deh pak, nomornya ada kan?”

Maa Syaa Allah tampaknya buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya. Begitulah ibunya mengajarkan menghormati orang lain kepada anaknya. Tadinya ku ingin bertanya pada Eman berapa ongkos kirim ke rumah ibuku?, tapi agaknya hal itu emosional. Untung Emannya tidak ada.

“Wah, hp saya lowbatt bu, ok tks bu  ya!”
Segera kutinggalkan rumahnya karena memang tidak lagi bisa diajak kerja sama. Sesampainya di rumah ibuku. Akupun bercerita pada Ibu dan istriku.
"Biarin dah, ujian tuh namanya, kalo lulus ujian tambah hebatlah kau,hehehe"komentar ringan darinya mencairkan suasana. Redalah emosiku.Aku berwudhu dan adukan ini semua kepada Allah swt.Dua hari berlalu. Baru sempat aku datang ke Madrasah. Kulihat tumpukan buku latihan anak-anak berwarna biru  menggunung di meja.
"Astaghfirullahal 'Azhiiim", pantas saja Eman tak mau membawanya pulang.Tiga puluh buku latihan seberat 5kg harus memebani pundaknya.. Kupikir anak-anak akan mengerjakannya di selembar kertas, sehingga Eman agak ringan membawanya.Kalau tiga puluh lembar pasti akan dibawa olehnya
"Astaghfirullahal 'Azhiim, ampuni prasangka burukku ya Allah"
(Luthfi Mulyadi, 30 Januari 2013)


Tidak ada komentar: