Rabu, 23 September 2020

SuryoCokroLawu,14-18agustus2020

 NBBL Lawu via cemoro kandang 480k aje

Pak Lahmudin, Cica, Janu,Arya, Ilyas, Farhan bang Luthfi

Pukul 22.00 wib dari Jakarta. Tes drive& roofrack. Subuh di Brebes. Pantura pagi hari.Semarang masih jauh. Masuk tol Semarang-Karanganyar.

Pukul 14.30. wib sampai basecamp Cemoro Kandang.Mohon izin tidur barang satu jam.Driver lelah sangat setelah bergadang. Yakinkan harus kuat. Mulai pendakian 17.10wib.bertemu lama nan indah di bawah bintang2 cantik antara basecamp menuju pos1.

Hujan selepas pos1. Alhamdulillah sampai di pos2 pukul 21.00wib.dirikan tenda dan memasak. 2Shelter besar yang sangat membantu.toilet yang cukup nyaman dan bersih sepanjang jalur. tks banyak pihak pengelola.Pos 2 yang sangat nyaman. malam yang dingin diguyur hujan.

Pagi cerah di pos 2 tamansari atas 2400mdpl.Masak dan prepare lanjutkan perjalanan.Tinggal tenda di pos2.Otw pos3 melipir 3 punggungan dengan tebing yang indah sekali. Allahu Akbar. Berkejaran dengan pembawa tiang bendera (besi sepanjang 10meter).Layaknya Sudiro Tungga Jaya versus motor di toll menuju..entah menuju mana.kita pasti kalah. Bertemu Mbak Lili nan bening.

Lampaui Pangarep, lampaui Penggik pos3. Sang pembawa tiang bendera tak terkejar.Track terberat plus panas terik menuju Cokro Suryo 3100mdpl. Menjemput sunset di 3265mdpl. Berkejaran sampai warung pos4 Pak Bet. Puluhan tenda berdiri di Cokrosuryo. Pastikan dapat tempat di dalam warung Alhamdulillah tersisa untuk kami. Tahan kencing/pup sampai pagi. Melawan dingin di warung pos4 tanpa SB.

Akamsi yang tidak ramah.Farhan sempat dimarahi karena posisi tidur.karena letih dan tidak digubris karena dingin, ia membahas tentang SB.Ia bilang ia ranger, ia bisa saja tidak mengiizinkan kami naik karena tidak membawa SB. Ia bisa saja mengusir kami dari warung itu. Duh,sangat tidak ramah akamsi ini. Seharusnya malah kami yang sengaja numpang di warung ini dipertahankan, dilindungi karena memang alasan yang masuk akal SB ditinggal di pos2 untuk mengurangi beban.Ini malah karena kesalahan kami katanya harus diusir. Ini justru yang semena mena melanggar perinsip safety. Jika didebat, kenapa juga ia numpang di warung tsb. Ya sudahlah.Untung saja emosinya mereda.

Pagi 17Agustus2020 di Cokro Suryo. Memasak lalu turun gunung.Tak lupa ucapkan tks pada pemilik warung yang mengiizinkan kita menginap di sana.semoga bisa bertemu kembali. Aamiin

Lampaui pos3,Pangarep.Sampai pos2 masak dan makan. Lampaui pos1.sampai basecamp pukul 15.30wib.Bismillah otw jogja pukul 17.30.Pukul 19.00 tiba di tugu Jogja. Makan angkringan lalu mampir di rumah saudara pak Lahmudin. Istirahat sebentar.Pukul 22.00 kembali ke Jakarta via jalur selatan bandara baru Internasional.Subuh di rest area km228.Tiba di Jakarta pukul 09.30

Ahamdulillah

Kamis, 07 Mei 2020

aku&puncak Gn.Ciremai


Ciremai&Me
Cerita ini hampir saja tak kutulis dalam kumpulan cerita lainnya. Lagi-lagi tentang pendakian gunung. Entah kenapa, semangatku mulai pudar untuk menuliskan cerita-cerita seperti ini. Tidak seperti tahun lalu. Sebelumnya ingin sekali aku membukukan semua puisi dan cerita-ceritaku. Sayang sekali jika tidak kutulis, walaupun hasilnya mungkin hanya dua paragraf. Hitung-hitung terus berlatih menulis. Kali ini tentang gunung tertinggi di Jawa Barat. Ciremai, dengan ketinggian mencapai 3078mdpl. Subhanallah.
Kesempatan pertama menjajal gunung ini terlaksana pada tahun 2004 bersama teman-teman Opik dari Politeknik Negeri UI. Subhanallah, luar biasanya berkumpul dengan anak-anak berotak encer seperti mereka. Nyaman sekali. Bahkan materi-materi humor mereka sangat berkualitas. Menunjukkan kualitas isi kepala mereka.
Setelah tunaikan salat ‘Ashar berjama’ah di masjid kampus, kamipun menuju jalan baru yang menghubungkan pasar Rebo dan terminal Kampung Rambutan. Tak perlu naik angkot. Jarak dari kampus kesana hanya sekitar 200meter. 1jam menunggu, bus tak kunjung datang. Bus kea rah Cirebon, Kuningan dan sekitarnya memang sangat jarang lewat jalan ini. Kebanyakan bus-bus jurusan jalur selatan mendominasi. Akhirnya kitapun salat maghrib di musholla samping jalan.
Tak lama setelah kita salat maghrib buspun datang. Bus Dedy Jaya jurusan  Cirebon. Setelah tiga jam perjalanan  bus mogok di jalan tol. 1jam lebih kita menunggu perbaikannya. Cukup khawatir saat itu, karena keterlambatan  pasti akan mengganggu schedule. Aku masih terikat kontrak kerja dengan Media Track Sistem Informasi, dan hanya diberikan waktu 2hari untuk perjalanan ini. Sambil menunggu, kita pun menikmati suasana pinggir jalan tol. Waktu itu sekita pukul 21.00, jalan tol cukup sepi. Tidak terlalu banyak kendaraan yang melintas. Sekitar pukul 22.00, bus dapat melaju kembali. Alhamdulillah.
Pukul 01.00 kita tiba di Kuningan. Udara dingin pegunungan segera menyergap.Dari jalan utama, angkot antar kita sampai Linggarjati. Desa bersejarah ini adalah saksi sejarah perjanjian Linggarjati antara Belanda dan Indonesia. Sekarang museum telah dibangun di sini guna memperingati peristiwa tersebut .  Malam itu cerah sekali.  Sempurna dengan pancaran sinar bulan. Gunung Ciremai dengan ketinggiannya  seakan menyapa kita “selamat datang tamu-tamuku yang budiman, semoga kalian menikmati perjalanan menuju puncakku”. Subhanallah cantiknya. Ketinggiannya seakan tak terbatas hingga menembus langit.  Ibarat tembok beton yang sangat tinggi, khawatir kami tertimpa jika ia roboh. Pantas saja gunung ini menyandang predikat tertinggi di Jawa Barat, tak mampu lagi aku menggambarkan keindahan malam itu diselingi dengan tawa canda teman-teman. Bayangan-bayangan indah mendakinyapun telah terbersit di kepala kami. Pasti indah dan nyaman sekali berdiri di ketinggian itu. Subhanallah.
Malam itu kami tidak langsung mendaki, karena pos pendakian telah tutup. Kami harus bersabar menunggu hingga pagi hari. Jam menunjukkan pukul  03.00. Tak lama lagi subuh datang. Kamipun beristirahat di musholla seberang pos daftar pendakian. Menikmati  dan beradaptasi dengan dinginnya kaki gunung Ciremai sebelum kepuncaknya.
Pukul 07.30, agak siang pos pendaftaran dibuka. Itupun setelah kami susul ke rumah tempat tinggalnya. Jika tidak, entah kapan kami mulai mendaki. Dan perjalananpun dimulai. Bismillahirrahmanirrahim. Susuri jalan aspal penghabisan menuju sawah dan ladang. Subhanallah dari balik rimbunan pohon puncak gunung Ciremai mulai terlihat membuat kami terus menengadah terus menikmati cantiknya. Tak terasa kaki kami beberapa kali terantuk batu karena terpesona melihatnya. Subhanallah. Menuju penghabisan aspal menuju persawahan dan ladang yang lebih tinggi, kami melewati rumah-rumah warga dengan ternak sapi, kerbau dan kambingnya. Beberapa kali kami berpapasan dengan segerombolan kerbau dan sapi yang tidak terikat. Ada kekhawatiran jika mereka mengamuk dan tiba-tiba menyeruduk kami,hehehe.
Kami berjalan kea rah selatan menuju gunung Ciremai,s awah di sisi kanan terhampar luas hijau menyejukkan mata. Udara pagi pegunungan sungguh membuat kami ingin setiap hari berada di sini. Ladang jagung hiasi perjalanan kami menuju Cibunar. Pos pertama di ketinggian 750mdpl. Di sanalah pos terakhir jika tidak ingin repot mendapatkan air di pos Condang Amis. 2jam dari Cibunar sampailah Condang Amis. Di sini terdapat gubuk yang penghuninya menjual beberapa makanan bagi para pendaki. Dari sini juga menurut beberapa orang pendaki ada sumber air di sebelah timur menuruni semak belukar. Dari Condang Amis lampaui pos di atasnya kami sempat kebingungan menetukan jalur mana yang benar. Cukup rimbun. Beberapa orang juga telah membuka jalur baru dengan kemiringan yang ekstrem. Entah pertimbangan apa kami lalui jalur baru itu dan Alhamdulillah sampai di pos berikutnya. Lampaui Kuburan Kuda, Tanjakan Seruni, Tanjakan Asoy,Bapak Tere, Batu Lingga. Di sini aku khususnya merasakan keletihan yang luar biasa. Tak hentinya Opik menggodaku
“Massa alumni Semeru gak kuat,hehehehe…!”,
mendengar itu akupun memaksakan diri karena  gengsi. Tak kugubris, tapi ingin kubuktikan bahwa aku dengan rutinitas  abnormal – bekerja saat jam istirahat, pukul 03.00 – 11.00 di Media Track waktu itu masih kuat mencapai puncak Ciremai. Padahal bahaya sekali tindakan seperti ini.Hehehe, dasar darah muda. Di pos Bapak Tere kamipun sempat melihat Elang Jawa kebanggaan Jawa Barat. Burung gagah ini sebarannya sudah sangat memperihatinkan.  Data mencatat Elang ini tersisa di hutan Gunung Slamet, Salak, Ciremai, Gede dan Pangrango.
Kenapa Pos ini dinamakan Bapak Tere pun tak lepas dari diskusi renyah kami. Selanjutnya lampaui Sangga Buana 1, Sangga Buana2 dengan sisa-sisa tenaga yang nyaris habis. Khususnya terjadi padaku.
“Masyaallah, sumpah, capeknya luar biasa”bisikku.
Hampir tidak ada lagi kekuatan untuk berdiri apalagi berjalanan. Kupaksakan dan paksakan karena gengsi. Mata ingin sekali kupejamkan barang 10menit. Tapi teman-teman terus memaksaku melangkah.
“Ampuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuun”
bisikku karena tak kuat lagi berteriak. Hampir tiap  3menit aku tertidur dengan mudahnya. Seakan pendakian ini adalah mimpi indah.
“‘Woooiiiiiiiiii banguuuuuuuuuuuuuuuuuuuun”
teriak teman-teman. Teganya mereka padaku yang lemah ini,hehehe.
Pukul 17.20, sampailah kita di Pangasinan 2700mdpl. Pos tertinggi sebelum puncak Ciremai. Subhanallah cantik sekali pemandangan di sini. Garis pantai terlihat di sebelah utara. Api dari cerobong sebuah tambang minyak pun terlihat jelas menyala-nyala merah.  Subhanallah. Suhu di sini lebih dingin dibanding di bawah pastinya. Perih rasanya mata dan kulit pipiku ditiup oleh angin di ketinggian ini.
“Brrrrrrrrrrrrrrrrr ddddinginnyaaaaaaaaaaa!, ALLAHU AKBAR!”,
Takbir guna melawan dingin. Menjelang malam kita harus berjuang melawan dinginnya Pangasinan. Cepat dirikan tenda, cepat masak mie, cepat makan dan istirahat. Sering  kali di ketinggian ini aku merasa berada di dunia lain karena tekanan udara yang  sangat kuat dan dingin.Tenda isi empat orang itupun terisi enam orang. Lebih banyak lebih hangat,hehehe. Alhamdulillah malam itu cukup cerah. Beberapa  teman mengambil  tempat di luar tenda untuk makan. Sangat tidak nyaman makan berdesak-desakan, meskipun juga  sangat dingin di luar sini. Subhanallah indahnya mala mini. Gugusan bintang berkelapkelip seakan dekat sekali di atas kepala kami. Tak jarang meteor-meteor hilir mudik di depan pandangan kami. Mirip sekali Meteor Garden F4,hehehe. Subhanallah. Jika kuat akan sangat indah nikmati malam ini tidur di luar tenda. Sayangnya kami belum memiliki perlengkapan pendakian yang memadai seperti sleepingbag. Bismikallahumma Ahya Wabismika Amuut.
Alhamdulillahilladzi Ahyaanaa Ba’da Maa Amaatanaa Wa Ilaihinnusyuur. Subhanallah. Segarnya udara pagi  hari ini. Terlihat enam tenda berdiri di Pangasinan tadi malam bersama kami. Pukul 05.30, mereka terlihat sigap sekali menapaki punggungan terakhir menuju puncak. Pagi itu aku tak lagi punya energi untuk menggapai puncak, padahal puncak sudah sangat dekat. Pikirku akan lebih baik hemat gunakan energi untuk turun dalam keadaan sangat lemah seperti ini. Paha, dengkul dan betisku serasa tanpa tulang yang menopangnya. Keadaan ini benar-benar mengerikan. Untuk turun saja sulit apalagi naik.  Aku tak ingin mengambil resiko. Saat ini aku harus mengakui bahwa staminakulah yang terlemah. Salutku pada teman-teman.  Sepertinya mereka masih banyak memiliki energi, tetapi demi solidaritas mereka tidak melanjutkan ke puncak. Subhanallah.
Repacking, masak, makan dan kitapun turun. Dengan penuh perjuangan aku berusaha menuruni satu persatu undakan, akar,batu, yang telah kulewati kemarin. Selamat tinggal Pangasinan, semoga kita dapat bersua kembali. Amiin. Tekadku akan kembali lagi ke sini dan menginjakkan kakiku di puncak Ciremai. Terus merasakan hal yang sama pada paha, lutut, betisku yang lemah. Tak jarang aku menjatuhkan diri di rerumputan karena tidak mampu lagi melangkah. Sangga Buana2, SanggaBuana1, Bapak Tere, Tanjakan Seruni, Kuburan Kuda, Condang Amis satu persatu terlewati. 
Pandanganku semakin gelap. Dan….”ZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZ”
“Woiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii bangun, gimana sih sarjana Semeru?,hehehe”
Lagi-lagi Opik menggodaku. Masih untung mereka tidak meninggalkanku sendirian tertidur di jalur pendakian. Dan lagi-lagi….”ZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZ”
“Fi, bangun fi, dikit lagi hujan, dikit lagi kita sampai di Cibunar kok”
Mereka bangunkanku untuk ke sekian kalinya.
“terimakasih teman-teman”, Bisikku dalam hati.
Sekitar pukul 16.00, kitapun sampai di Pos perizinan pendakian. Laporan, bersih-bersih, segera kami menuju ke Jakarta.
Kesempatan kedua
Alhamdulillah, setelah diterima oleh Pak Lukman Kepala MTs.N1 Jakarta sebagai tenaga pengajar di sana akupun resign dari Media Track. Tidak kuat lagi fisik ini terus mengejar rupiah di waktu yang tidak normal. Kembali teringat tekadku untuk kembali ke puncak tertinggi Jawa Barat Ciremai. 25 Desember 2005, setelah beberapa kali melakukan lari pagi demi meningkatkan stamina, aku merasa lebih siap menghadapi medan gunung Ciremai, mencapai puncaknya. Bismillahirrahmanirrahim. Pagi itu Opik antar aku menuju  tempat pemberhentian bus  Luragung mampang. Ia tidak ada jadual kuliah hari ini. Jarang sekali aku berangkat untuk mendaki gunung pada pagi hari. Biasanya aku berangkat sore hari menjelang malam.
“Sukses sob, sorry gue gak bisa nemenin lo!”
Kitapun berpelukan. Bersalaman erat saling menguatkan.
“Gak apa-apa, di sana pasti banyak pendaki  yang nemenin gue kok,hehehe”,
Terus  aku yakinkan diriku akan dapat teman di sana. Aku tidak boleh tergantung dengan siapapun. Settingnya mirip sekali dengan keberangkatanku ke gunung Slamet jauh sesudahnya. Pagi hari gerimis mengundang Luragung telah meninggalkan mampang. Dengan demikian aku harus menuju terminal Pulo Gadung. Insyaallah hingga malam hari terminal tersebut selalu memberangkatkan banyak bus menuju Cirebon dan sekitarnya. Luragungpun berangkat meninggalkan terminal sekitar pukul 10.00  wib Hujan menghiasi perjalananku hingga Cirebon. Jujur ada kekhawatiran rencanaku tidak akan berjalan lancar, tetapi tekadku tuk sampai puncak Ciremai tak tergoyahkan hanya oleh hujan.
Pukul  18.00 Luragung antarku sampai gerbang desa Linggarjati. Alhamdulillah. Sudah sesore ini hujan pula. Aku coba untuk terus tenang dan positif thingking. Sedikit berlari menghampiri pos ojek yang kosong untuk berteduh. Tidak ada lagi ojek. Tidak ada lagi angkot yang bisa antarku menuju pos pendaftaran. Gerimis terus mengguyur wilayah ini. Angin gunung menyapaku lembut. Berbeda sekali saat aku berkunjung untuk pertama kali. Ciremai terlihat jelas sekali dengan ketinggiannya seakan mengucap selamat datang. Sore hari menjelang malam dengan tak kulihat wajah cantik Ciremai yang menawan. Gunakan raincoat kumulai berjalan menuju pos pendaftaran 2km jauhnya. Bulukudukku mulai berdiri saat melewati pohon-pohon bambu kuning tinggi di samping kanan.
“gillaaaaaaaaa, lo emang gilaaaaa fi sendirian di tempat seperti ini”,
Bisikku memberanikan diri. Mulutku mulai komat-kamit membaca dzikir yang kubisa. Langkahpun terasa berat di sore hari menjelang malam itu. Setengah jam kemudian sampailah aku di pos pendaftaran. Alhamdulillah saat itu pos sedang dijaga oleh beberapa orang. 
“Assalamu’alaikum”, segera ku  sapa mereka tak mau buang waktuku.
“ Wa’alaikum salam  , sendiri kang?”,Tanya mereka
“iya neh kang, ada yang naik?
“lima orang dah naik dari tadi pagi kang”
“Alhamdulillah, setidaknya aku tidak sendiri di ratusan hektar luas gunung Ciremai”,bisikku
“Ok, terimakasih ya!”, segera kutinggalkan pos
Malam 19.00 wib, kuputuskan bermalam di warung kang Rewok sebelumCibunar 750mdpl. Terlalu riskan menembus lebatnya hutan Ciremai di kegelapan malam sendirian pula. Alhamdulillah sinyal cukup bagus di sini. Sms ke  teman-teman di Jakarta cukup mengusir sepiku yang tidur sendirian di bale kang Rewok. Suara jangkrik ladang jagung temaniku pula hingga fajar menjelang. Bismikallahumma Ahya Wa Bismika Amuut.
Kusortir kembali barang-barang yang akan memberatkanku menuju puncak Ciremai. Uniknya aku membawa tenda pramuka isi dua orang yang dibelikan ayah saat SD demi meringankan beban. Betapa yakinnya aku dapat melawan dingin Pangasinan di musim hujan akhir tahun ini dengan tenda pramuka. Tak lupa aku juga sangat berterimakasih pada orang yang telah memberiku jaket tebal orange yang telah antar aku ke banyak puncak gunung, khususnya Ciremai 2005. Juga sahabatku Harry Nurdi yang telah meminjamkan celananya.
“Masyaallah nekatnya”, kenangku saat ini.
Setelah siap semua termasuk mengisi penuh dirigenku akupun berdoa.
“Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma Ya Muyassir Yassir Wa Ya Musahhil Sahhil, Wa Ya Mudabbir Dabbir, Sahhil ‘Alayna Kulla ‘Asiiir, Bijahikal basyiir Annadziir, Allahumma Ya Daafi’al Bala Ya Allah Wa Yaa Daa’fial Bala Ya Rahman Wa Yaa Daafi’al Bala Ya Rahiim, Idfa’ ‘Annal Bala Wal Ghola Wal Waba, Amiin”
Lampaui Cbunar, ladang-ladang jagung dengan hiasan batu-batu vulkanik besar. Sampai aku di persimpangan membingungkan. Terlanjur kupilih jalur ladang pisang yang semakin membingungkan. Sangat malas aku kembali ke persimpangan tadi. Seharusnya memang aku memilih jalur kiri. Terus kutelusuri  dengan keraguan-keraguan. Satu sisi sangat menantang mencoba jalur yang biasa di gunakan beberapa petani pisang ini. Pikirku dimana ada ladang di sana ada jalan menuju hutan. Setelah 3jam berjalan dengan sedikit keraguan menembus alang-alang yang cukup rimbun, akupun bertemu sekelompok pendaki dari Tangerang. Sujud syukurku temukan mereka.
“Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, darimana bang?”, ekspresikan kebahagiaanku merekapun terheran-heran melihat ekspresiku yang sangat gembira seperti temukan kembali harapan hidup.
“dari Tangerang neh, abang darimana?”
“Mampang Jakarta Selatan”
“Sendirian aja bang?”
“Iya neh, temen-temen lagi pada sibuk”,
sering bingung menjawab pertanyaan seperti ini jika memang hanya berangkat sendiri. Terkesan individual dan tidak memiliki teman.
“Gila lo bang, sendirian ke sini, kalo gue mah gak berani”,
Tanggap mereka. Sering sekali tanggapannya seperti ini. Padahal bukan maksudku pergi sendirian. Usahaku sudah cukup maksimal untuk mengajak teman untuk menemaniku.
“sebenarnya gue juga takut, abis gimana, teman-teman lagi pada sibuk. Gue yakin aja bakal ketemu kalian di sini,ternyata benar kan, hehehe,….terimakasih ya, gue gabung pasukan lo padenih”
“santai aja bang, pokoke kita bareng-bareng dah”
Dan sejak itu kitapun memasuki hutan lebih dalam lagi bersama-sama. Lampaui  Condang Amis hujanpun mengiringi. Kuburan Kuda, Seruni, Asoy, Bapak Tere, Batu Lingga, hujan semakin deras. Kami memutuskan beristirahat sejenak. Jam menunjukkan pukul 15.00
“Gimana bang Fi, kayanya kita rehat camp disini neh, ada anggota kita yang gak kuat lanjut”
“kayanya gue lanjut Qy, tanggung, mending kita cam di Pangasinan aja. Di sini masih terlalu jauh dari puncak. Kalo emang temen camp di sini, gue minta izin duluan deh, gue pengen banget sampe puncak. Tahun kemaren gue dah coba tapi gak sampe, mudah-mudahan sekarang gue bisa sampe”
Merekapun berdiskusi. Hujan deras masih menguji kesungguhan kita mencapai puncak.
“OK bang Fi, kita ikut ke Pangasinan, tapi pelan-pelan ya!, licin neh”
“Ok, pastinya. Bismillahirrahmanirrahim, Allahu Akbar!”,
akupun bertakbir agar mendapat semangat dan energy baru. Perlahan pasti lampaui SanggaBuana1, Sanggabuana2, Pangasinan hujan terus mengguyur kami. Pukul 17.30 kita tiba di Pangasinan. Alhamdulillah, hujan pun  mulai reda. Alam memberi waktu untuk kami mendirikan tenda. Berkejaran dengan matahari terbenam dirikan tenda, nyalakan lampu badai, masak air panas. Agak sulit menemukan posisi yang tepat untuk mengikatkan tali rapiah di tanah ataupun pohon kecil yang tumbuh di Pangasinan. Maklum tenda pramuka. Beberapa teman geleng-geleng kepala melihatku dirikan tenda pramuka kecil. Masyaallah.
Untung sekali aku bertemu mereka. Malam itu kita makan dengan nasi hangat dan teri kacang kesukaanku. Subhanallah, nikmatnya maknyus!. Tak lama demi memprioritaskan kekuatan yang maksimal mencapai puncak esok pagi, kita langsung memejamkan mata tanpa menikmati malam hari di luar tenda. Bismikallahumma Ahya Wa Amuut!


“Hoam, Alhamdulillahilladzi Ahyanaa Ba’da Maa Amaatana Wailaihin Nusyuur”
Jam menunjukkan pukul 05.00 pagi. Alarm HP bangunkanku dari lelapnya  tidur setelah berjam-jam bergelut dengan medan menuju Pangasinan disertai hujan deras. Segera salat subuh. Mendung yang sejak  kemarin menutupi wilayah Kuningan dan sekitarnya membuat pagi ini terlihat masih gelap. Sedikit sekali berkas cahaya kuning kemerahan yang sering terlihat di pagi hari di ufuk timur menjelang sunrise saat itu. Bukan cuaca yang ideal untuk pendakian. Membuat kami malas melanjutkan perjuangan menuju puncak.
Segera bangunkan teman-teman dari Tangerang. Coky, Yudhi,Ucok dan aku pastinya yang siap melanjutkan pendakian menuju puncak. 2teman dari Tangerang memutuskan istirahat karena kelelahan. Tidak ada lagi yang lakukan summit attack pagi itu. Hanya kami berempat.
“Bismillahirahmanirrahim”,
kembali kami berdoa semoga diberi keselamatan dan kemudahan sampai di atas. Lampu-lampu senter sudah mulai di nyalakan. Dan kami pun mulai menuruni cerukan Pangasinan menuju jalur utama menuju puncak. Pohon-pohon cantigi  dan  Edelweis setinggi 2meter hiasi perjalanan kami menuju puncak. Bunganya sudah mulai mekar. Kupetik beberapa untuk kekasihku tersayang di Jakarta. Mendapatkan Edelweis Ciremai terasa sangat berarti mengingat perjalanan sampai titik ini tidaklah mudah. Terlebih staminaku yang tidak terlalu prima. Alhamdulillah. Aku sudah sampai sejauh ini. Di titik ini antara Pangasinan dan puncak Ciremai. Terlihat kembali garis pantai utara Cirebon meski samar-samar. Energiku pagi ini terasa bertambah dengan pemandangan indah yang disuguhkan oleh alam yang sempurna Ia ciptakan bagi kita makhluk-Nya. Subhanallah.
45 menit waktu yang cukup cepat bagi diriku mencapai puncak dari Pangasinan. Bisa jadi banyak pendaki dengan stamina yang prima hanya butuh waktu 15 bahkan 10 menit. Sujud syukurku telah diantarnya menuju puncak Ciremai 3078mdpl. Puncak tertinggi Jawa Barat. Semakin ke timur semakin lautan awan tertata dengan indahnya. Ciremai, dan Merapi.  Serasa sangat dekat sekali dengan awan saat itu. Mungkin karena bentuk gunung Ciremai yang strato (lancip) membuat awan mudah mendekat.
“ALLAHU AKBAR!”
Semakin terbuka pemandangan kea rah Timur dengan puncak gunung Slamet di Purbalingga, Sindoro, Sumbing di Wonosobo. Beberapa waduk terlihat dari sini. Subhanallah. Ada keinginan untuk memutari puncak Ciremai tetapi waktuku sangat terbatas. Esok hari aku sudah mulai bertugas di MTs.N1. Setidaknya membutuhkan 3jam bahkan lebih untuk memutari puncaknya yang puluhan hektar luasnya. Puncak gunung ini sangat mirip dengan puncak Gunung Gede di Sukabumi. bedanya  puncak gunung Gede hanya berupa setengah lingkaran tidak menyambung satu dengan lainnya.

Kurang dari 10 menit, puncak Ciremai segera tertutup kabut dan awan. Semakin gelap disini. Setelah mengambil cukup gambar kitapun segera turun ke Pangasinan. Sarapan, packing. Segera hujan mengguyur kita kembali. Alhamdulillah. Teringat betapa sulitnya mencapai titik demi titik, pos demi pos terlampaui dalam kondisi tubuh sangat letih dan hujan lebat. Sepertinya hanya semangatlah andalankita. Sangga Buana2, SanggaBuana1, Bapak Tere,Batu Lingga, Seruni, Kuburan Kuda, Condang Amis, Leuweung Datar dan Cibunar semua terlampaui. Alhamdulillah, pukul 16.00 kita sampai Cibunar.
Kita berpisah di Cibunar. Aku masih harus mengambil barang-barangku yang kutitipkan di warung kang Rewok. Teman-teman dari Tangerang pamit pulang lebih dulu.
“terima kasih semuanya, kalo gak ada lo pade, gue gak bakal bisa sampai di puncak, calling-calling ya!, hati-hati!”
“OK, hati-hati juga bang!”
Subhanallah indahnya persahabatan yang terjalin di alam. Setahun kemudian kudengar dari Coky bahwa bang Ucok meninggaldunia karena Over Dosis. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji’uun. Allah Yang Maha Pengampun semoga mengampuni dosa-dosa kita
(luthfi mulyadi, 29 April 2013)

Minggu, 26 April 2020

i salute u

Mantap.Seperti kata itu cukup mewakilkan semangat anak-anak peserta ekskul futsal. Setelah salat Asar berjama'ah di musholla MTs.N1, mereka pun segera berganti kostum siap bersenang-senang di lapangan. Tak peduli langit yang semakin kelam, mereka masih memberi senyuman yang tulus. sekali lagi "I proud with it".Ini cukup mengobati kekecewaan terhadap senior-senior yang rutin mangkir dari latihan. So, tidak heran jika kita Tim futsal MTs.N1 tidak pernah menjadi yang pertama. Kita belum siap menang. Jika ada undangan lomba, kita belum selaras sebagai tim untuk menyiapkan mental juara. Selamanya tidak akan tercapai prestasi itu.Impian tanpa aksi. Keinginan tanpa kerja keras. Idealnya kita pampang impian kita 5cm di depan mata kita.Selalu.ya Selalu. Civitas penggiat alam khususnya para pendaki gunung sangat berbahagia dengan akan hadirnya film "5cm" yang memang telah kita semua alami sendiri. Pastinya ini akan mengisnpirasi banyak pihak. Bulan-bulan dan tahun kedepan setelah launchingnya film itu, akan semakin banyak yang belajar dari alam. Semakin dekat pada Sang Pencipta. Allahu Akbar Yang Maha Indah yang telah mencipta semua keindahan. Harapannya juga kaitannya dengan semangat para peserta ekskul dan keteulusannya, semakin banyak anak-anak yang dapat kubentuk karakternya. yaitu pantang menyerah. Semoga perlahan tapi pasti, menuju ke arah yang lebih baik. Pastinyanya dengan sabar dan Salat.

Minggu, 12 April 2020

nbbl3371mdplviabowongso

NBBL3371mdpl via Bowongso

Ahmad Salim, Ishaq, Ismail, Arya,dan Fairus. Allah swt  takdirkan mereka jadi jama'ahku. Jama'ah NBBL Sumbing3371 mdpl. Gunung tertinggi ketiga di pulau Jawa. Sebulan kami jalin komunikasi, tercetuslah pendakian ini akan melalui jalur Bowongso. Salim request Bowongso mungkin dengan alasan rindu sabana gunung Lawu via Candi Cetho. Ia banyak mengirimku foto-foto indahnya view Bowongso.

Awalnya aku ragu untuk menyetujui pendakian ini lewat jalur tersebut. Alasanku,1. Aku belum pernah melalui jalur itu, 2. Akses ke sana bisa jadi lebih mahal, karena para pendaki lebih familiar lewat Garung yang sangat mudah aksesnya, 3. Jalur Bowongso yang belum sefamilar Garung bisa jadi cukup sepi pendaki. Dengan mayoritas sabana menuju puncaknya, sangat riskan tersesat tanpa bantuan para pendaki lain.

Salim tetap membujukku untuk lewat jalur Bowongso. Ia pikir aku telah hafal semua jalur menuju puncak Sumbing. Wadaw,anda salah bang Salim,hehehe.

26 Desember 2019.Tibalah waktunya. Kami berkumpul di PO Sinar Jaya Mampang. Beberapa orang menyebut penumpang dari sini dengan Mampang Squad. Alhamdulillah, tempat parkir bus yang sebelumnya sempat diportal, kini portal tersebut dilepas. PO Sinar Jaya adalah Perusahaan Otobus besar ternama di Indonesia, loby-loby lahan parkir bisa jadi cukup mudah dengan banyak modal usaha.Bus bisa parkir dengan baik tanpa mengganggu mobil lain ataupu arus lalu lintas. Sebelumnya Armada Sinar Jaya (Sinjay) dan armada Tunggal Daya hanya bisa bergantian parkir sebentar saja di SPBU mampang.

Pukul 17.30 wib Sinjay berangkat. Alhamdulillah kami mendapat 6seat dari depan hingga bisa menikmati perjalanan malam. Kadang aku berpikir, mengapa angkutan masal seperti kereta dengan banyak fasilitas bisa cukup membosankan. Hematku penumpang kereta tidak dapat melihat langsung arah depan. Para penumpang hanya bisa melihat bagian samping meski pemandangan cukup indah. Berbeda dengan bus, penumpang bisa melihat arah depan sebagaimana supir lihat. Meski pada akhirnya semua perjalanan jauh dengan bus juga membosankan.

Alhamdulillah pukul 21.00 Sinjay tiba di Rumah Makan Cikamurang Subang. Agaknya arus lalu lintas cukup lancar meski Sinjay kali ini cukup berjalan santai.Biasanya arus lalu lintas tersendat di daerah bekasi karena adanya pembangunan tol layang dan keluar masuknya kendaraan dari daerah industri Bekasi.

Cikamurang itu tempat indah untuk beristirahat makan, salat  dan menikmati bus sinjay cantik lainnya yang tengah terpakir rapih. Idealnya tiap penumpang menyempatkan turun meski hanya menghirup udara segar. Udara dalam bus dengan AC pastinya tidak sesegar di luar.

Istirahat di sini hanya 30 menit. Pantas saja ada penumpang yang malas turun khawatir tertinggal. Tiap penumpang dituntut bergerak cepat untuk menggunakan waktu 30menit. Makan,salat buang air atau sebaliknya. Mendahulukan buang air kecil/besar karena sudah menahannya selama 3jam. Mendahulukan makan/minum karena sudah lapar. Hematku mendahulukan makan, buang air dan menutupnya dengan salat. Jika kita mendahulukan buang air lalu makan bisa jadi setelah makan/minum kita ingin buang air lagi.

Penting mengatur waktu saat bepergian cukup jauh seperti ini. Ada juga yang memilih tidak makan minum khawatir akan menahan buang air kecil/besar di atas bus. Sayangnya memang Sinjay ke arah Wonosobo atau dengan trayek lebih dekat tidak memfasilitasi toilet. Berbeda dengan beberapa Sinjay ke arah Jogja atau ke Surabaya Jawa Timur dengan Suite Class atau Double Deccker (bus tingkat)

27 Desemeber 2019 pukul 04.30wib Sinjay masuk terminal Mendolo. Saking asiknya tidur kami adalah orang terakhir yang turun dari bus. Ingat carrier yang belum diturunkan, kami segera setengah berlari turun dari bus. Beberapa supir bus kecil angkutan ke gunung Prau Dieng segera menawarkan jasanya. Kami masih masih belum beranjak dari tempat kami menurunkan carrier sementara bus telah melaju menuju tempat parkir. Brrr dinginnya pagi ini. Beratnya kelopak mata ini. Ingin segera  terlelap lagi.

Kami menuju Musholla untuk menunaikan salat Subuh dan mck. Beberapa rombongan pendaki terlihat mengemas dan menyiapkan keberangkatan menuju basecamp. Aku bertemu lagi dengan pak Supri sopir mobil bak yang pernah antar aku dan jama'ah NBBL Sindoro ke Kledung basecamp gunung Sindoro tahun 2016. Sebelum lupa, sopir angkot pulang pun bernama Supri. Agaknya nama Supri adalah nama favorit di daerah Wonosobo dan sekitarnya,hehehe.

Sampai di basecamp para pendaki cukup ramai. Sumbing via Bowongso sudah sefamous ini ternyata. Harus antre menunggu giliran mendaftarkan diri sebagai pendaki melalui jalur ini. Kami segera repacking dan mulai menyortir barang-barang yang tidak begitu penting dibawa. Selesai mendaftar kami memulai pendakian dengan modal bungkus kecil kopi Bowongso dan santan. Bilang "dingin" pun suatu yang haram di sini, selain berkata kasar dan negatif lainnya.Ini yang berbeda dibanding dengan pendakian Sumbing lewat jalur lain. Alhamdulillah dengan izin Allah swt kopi dan santan itu cukup membantu kami saat terkena keram dan luka setelah terjatuh saat turun dari puncak sejati Sumbing.

Bismillahirrahmanirrahim. Setelah berdoa kami memulai pendakian setelah mendapat simaksi dari basecamp. Berhemat tenaga kami naik ojek dari basecamp sampai -parkiran Wadas (gubug kecil tempat meletakkan hasil ladang). Bukan motor trail yang antar kita menuju pos 1 seperti Sumbing via Garung. Motor-motor 4tak biasa atau matic harus melalui medan berbatu tak rata. Cukup was was dan ragu  motor-motor tersebut akan kuat membawa kami dan beban dalam carrier. Dengan sangat berat mesin motor meraung raung berjuang membawa beban berat di atasnya.

Alhamdulillah sampai kita di Parkir Wadas. Hujan mesra segera menyambut kami di parkir. Segera kenakan jas hujan dan lanjutkan pendakian menuju pos pemandangan (gardu pandang).Rehat sebentar di sana. Beberapa dari kami jajan gorengan sambil menunggu hujan reda. Hujan reda, kami melanjutkan pendakian. Hujan kembali turun antar kami sampai pos2 Bogel.

Keram kaki Arya saat hujan deras menuju pos2 pun mewarnai perjalanan menuju pos2. Cukup banyak hotcream dioleskan ke kaki Arya. Beberapa meter  depan kaki Arya kembali keram. Teringat bekal kopi dan santan dari basecamp yang mungkin digunakan. Bismillahirrahmanirrahim. Kopi dan santan dioleskan ke kaki Arya. Alhamdulillah, Arya dapat sampai ke pos2.

Cukup banyak tenda yang sudah berdiri di sana. Pos2 Bogel didominasi dengan sabana sejauh mata memandang ke arah puncak, barat dan timur.Masyaallah indahnya. Kami segera hunting lokasi yang cukup terlindungi dari angin. Alhamdulillah kami mendapatinya meski hanya tertutup beberapa pohon. Setidaknya angin tidak langsung mengenai tenda-tenda kita. Lahan yang miring dan cukup sempit membuat kami sangat selektif memilih bagian mana yang akan kami gunakan. Kami tidak ingin jika hujan tenda kami terendam air yag datang dari lahan yang lebih tinggi. Makanya hitung-hitungan matang tentang kemiringan menjadi penting.

Sore itu setelah hujan reda Masyaallah indahnya. Gunung Slamet beserta Sunset yang cantik terlihat jelas di ufuk barat disertai lautan awan tipis. Jama'ah memilih berfoto-foto di luar.Aku memilih istirahat menabung energi untuk berjuang esok pagi sebanyak mungkin. Pastikan tidurmu nyenyak berkualitas dalam proses pendakian.Terlebih medan yang akan kita lalui cukup jauh dan berat di ketinggian 3000mdpl lebih. Persiapkan energi dan mental untuk naik dan kembali turun sampai rumah masing masing dengan selamat. Energi positif itu harus selalu didengungkan. Lewat jalur ini, diawal saat di basecamp kita sudah diingatkan selalu positif dengan tidak mengatakan kata "dingin" settingan yang luar biasa untuk otak kita.

Malam itu suhu udara cukup bersahabat sekitar 15derajat celcius. Alhamdulillah jama'ah sepakat memaksimalkan istirahat malam tanpa ngobrol-ngobrol di luar tenda. Setelah makan malam semua tidur. Tenda terbaruku perdana dibuka disini. Tenda yang murah meriah yang cukup safety.Alhamdulillah. Jama'ah tidur nyaman berlima. Aku tidur sendiri di tenda single layer yang ditambah 1layer lagi di atasnya. Sebenarnya aku tidak sendiri. Aku ditemani 5carrier yang terlihat seperti bocah yang duduk di pojokan tenda sambil memegangi lutut mereka dalam gelap.

Sempat mengeluh aku dibiarkan tidur sendirian tanpa ditemani. Dalam Halu aku tidur. Suhu yang kian turun derajatnya mencubit cubit pipi membangunkan aku beberapa kali mengingatkan untuk salat Isya sekitar pukul 23.00. Setelah salat aku makan dan tidur lagi. Lagi-lagi dingin menusuk nusuk tulang iga memaksa bangun untuk menghangatkan badan dengan banyak bergerak. Biasanya aku duduk bersila dan mulai menggerakkan kaki dan tangan demi melawan dingin.

Aku mulai membuka mataku. Dalam Halu, aku sudah saling tatap dengan sosok hitam tepat 20cm di hadapanku. Astaghfirullahal'azhiim. Aku pejamkan lagi mataku. Menggerakkan tangan untuk menutupinya saja aku takut. Aku tidak dapat berbuat apa-apa karena takut. Bacaan dzikirku tak mampu kulafalkan. Sosok siapa yang tidur miring menghadapku. Dibelakangnya masih duduk bocah-bocah sambil memegangi lututnya.

Angin dingin kembali membangunkanku pukul 04.00wib.Brrrrrrrr. Dinginnya.Teringat langsung sosok yang ada tepat di depanku. Aku tidak segera membuka mata. Bismillahirrahmanirrahim. Kuyakinkan itu hanya halusinasiku saja. Aku beranikan bangun. Alhamdulillah ia tidak ada. Panggilan alam mendorongku lebih kuat untuk berani. Selesai tuntaskan lalu aku memasak prepare summit attack. Idealnya summit kita lakukan pukul 03.00wib. Safety kita lakukan pukul 05.00 wib agar jalur terlihat jelas dan menghindari resiko hipotermia. Keuntungan lainnya juga agar kita bisa salat subuh dengan cukup nyaman di dalam tenda.

Pukul 05.30 kita mulai bergerak. Lampaui Pos3Gajahan, Lampaui Tanjakan PHP, Zorro...Puncak buntu. Dalam perjalanan setelah Tanjakan PHP bibir Fairus sudah terlihat membiru dan ia mulai kedinginan. Coba saja jika kita benar-benar summit attack pukul 03.00, apa jadinya. Pukul 09.00 dengan limpahan sinar matahari saja masih bisa membuat kami  menggigil kedinginan. Segera aku minta ia membuat pergerakan. Aku persilahkan ia jalan terlebih dahulu dengan syarat kami masih bisa saling lihat. Khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan tanpa aku ketahui.

Benar saja setelah Zorro dan memipir kembali ke arah timur ia mendengar ada suara anak-anak kecil berlarian, padahal tidak ada anak-anak kecil yang mendaki saat itu. Ia setengah berlari turun dan menghampiri dan menceritakan padaku. Aku jawab, mungkin Bogel pos2 dkk tengah bermain lari arian hehehe.
Sampai kita di puncak buntu sekitar pukul 10.30wib. Alhamdulillah cerah dengan limpahan sinar mataahari yang menghangatkan tubuh-tubuh kita. Tak lama kami lanjutkan memipir puncak ke arah selatan untuk mencapai puncak sejati dan puncak Garuda 3371mdpl. Turun dari puncak Garuda teman kami Ishak mengalami musibah. Ia terjatuh ke arah jurang sedalam 50meter. Beberapa pohon edelweis dan cantigi patah tak mampu menahan beban tubuhnya. Alhamdulillah beberapa mampu menahannya tidak jatuh lebih dalam lagi ke dasar jurang. Alhamdulillah.

Baru kali ini aku menyaksikan sendiri rekan pendakianku jatuh. Innalillahi. Jantung terasa copot saat melihatnya. Spontan aku teriak keras memanggil namanya seperti dalam film.Untung saja kejadian itu tidak terjadi. Ishak masih bisa berjalan meski kakinya terluka cukup dalam. Allahu Akbar. Kuingat ia dan saudara kembarnya adalah dua orang hafiz qur'an. Allah pasti melindunginya hamba-Nya yang soleh.Santan dan kopi yang masih tersisa langsung dioles ke kakinya yang terluka. Sekali lagi ini pertolongan Allah swt. Bisa saja Ishak jatuh ke dasar jurang 50 meter dan kita bisa simpulkan akibatnya. Ia terjatuh dari ketinggian 10meter membentur batu gunung, dan ia hanya terluka ringan. Allahu Akbar.Alhamdulillah ya Allah. Aku meminta maaf atas kecerobohanku tidak menjaganya dengan baik.
Lampaui puncak sejati, lampaui puncak buntu,zorro, tanjakan php dan  santai rebahan di gajahan. Masyaallah nikmatnya. Damai sekali rebahkan tubuh saat letih tak terkira. Piling Gud Lakasud,buahahaha.Allahu Akbar benar benar terasa nikmatnya meski hanya sekitar 10 menit kami rebahan di sana. Kami tak ingin buru-buru meski camp pos3 Bogel sekitar 1km lagi di depan sana.
Sekitar pukul 13.00 kami sampai di camp. Bongkar tenda, packing, masak, bersih bersih dan persiapan turun gunung. Pukul 15.00 kami mulai turun gunung setelah berdoa. Pukul 17.30 Hari makin gelap. Nyaris saja kami tidak melampaui pos gardu pandang. Peraturannya, pendakian naik ataupun turun harus berhenti saat maghrib.
Hari semakin gelap.17.50wib, kami tiba di parkiran Swadas. Alhamdulillah masih ada tukang ojek. Hampir saja mereka meninggalkan parkiran karena waktu maghrib yang tinggal beberapa menit lagi. 18.15 wib kami tiba di basecamp. Maunya sih langsung laporan.Lagi aku lupa aturan mainnya. Petugas basecamp baru terima laporan ba'da Isya. Masyaallah.Pikiran masih berkutat mengejar bus terakhir yang berangkat dari Mendolo. Langsung saja kami pesan makan dan teh manis panas. Tak cukup teh manis. Aku melengkapi kesuksesan sampai ke basecamp dengan memesan kopi Bowongso. Aku pesan dua gelas. Masyaallah nikmatnya menyeruput kopi Bowongso sambil menghisap rokok dan saling bercerita keseruaan yang terjadi sejak kemarin pagi. 3batang rokok aku Fairus dan Arya beserta 2gelas kopi Bowongso joinan serasa kopi Gayo Aceh. Serasa akrab sekali dengan anak-anakku yang beranjak dewasa. Terlebih Salim, sang aktifis kampus ternama UI dan Isma'il dan Ishak sang penghafal Alqur'an yang penuh berkah.
Waktu Isya tiba. Alhamdulillah laporan kembali dibuka meski juga harus antre lagi. Tak lupa pemeriksaan sampah yang kami bawa turun. Alhamdulillah.Semoga Allah kuatkan para Volunteer untuk terus bertugas demi kelestarian alam yang kita cintai bersama. Aamiin.
Pak Supri sopir angkot sudah kembali dari Purwokerto mengantar pendaki yang akan pulang naik kereta. Segera kami menuju terminal Mendolo, masih berharap ada pemberangkatan malam ini. Alhamdulillah sesuai harapan. Kami mendapat tiket bus wisata pukul 23.00 wib. Jarang sekali ada bus berangkat malam dari Mendolo.Allahu Akbar. Sambil menunggu keberangatan bus, kami sempatkan mandi dan makan.
سبحان الذي سخّر لنا هذا وما كنّا له مقرنين وإنّا إلى ربّنا لمنقلبون
Bus berangkat pukul 23.00. Senyum puas menghiasi tidur kami yang lelap. Alhamdulillah sampai di Jakarta sesuai rencana 29 Desember 2019. Alhamdulillah Allahu Akbar!

jika kukatakan cinta

hai korban
kalian yang katanya korban
ya kalian
ada yang harus kusampaikan

   aku bohong tentang cinta
   kalian memang sementara
   tlah kuterima sanksinya
   kunikmati tamparannya

hai korban
kalian yang katanya korban
kalian yang katanya penuh kegetiran
kutambahkan untukmu kengerian
  
   hai kalian
   kalian yang katanya korban
   saat kau kuperhatikan
   otak mulai kuaktifkan 
hai kalian
kalian yang katanya korban
jika cinta kukatakan
jariku mulus goreskan
   hai kalian
   kalian yang katanya korban
   jika cinta kukatakan
   fiksi kudendangkan
hai kalian
kalian yang katanya korban
siapapun bisa tunjukkan
siapapun bisa ajarkan
   tentang kesetiaan
   tentang kejujuran
   tentang pengorbanan
   tentang penghormatan
   tentang penghinaan

hai kalian
terimakasih kuhaturkan
seperti ini kita ditakdirkan
dengan karya kubalaskan

Selasa, 31 Maret 2020

ESLA

3tahun yang lalu
kau buat aku kian membiru
tampilkan polos dirimu
juga buatku ragu
jangan2 kau dkk menjebakku
mainkan peran atau sungguh2
itu yang membuatku otakku beku
logika tak mampu menggapai nalarmu
logika dan rasio laki laki pemburu
kupastikan tinggalkanmu dulu
apa untungnya untukku
tegaskan ego laki-laki
celaka,mengapa kau kembali menyapaku
ah,kau sebar lagi pesonamu
aku atau kau sesungguhnya sang korban
jika kita korban mengapa tak saling kuatkan
dulu aku sempat pahamimusepimu
lagi aku coba pahami logika sinyalmu
kesekian kali tak sampai logikaku
irrasional memburumu
aku tak mau tersungkur karenamu
bedebah kau inar
semua bisa menjelaskan kenapa mereka tak layak diburu
semua rasional dan logis
bedebah kau Esla
aku sudah berusaha keras membuat ini rasional
aku menawarkan produkku
aku benefit bahkan berbahaya untukmu
bedebah kau Esla
buat egoku kembali memburumu
buat malam2ku memburu binatang jalang
bisa jadi karma buatku
atas dosa-dosa harapan palsu
bedebah kau Esla
terimakasih tak lagi menyapaku




Rabu, 04 Maret 2020

Lawan Virus Anjing!


Kata Kasar Membuatmu Puas
Kepuasanmu Mengkasariku

Bismillahirrahmanirrahim.

Berawal dari kata yang terulang diniatkan dengan penuh makna. Masuk ke relung hati dan otak kita.Otak dan hati yang bersih kemudian memprosesnya dan mengirimkan perintah ke segenap penjuru organ tubuh untuk melakukan semua yang diyakini oleh hati dan dipahami otak. Berbulan terbentuklah akhlak. Segenap organ tubuh siap berubah menjadi lebih baik dengan niat dan pemahaman yang mantap.

Kita yang sering risih dan terganggu dengan kata-kata kasar yang sering sekali diucapkan oleh anak-anak atau siswa/siswi kita sendiri. Kita yang sering mengeluhkan ini bisa jadi belum maksimal berbuat sesuatu untuk perubahan. Kita yang bisa jadi hampir pasrah dengan keadaan yang memuakkan ini. Kata-kata kasar masuk di semua lini tanpa terkendali. Kata kasar di masjid, di kelas, di ruang guru, di samping guru, di depan guru sekalipun.

Para pelaku kata kasar adalah anak-anak kita korban salah pergaulan. Anak-anak kita yang salah mengakses media sosial di Instagram, Facebook, Twitter atau lainnya. Kata-kata kasar itu telah menjadi kebiasaan yang selalu terucap kapanpun dimanapun. Anak-anak kesayangan kita ini perlu diberikan pemahaman guna mengobati kata-kata kasar yang sering sekali mereka ucapkan.

Good People vs Bad People

Allah swt  menciptakan segala sesuatu berpasangan. Ada baik ada buruk, laki-laki perempuan, ada cepat ada lambat, ada tinggi ada pendek dll. Anak-anak kesayangan kita haruslah dikenalkan pada Komunitas orang-orang baik dengan segala keuntungannya menjadi baik. Orang-orang baik adalah orang dengan kehidupan beradab dalam segala aspek perilaku keseharian termasuk berkata sopan santun. Kenalkan juga pada komunitas orang-orang buruk dengan segala kerugiannya. Kenalkan juga bahwa baik dan buruk akan selalu berlawanan.

Departemen Akhlak

Mendengar kata akhlak segera saja otak kita berpikir dan merespon negatif. Kita yang terbiasa mendengar kabar kemesuman di sekitar kita adalah sesuatu yang biasa terjadi akan sulit menerima ide ini. Terlebih hanya tentang kata-kata kasar yang menurut kita tidak membentuk apa-apa. Kata-kata baik perlahan pasti membentuk bangsa yang baik.Sebaliknya kata-kata kasar membentuk bangsa yang kasar pula.
Sebagaimana dipraktekkan di beberapa Pesantren demi mewujudkan kedisiplinan santri, di sekolah kita agaknya perlu juga dibentuk Dewan Disiplin Siswa yang akan selalu mengawasi perilaku siswa.Sebutlah Bidang Santun Berbahasa yang mengawasi dan memberi sanksi pada siswa yang  tidak mempraktekkan bahasa Arab dan Ingris (sesuai aturan sekolah) bahkan berkata kasar.

 Siapkan mata-mata pencatat pelanggaran (Jasus/Sphy). Catat dan bukukan jenis pelanggaran, tempat pelanggaran hingga waktu pelanggaran. Hal ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang kedisiplinan yang terpenting adalah kemauan dari para pendidik untuk menerapkannya. Bayar mereka yang siap menjadi Polisi Akhlak dengan segala konsekwensinya sebagaimana penegak hukum di negara ini. Beri mereka dukungan yang besar demi terwujudnya kedisiplinan yang sangat kita idam-idamkan.  

Ketika Polisi Akhlak Dibenci
Adalah konsekwensi logis jika penegak hukum dibenci, sebagaimana KPK yang selalu  mendapat perlawanan dan ingin dilemahkan oleh orang-orang yang ingin berbuat jahat demi keuntungan pribadi. Selamanya Hak akan selalu berlawanan dengan Batil. Semoga Allah meridhoi segala usaha kita dan memudahkannya.Aamiin




Kupasrahkan Kau Berbuat Itu


Seperti terhipnotis, dengan mudahnya ak menuruti kata-katanya.Mulai ia memanggilku mesra, memintaku duduk di pangkuannya. Saat itu aku hanya mengenakan celana pendek tipis dan kaos.

Ia memintaku memejamkan mata sambil tangannya menutupi mataku sambil berucap "ada kejutan untukmu, surprise untukmu sayang"

Segera aku tidur terlentang pasrah di pangkuannya. Ia mulai mengangkat kaosku hingga perutku. Aku mulai merasakan geli di atas pusatku. Aku penasaran dan coba bangun. Ia memintaku untuk tetap terlentang dengan mata tertutup.

Pusatku kini makin terasa geli. Penasaran memaksaku bangun dan membuka mata. Aku sadar ada yang sedang dilakukan padaku. Aku paksa untuk bangun. Ia kembali memaksaku terlentang. Sekarang aku menangis ketakutan. Ada yang kurasakan pada pusatku.

Sekarang ibu membiarkan aku duduk dan melihat apa yang sedang terjadi. Seekor capung dipegang oleh ayahku. Tangisku berangsur terhenti karena ayah menunjukkan capung yang jarang aku temui di sekitar rumah.

Bentuk matanya lucu sekali. Dengan dua mata yang besar capung terlihat lucu. Ayah menjelaskan salah satu usaha untuk menghentikanku ngompol adalah mendorong capung menggigit pusatku. Kata ayah, aku harus segera berhenti ngompol, karena aku akan segera punya adik. Biar adik saja yang pakai diapersku.

Kini aku paham. Sebisa mungkin Ayah dan Ibu memberi pengalaman digigit capung senyaman mungkin agar aku tidak mengalami trauma. Aku memperhatikan lagi tubuh capung  yang lucu itu mulai matanya yang besar hingga ujung ekor yang menyerupai helikopter. Luar biasa Allah telah menciptakan makhluknya yang cantik.

Kata ayah, pembuatan beberapa jenis pesawat layang dan helikopter terinspirasi dari bentuk tubuh capung. Ayah merapihkan beberapa bagian sayap capung yang lusuh, agar ia bisa terbang melayang dengan baik. "Bismillahirrahmanirrahim, Hap" ayah melepaskan capung tersebut.

Bye bye capung, see you.Terimakasih ya.Semoga aku tidak ngompol lagi. Aamiin