Senin, 24 November 2014

"Iya, gue suka sama dia, emang kenapa?"

"iya, gue suka sama dia, emang kenapa?"

  Jawabnya agak emosi, setelah didesak untuk jujur oleh teman-teman. Padahal cerita tentang perasaannya dengan seseorang telah lama berlalu. Ada saja orang yang dianggap ahli dalam hal privacy yang gemar  mencampuri urusan orang lain, mencoba kembali membuka lembaran yang cukup lama ditutup.Come on, case is closed.

"emang lo gak tahu dia dah punya pacar?"

"gue, tahu, terus kenapa?,suka itu hak tiap orang bukan, suka itu natural,rasa suka itu gak bisa dibohongi, gue cuma pengen jujur sama lo semua, lo juga kan yang pengen gue jujur?, sekarang lo puas dengernya?"

  Teman-temanpun berhenti sejenak memikirkan jawaban tersebut. Jawaban yang lugas dan cukup logis bagi seorang yang dipaksa untuk jujur mengakui perasaannya.

"terus mau lo apa?"

"Loh, kok malah nanya mau gue apa?, justru gue balik nanya mau lo apa minta gue jujur?, apa sih untungnya buka rahasia orang yang sudah diselesaikan secara kekeluargaan?. Gue sama dia dah baik-baik aja sebagai teman biasa yang jarang sekali ketemu dan ngobrol. Kita dah masing-masing punya banyak urusan yang harus diselesaikan, terlebih di kelas IX  jelang ujian yang membutuhkan banyak fokus dan konsentrasi. 

  Gue gak mau lagi terkuras energi dan pikiran gara-gara masalah yang memang dah selesai. Cuapek bro.Coba lo pikirin, gue akan tetep suka sama dia tanpa pernah merebut dari pacarnya. Gue akan tetep suka sama dia sampai kapanpun hingga Tuhan menakdirkan kita akan ketemu lagi atau enggak. Yang pasti gue akan sangat menghormati hak tiap orang dan gue pun berharap lo bisa hargai hak gue".

  Sang ahlipun sadar. Kembali ia mengingat teori yang dipelajarinya. Benar adanya bahwa seseorang berhak menolak bicara jujur jika dirinya tidak berkenan dan tidak dalam kondisi yang nyaman meski yang meminta bicara adalah seorang ahli. Bukankah demikian prinsip Bimbingan Konseling? 

Tidak ada komentar: