Selasa, 20 Agustus 2013

Gunung Guntur 2249mdpl

Aku,Jihad&Guntur2249mdpl


Bismillahirrahmanirrahim.
Tak pernah mudah tuk capai puncak gunung. Terlebih dengan kondisi  fisik yang jarang dilatih,hehehe. Makanya naik gunung menjadi penting salah satunya  demi memelihara kondisi fisik yang prima.

 Ingat bro,gunung itu adalah gundukan tanah atau batu yang menjulang karena tekanan magma dari dalam perut bumi minimal mempunyai tinggi 500mdpl. Nah, yang satu ini meski terlihat hanya seperti bukit dengan full savana dan terlihat cukup rendah dilihat dari kakinya, tapi ketinggiannya mencapai 2249mdpl jelas lebih tinggi dibanding puncak  Gn.Salak1 yang ketinggiannya 2211mdpl. Ya, ia adalah Gunung Guntur

Cantiknya savana yang berwarna keemasan saat terkena sinar matahari pagi telah menaklukkan hatiku saat berjumpa dengannya pertama kali di Garut. Bukan Papandayan, bukan Cikuray. 

Papandayan  2664mdpl seperti halnya Kawah Ratu gunung Salak dengan cita rasa padang Edelweis Surya Kencana Gn.Gede yang sudah beberapa kali kujambangi. Puncaknya rimbun dan kita tidak bisa menikmati pemandangan dari sana. 

 Cikuray dengan ketinggiannya yang menjulang seperti halnya Gn. Ciremai dengan hutan lebat yang pernah juga kusinggahi.

Sekarang bukan tentang ketinggian, tetapi tentang savanna,tentang  batu-batu hitam sepanjang punggungannya yang ratusan tahun yang lalu adalah  aliran lava pijar yang membeku yang keluar langsung dari sana dan tidak hanya mengalir dari kawah utamanya. 

Dari punggungan tersebut masih terlihat belerang-belerang hijau  masih terasa panas jika disentuh dan beberapa kali mengepulkan asap. Subhanallah. Jelas bukan jalur pendakian yang biasa. Rrruar biassa!

“Yang kumau hanya kamu, cantikku savanna Gn.Guntur, Prikitiw”. 
Saat itu Mei 2013 aku dkk PPG PBA sedang menuju Tasikmalaya untuk ta’ziyah,…Masyaallah, salah, maksudnya untuk kondangan hehehe. 

Menginap di rumah seorang rekan kami Pak Irwan di Tarogong  Gn.Guntur terlihat jelas menggoda di sebelah barat laut Tarogong Kidul. Makanya dengan atau tanpa teman-teman aku bertekad menjambanginya, secepat mu ngkin agar terlampiaskan hasratku mencumbu savananya. 

Betapa tidak kerinduanku pada savana Mahameru Jatim dan Rinjani Lombok yang belum terobati,  Insyaallah akan cukup  terbayar dengan cantiknya mojang priangan savanna Gn.Guntur. Subhanallah!

Seperti biasa setelah wawancara kepada pendaki yang telah berpengalaman,  browsing dan tonton film di Youtube tentang Gn.Guntur akupun memburu waktu mencari dan mencurinya di sela-sela waktu berlebaran. 

Harus ada yang dikorbankan. Jika tidak misi ini tidak akan terlaksana,widiiiiiih,hehehe. Masih ada  keinginan untuk mengajak banyak teman ke tempat indah ini dengan share di facebook atau sms tetapi Alhamdulillah Allah Maha Tahu yang kubutuhkan bukan yang kuinginkan.

Selasa, 13 Agustus 2013 pukul 15.30, sampai lah aku dan  Jihad sepupuku di alun-alun Tarogong. Masih terus bingung harus kemana lagi karena menurut petunjuk Pak Irwan harusnya kita turun di perempatan dukuh. Akupun meneruskan plan A seperti telah kubaca di beberapa Blog. Menuju Cipanas, temukan Citiis, isi penuh drigen dengan air segar dari sungainya.

Angkot antarku hampir menuju batas akhir jalan aspal di beberapa pemandian air panas yang ada di sana. Yang kuingat ada juga pos Polisi di sana. Padahal ternyata untuk mencapai Citiis sangatlah tidak tepat melalui jalur tersebut. 

Pada akhirnya akan kuceritakan skenario lain Allah bagiku dan Jihad. Dari sini tidak terlihat hilir mudik truk pengangkut batu lava dan pasir gunung, yang artinya kami harus berjalan kaki lalui perumahan warga dan pekuburan samping kolam renang air panas.

 Setelah 15 menit berjalan Alhamdulillah kamipun tiba di aspal menuju penambangan pasir. Masih berharap  jumpai Citiis karena persediaan air tidak banyak. Terus berjalan kea rah barat laut telusuri aspal mulai terlihat bukit-bukit yang rusak karena penambangan pasir illegal. Beberapa bulan yang lalu penambangan ini sempat ditutup, tapi karena kuatnya backingan dari pihak penambang aparat dan pemerintah setempatpun tak berkutik.

Hawa yang semakin panas dirasakan seiring bukit-bukit yang  semakin rata tak menjulang dengan pohon-pohon yang dapat menampung air. Dahulu kata warga setempat pernah ada aliran sungai kecil di jalur pendakian ini. Tetapi sekarang tidak ada lagi karena rusaknya bukit-bukit disebabkan penambangan. Sungguh menyedihkan melihat kerusakan alam di sana. Tidak sedikit oknum warga atau bahkan penambang membuang banyak sampah di are itu. Masyaallah!

Salah satu dampak penambangan pasir ini adalah semakin tidak jelasnya jalur pendakian berpatok menuju punggungan  gunung ataupun Citiis yang tadinya kami tuju. Bentuknya seperti labirin yang dapat membingungkan siapapun yang berada di sana. Jika warga saja sudah bingung apalagi pendaki. Masyaallah!

Karena belum berhasil menemukan jalur menuju punggungan ataupun Citiis kamipun memutuskan untuk istirahat dan salat. Pastinya Allah swt akan menunjukkannya. Di sini di tengah labirin ini, di samping bukit-bukit pasir yang rusak karena penambangan kami harus ekstra hati-hati. Beberapa kali pasir-pasir itu longsor sendiri hanya karena tiupan angin.

Setelah salat  kami putuskan langsung untuk hanya mencari trek menuju punggungan, tidak lagi berharap jumpai Citiis. Pukul 17.00 belum juga kami temukan trek menuju punggungan. Kami dihadapkan pada bukit pasir yang rusak dengan ketinggian mencapai 15meter. Kalau saja kami dapat mencapai puncak bukit tersebut Insyaallah akan lebih mudah menjumpai punggungan.

 5 menit hilir mudik mencari jalur terlandai tak juga kami jumpai. Akhirnya kami putuskan untuk climbing tebing bukit yang mempunyai kemiringan  yang cukup ekstrem. Tidak ada jalan lain sepertinya memang harus lalui jalur ini. Dengan tali pramuka aku tarik Jihad dengan carriernya yang cukup berat perlahan menuju puncak bukit tersebut. Krikil  dan debu membuat kami kesulitan  mencapainya. Alhamdulillah, akhirnya  sampai juga kami di atasnya.

Dari sini semua berawal. Ya, puncak bukit  jembatani kita menuju punggungan. Hampir semua yang kita injak adalah batu-batu hitam yang dulunya adalah lava pijar gunung Guntur  yang mengalir ke tempat yang lebih rendah saat meletus ratusan tahun yang lalu.

 Batu-batu hitam inilah yang mereka buru. Harganya pasti sangat mahal. Aroma mistis langsung menyelimuti. Wajarlah karena area ini pasti sangat jarang disentuh oleh banyak orang bahkan pendaki. Para pendaki lebih banyak memilih jalur utara dari lalui hutan Citiis yang lebih landai .

Batu-batu hitam , anggrek hutan, edelweiss, tanaman-tanaman menjalar yang belum kami ketahui namanya, paku-pakuan kami lalui dengan sangat hati-hati. Beberapa batu-batu tersebut cukup rapuh jika terinjak terlebih dengan beban yang kami bawa.

 Beberapa kali kami terperosok ke dalam lubang yang terdiri dari dua buah batu yang tak terlihat karena tertutup rumput dan tanaman menjalar. Untung kaki kami masih dapat ditarik kembali ke atas, karena sangat mungkin cukup sulit jika terperosok di antara dua buah batu dengan kedalaman hingga satu meter atau lebih. Di sini tidak lagi kami jumpai tanah. Hanya batu-batu hitam yang tertutup oleh ilalang.

17.30, mulai semakin gelap belum juga kami temukan lahan datar tuk dirikan tenda. Sepanjang mata memandang  menuju punggungan hanya terhampar batu-batu hitam pekat vulkanik yang beberapa masih berwarna hijau di sela-sela karena uap panas dan belerang yang keluar darinya.

17.45,kami putuskan tuk dirikan tenda meski di atas batu. Kami yakin tidak akan temukan lagi lahan datar di atas sana dalam waktu dekat. Berburu dengan waktu kami tutupi batu-batu besar itu dengan ilalang agar mengurangi sakit jika tidur di atasnya. Gelar matras barulah kemudian tenda.

 Akhirnya  inilah tenda yang paling aneh dan tidak safety selama perjalanan pendakian kami. Meski demikian , Alhamdulillah, Allah memberikan kami tidur nyenyak hingga paginya. 

Malam itu tidak ada api yang berani kami nyalakan, tidak ada yang kami masak meski hanya  air untuk menghangatkan badan. Ilalang  kering yang tinggi sekitar kami sangat mudah terbakar. Juga persedian air kami yang menyisakan setengah liter, sementara perjalanan masih sekitar 5jam lagi Alhamdulillah, kamipun berhasil kalahkan ego membuat api. 

Syukur anjing-anjing itu tidak menuju kesini. Jika ada api hewan-hewan buas sedikitnya enggan mendekati.

14 agustus 2013,pukul 05.45, packing daypack. Sampai pagi ini, tidak ada pendaki lain yang lewat jalur ini. Hanya kami berdua di sini. Tinggalkan tenda di jalur lava, segera kami telusuri aliran lava pijar yang membatu menuju punggungan. 

Punggungan dan puncak semu sangat jelas terlihat dari sini. Sehingga Insyaallah tidak mungkin kami tersesat jika terus setia telusurinya. Di samping kiri dipisahkan jurang sedalam 30meter juga terlihat aliran lava pijar yang membatu menyambung kea rah puncak semu. Alhamdulillah setidaknya 4patok kami temui di sepanjang jalur usir keraguan bahwa kami salah jalan.

09.00 wib, masih berada di punggungan nyaris capai trek yang lebih curam menuju puncak semu kami ditawarkan jalan setapak di arah kanan menuju jalur  Citiis. Karena ragu kami memilih mengikuti patok walau harus bergelut dengan ilalang dan debu musim kemarau gunung Guntur dan kemiringan yang ekstrem.

 Jika diingat-ingat mirip sekali dengan trek berpasir Mahameru. Bedanya di sini full ilalang setinggi 2meter yang sangat berat kami tembus. Kaki sebatas paha tidak lagi terlihat tertutup ilalang. Ada kekhawatiran bukan lagi ilalang yang kami injak akan tetapi lubang.

10.15 wib, sampailah kami di puncak semu, yang kami kira puncak sejati awalnya. Alhamdulillahirabbil’alamiin. Langsung terlihat dari sana kawah Kamojang yang sangat besar. 

Ya, kawah utama gunung Guntur. Subhanallah cantiknya. Dari dalamnya masih terlihat kepulan asap tipis yang membumbung ke atas. Siang itu sangat panas di trek menuju kawah atau di kawahnya sendiri. Panas dari atas dan dari bawah batu-batu yang kami injak. Sepertinya banyak sekali lubang-lubang yang juga mengeluarkan uap panas dari dalam perut bumi.

Siang itu hampir saja kami putus asa tuk meneruskan pendakian menuju puncak sejati 2249mdpl. Cukuplah sampai di puncak semu resiko dari kekurangan bekal air di ketinggian 2000mdpl. 

Tersisa kurang dari segelas air putih, setengah botol kecil M150, 2/3 Mizone dan sekotak kecil susu.  Bekal yang sangat kurang untuk turun sekalipun. Sangat riskan melanjutkan pendakian paling cepat sekitar satu jam lagi. 

Sekali lagi siang itu sangat panas. Sangat wajar jika pendaki membutuhkan lebih banyak air dibanding pendakian ke gunung-gunung dengan hutan-hutan lebat seperti Cikuray yang jauh lebih sejuk.

10.30 wib. Kurang dari setengah jam beristirahat nikmati kawah Kamojang, kamipun melihat dua orang yang berada di puncak. Mereka bergerak turun. 

Segera kami hampiri, berharap mereka punya kelebihan air dan akan memberikannya  kepada kami. Alhamdulillah mereka dengan senang hati memberikannya kepada kami. Bang Josh dan kawannya dari Cililitan.

  Bertemu pendaki lain di saat down dapat membangkitkan semangat untuk meneruskan pendakian. Merekapun memotivasi kami untuk lanjut  mencapai puncak. Saran mereka agar kami terlebih dahulu mengambil air yang cukup di Citiis. Kamipun memutuskan melanjutkan pendakian setelah mereka memberikan setengah botol sedang air. Alhamdulillah.terimakasih bang Josh.


Semangat kami kembali membara untuk menuntaskan misi. Kami yakin kami bisa lakukan ini. Insyaallah.

 Kurang dari satu jam, Alhamdulillah kamipun berhasil mencapai puncak sejati 2249mdpl. Di belakangnya telah menunggu juga untuk disinggahi puncak gunung Cirupuyan dan Agung yang jauh lebih tinggi. 

Skenario Allah begitu indahnya. Sangat sayangnya Ia pada kami. Ia berikan lagi lebih dari satu liter setengah air  lewat tangan-tangan dermawan teman-teman Wajapala Ciparay Bandung tanpa repot berat-berat membawanya dari bawah. 

Subhanallah. Jasa mereka  yang memberikan kami bantuan air disaat-saat sangat dibutuhkan Insyaallah tidak akan kami lupakan. Allah pasti akan membalas kebaikan kalian dengan berlipat-lipat balasan. Itu pasti. Karena Ia Yang Maha Kaya Maha Penderma.Amin.







12.00wib. Setelah puas nikmati view puncak dan berfoto ria, kamipun turun dengan lebih tenang dan nyaman karena  telah memiliki air yang cukup.

 Mengambil trek resmi berbeda saat naik kearah utara Citiis lalu memipir kanan kembali ke punggungan. Salah satu keuntungan mendaki gunung tanpa pohon-pohon lebat salah satunya adalah kita dapat memandang kecantikan puncaknya atau view indah sekelilingnya setiap saat. 

Saat kita mendaki ataupun turun seperti halnya di gunung Merbabu, Merapi, Semeru, Slamet dll.  Subhanallah Walhamdulillah. Pukul 16.00 Alhamdulillah kami sampai di camp awal di atas batu hitam.

 Packing dan turun lewat jalur yang ber beda karena terlalu riskan berharap lebih mudah ternyata  cukup membingungkan. Pukul 17.30 hari semakin gelap kami nyaris sampai di labirin penambang pasir. Sekitar 30 meter lagi turun ke bawah. Masalahnya jalur mana yang harus kami pilih.



Alhamdulillah, masih ada kehidupan tak jauh dari tempat kami berdiri. Di  kejauhan sekitar 600 meter terlihat seorang bapak mengambil layang-layang. Segera kupanggil ia berharap akan tunjukkan jalan yang termudah untuk turun. 

Ia pun rela menunggu kami mendekat dan menunjukkan jalan. Sekali lagi semangat  dengan bertemu warga setempat. Kang Tata namanya.  Segera kuucapkan banyak terimakasih. Tanpanya sangat sulit lalui labirin dalam kegelapan meski dengan senter.

 Singgah di rumahnya lalu mandi air panas di pemandian warga. Subhanallah nikmatnya. Sempurna.

Kang Tata dan keluarga adalah orang-orang yang sangat ramah dan sangat tulus membantu siapapun yang memerlukan bantuannya. 

Tambah lagi saudara, Alhamdulillah. Kang Tata dan anaknya  Akmal antarku hingga dapat angkot menuju simpang lima. Malam itu akhirnya kesampaian juga nginep di rumah Ustadz Irwan. 

 Terimakasih banyak Pair. Paginya Kamis,15Agustus 2013 kamipun pulang kembali ke Jakarta diiringi hujan cukup lebat yang selama sebulan terakhir belum kunjung mengguyur Garut.
  Alhamdulillahirabbil’alamin.
 (luthfimulyadi,20/08/13-00.00)


Tidak ada komentar: