Rabu, 02 Oktober 2013

jangan!

"Jangan katakan aku hebat"
     Demikian kesimpulan sementara yang kudapat dari perilakunya merobek lembar ucapan selamat pada mading madrasah. Anak yang aneh. Penyakit macam apa lagi yang menjangkiti siswaku. Normalnya anak sesusianya, senang jika dipuji. Jujur aku salut pada remaja belasan tahun yang telah berhasil menginjakkan kaki di pucak Gunung Gede. Menyusul aku yang baru bisa mencapainya waktu berumur 20tahun.
    Sebagai sesama penggiat alam agaknya pantas jika kutuliskan ucapan selamat atas keberhasilannya mencapai ketinggian 2958mdpl dengan waktu tempuh sedikitnya 5jam. Harapanku, semoga hal ini bisa menjadi hobinya dan bisa mengalihkannya dari kegiatan-kegiatan negatif. Terlebih ia dapat menularkan virus positif tersebut pada teman-temannya. Selain ucapan tersebut, kupampang beberapa foto di Gunung Gede dengan segala keindahannya yang luarbiasa.
    Segera kupanggil ia untuk bicara. Ada apa sehingga ia merobek ucapan tersebut. Jawaban yang cukup aneh keluar dari mulutnya.
"Malu pak, lagi ada-ada aja bapak ngucapin selamat ke saya"
"Masyaallah, malu kenapa?, apa yang bikin kamu malu?"
"Pokoke malu dah pak!"
"Tapi kamu akuin kan kesalahan kamu robek mading?"
"Iya pak, saya salah, nanti saya benerin lagi"
Ia pun segera meninggalkan ruangan tanpa bisa lagi menjawab. Terus aku berpikir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.
 "Mengapa seorang anak bisa merasa malu dengan prestasi yang ia buat?"
"Apakah kegiatan positif mendaki gunung memalukan?"
    Terpikir olehku sepertinya ini tentang tidak terbiasanya kita memuji dan dipuji, menghargai dan dihargai. Padahal dalam ilmu psikologi jelas menghargai dan dihargai adalah kebutuhan seorang manusia sebagai makhluk sosial. Ini tentang orang tua, saudara, tetangga lingkungan sekolah yang tidak terbiasa dengan hal-hal baik di atas. Semoga cepat kita belajar menghargai dan memperaktekkannya. Sehingga akan tambah indah hidup kita. Amin
(luthfimulyadi,30September2013)

Tidak ada komentar: