Selasa, 24 Mei 2016

badai di atas patak banteng

Bismillahirrahmanirrahim.

Agaknya memang harus ke Dieng tuk mengawali tulisan ini. Ya, NBBL Prau 13-16 Mei2016 yang syarat emosi memaksaku kembali menulis.

Hampir setahun setelah kesuksesan Ican dkk mencapai puncak Salak1 2211mdpl Agustus 2015 awal mereka duduk di kelas9.

Kali ini aku memboyong Prima Baresta 96,Farhandika 95,Wildan Iqbal 96, Harry Rizki 92, Ihsan Ghozali 95, Nizam 96, Arya Kemal 92, Novry Shendy 96, Sowabi Ihsan 95, Fadhil 94, Zidane Ndut 96, A Fauzi 92, Arroyyan 95, Anwar 95, Hasbie 94. 15 anak luarbiasa mencapai puncak Prau Dieng Wonosobo, sekaligus mengukir sejarah  siswa MTs.N1  yang mencapai Prau terbanyak dan peserta NBBL terbanyak dari kelas9. Alhamdulllahirabbil'alamin.

                                                               ***

Akhirnya UN pun selesai. Kamis 12 Mei 2016. Tiba aku di MTs.N1. Anak-anak kelas9 berkumpul di lapangan untuk mendengarkan pengarahan. Sekelompok anak terliat berdiri di sebelah Utara layaknya tersangka yang tengah diinterogasi oleh Polisi. Mereka tak lain adalah Ican dkk. Anak-anak yang aku antar ke gunung Prau esok sore.

Tak lengkap aku menyimak materi pengarahan oleh Pak Abu. Ada harapan dari beliau jika anak-anak ingin menjadi pecinta alam, baiknya saat SMA atau kuliah saja. Hati ini makin berdegup keras. Deras,sederas aliran darah yang menahan emosi. Tetap kita harus positif thingking.

Bismillahirrahmanirrahim. Ratusan pasang mata memandang ke arahku entah salut atau kesal. Sekali lagi kita harus positif thingking.

Tak lama Pak Amin pun memanggilku masuk ke ruangannya.Pak Amin segera membuka percakapan. Pak Abu, Pak Arief dan Ibu Azizah berada di sekitarku.
"Ibu Kamad minta rencana ini dibatalkan"
minta Kamad melalui Pak Amin.
Ternyata ada informan Komite yang melapor ke Kamad tentang hal ini.

"tiket seharga Rp.2.090.000 (dua juta sembilan puluh ribu rupiah) telah terbayar,basecamp dan konsumsi telah saya pesan", jawabku santai. Pak Amin mengangguk-angguk

"mungkin gak Kamad menggantinya?" tambahku. Mustahil.Yang aku tahu Kamad luarbiasa kikirnya. Lomba Rp 200.000,- / gratisan saja kita tidak diizinkan ikut. Dia memperhitungkan dana transport pendamping yang akan menemani anak-anak.

Pak Amin bingung.Hahaha...tawaku dalam hati
"baik Pak Luthfi, ini adalah kesempatan terakhir bapak bisa mengadakan kegiatan seperti ini. Tuk selanjutnya kami khususnya Kamad tidak akan mengizinkan siswa/i MTs.N1 tuk naik gunung".

Kamad mutlak mengharamkan kegiatan ini, tapi bersyukur Pak Amin cukup bijak mensikapinya. Siang itu kita diminta kembali membuat surat pernyataan kegiatan ini tidak mengatasnamakan MTs.N1.

Setelah 10menit tecnical meeting, akupun membagi tugas. Aku membuat surat dan perwakilan peserta bergerilya meminta tandatangan orangtua peserta. Salut buat Ican dan Hasbie yang menjemput surat saat aku sibuk urus pekerjaan rumah dan antar istri mengajar.

                                                                               ****
Hari bahagia itupun tiba. Jum'at 13 Mei 2016. Sementara Ican dkk masih bergerilya di luar sana sampai pukul 11.00 jelang salat Jum'at. Masalah kembali datang. Karena emosional Om Haries meminta kegiatan ini diundur, sementara anaknya sudah siap 100% untuk ikut. Hal ini dikarenakan Om yang khawatir anaknya tidak  dapat mengikuti/tidak lulus ujian masuk di MAN11 Senin 16 Mei 2016.Om menyesalkan sikap panitia yang kurang bijak. Jika mungkin aku jawab "justru itu adalah kebijakanku yang juga tak punya banyak waktu"

                                                                                 ****

Kembali ke PO. Sinar Jaya Mampang 13Mei2016, pukul 16.00 wib. Alhamdulillah semua sudah kumpul. Kita siap berangkat. Sebagai buslovers/busmania yang tak diakui keanggotaannya, aku sangat senang bisa naik armada bus yang bagus. Warna putih mewah,pelangi melekat di sisi kanan kiri,airsuspension dll. Alhamdulillahirabbil'alamin.

Ya,Cipali, Tol baru yang dapat menyingkat perjalanan menuju Brebes. Sebelum ada tol ini perjalanan ke arah Jawa Tengah begitu membosankan melewati panasnya pantura dan pasar tumpah yang seriing menghambat perjalanan. Berangkat pukul 18.00 wib. Tiba di Rest Area Khusus armada Sinar Jaya tak jauh dari tol keluar Cipali pukul 22.00. 

Wildan,Fauzi dkk pun segera membuka nasi bungkus yang dibekali ortu dari rumah. Kalo diminta bagian mana yang cukup berkesan, bagian ini cukup berkesan bagi penulis yang kebetulan gak sempet beli nasi bungkus,hehehe. Sambil nonton Persija berlaga, kami makan bersama di satu meja dengan cueknya. Gol pun  tercipta lewat heading pemain anyar Persija entah siapa namanya. Tanya aja sama Ican.

Satu bagian lagi yang berkesan nyaris terlewat adalah ketika Nizam dkk makan nasi bungkus di bagian belakang bus tepatnya tempat tidur kenek. Seakan bus milik teman2 nbll. Tertawa,bercanda,bernyanyi, berteriak, curhat dalam bus agaknya cukup mengobati angkatan 2016 yang tak kesampaian tour ke Jogja.

 Kembali ke Sinar Jaya. Sebut saja Sinjay. Betapa kita harus belajar dari suksesnya Sinar Jaya menjadi Perusahaan Otobus merajai perusahaan lainnya khususnya Jawa Tengah. Kata kuncinya adalah melayani. Sekali lagi melayani dengan pelayanan prima. Bus lain seperti Deddy Jaya yang nyaris bangkrut ditinggal pelanggan diakibatkan sering menaik turunkan penumpang di tempat yang tidak nyaman di tengah malam kala para penumpang sedang terlelap tidur.

Berbeda dengan Sinar Jaya. Perusahaan ini membuat tempat khusus untuk transit sehingga penumpang mudah menemukan bus yang dicari. Terlebih para kru yang ramah bertugas mengantar penumpang yang ingin pindah transit ke bus jurusan lain. Jadi tidak perlu khawatir ketinggalan bus atau harus kejar mengejar bus yang dipaksa untuk angkut tumpangan.Kok Jadi cerita Sinar Jaya ya?, Ya gitu dah, ane udah terlanjur cinta sama PO. Bus yang satu ini.Hahay.

Setelah istirahat terakhir di rumah makan Sinar Jaya, buspun kembali melaju meneruskan perjalanan menuju Wonosobo. Kembali kita menikmati nyamannya airsuspension Sinar Jaya dan terlelap tidur.
Pukul 05.00 wib buspun melintasi kota Wonosobo yang indah. Aku terbangun dan tertegun melihat gagahnya Sindoro Sumbing di samping kanan.

Sabtu, 14 Mei 2016,pukul 05.30 wib, nbbl dkk menginjakkan kaki di terminal Wonosobo. Alhamdulillahirabbil'alamin. Berburu waktu, kitapun langsung menaikkan carrier ke bus kecil menuju Patak  Banteng. Kata supir bus makan di Patak Banteng lebih murah dibanding di terminal. Terlebih jika kita ingin segera menikmati Sunrise dari gardu pandang Dieng sekarang waktunya.

Kitapun segera berangkat. Benar saja, pagi itu adalah terakhir kali kami melihat Gagahnya Sindoro Sumbing di sebelah timur, sementara kami menuju arah utara  bagi yang melihatnya. Aku segera minta teman-teman untuk hunting foto pemandangan yang indah saat itu.Sayangnya mereka sang pemula lebih memilih untuk santai bahkan tidur. 

Bagiku cuaca di gunung manapun sangat sulit ditebak. Pagi ini cerah, belum tentu esok hari akan sama. Terlebih bisa jadi kita tidak diberi cerah karena kita tidak minta hal itu lewat doa khusyu' dalam salat.  

"Allah Sang Pemilik ini semua kawan!"
,Semoga Allah swt mengampuni kita semua.Amin

Ya, ternyata pagi itu, adalah cuaca cerah terakhir yang dapat kita nikmati di Dieng. Batu karst  indah yang menyembul di bagian kanan bukit dan ladang. Awan yang memayungi Sindoro. Ketinggian 1800mdpl, rumah-rumah kecil di bawah sana. Senyum tulus penduduk desa.Adakah kau sempat memfotonya kawan?"

Sampai di BaseCamp seberang musholla tepi jalan. Langsung kita sarapan sesuai selera. Ayam kampung goreng,burung puyuh,soto ayam,teh manis panas, MAK NYUS. Repacking,bayar nasi bungkus, lengkapi logistik yang kurang,sortir pakaian yang tidak perlu, isi air 2 drigen. 
Pukul 09.00 wib Kitapun berangkat menuju tempat daftar simaksi.Menulis nama-nama peserta dan membayar simaksi.

Basecamp - Pos 1 Sikut Dewo kami capai dalam setengah jam
Pos 1  Sikut Dewo - Pos 2 Canggal Walangan setengah jam
Pos 2 Canggal Walangan - Pos 3 Cacingan satu jam
di tengah kelemahan sang leader, kali ini Nizam yang turun menghampiri untuk menggantikan kulkas 2pintu yang kubawa. Di sini kita belajar membantu.tks Nizam
Pos 3 Cacingan - Puncak Prau Sunrise Camp setengah jam

Pukul 12.30 wib sampailah kita di Puncak Prau Sunrise Camp. Spot paling bagus tuk hunting sunrise dibanding bukit teletubies. Sekali lagi jika targetnya adalah lautan awan dan Sindoro Sumbing. Semakin kita mengarah ke jalur pendakian Dieng, Sindoro Sumbing semakin kecil terlihat.

Hujan deras dan angin kencang segera menerpa silih berganti sampai pukul 14.30. Aku menyebutnya badai. Hujan deras disertai angin kencang. Mungkin orang sakti menyebutnya hujan rintik. Hal ini dapat membunuh jika tidak disikapi secara cepat tepat.

Membawa lebih dari 7anak pendaki pemula tidaklah mudah. Kordinasi dan kerjasama antar masih sangat lemah. 2jam itu kita berjuang  survival melawan dingin terpaan hujan dan angin. Pilihan yang sangat masuk akal adalah berteduh di shelter yang dikunci. Aku menyesalkan kenapa shelter harus dikunci, tidak seperti di gunung Slamet yang terbuka kapanpun jika dibutuhkan. Ini tentang nyawa manusia yang terancam. Anak-anak belum banyak paham tentang bagaimana menangani Hippotermia. 

 2jam siang ini bisa jadi cerita yang paling seru. Tenda hijau yang nyaris hanyut dibawa arus air dari puncak. Carrier, tenda,daypack,sepatu,nasi,lauk,logistik, kompor yang berserakan tak  sempat diamankan. Yang paling penting sekarang adalah mengamankan nyawa masiing-masing di samping shelter.

Sang Penjaga Carrier
Terimakasih Pak Bisri yang banyak membantu mengamankan carier dan barang-barang peserta nbbl. Lebih dari satu jam Pak Bisri dkk berteduh di samping shelter yang terkunci. Kalaupun ada kehilangan, itu adalah tanggungjawab tiap individu terhadap barang bawaan sendiri. Di sini kita belajar bertanggungjawab menjaga barang bawaan sendiri.

Ya, siang itu keadaan darurat dan para peserta cukup panik. Mendirikan tendapun mereka belum terlatih. Saat hujan itu hanya satu tenda kuning yang berdiri. Dua jam kemudian hujan sempat reda selama 10menit. Kita pun memaksimalkan kesempata itu. Alhamdulillah, akhirnya sebelum gelap semua tenda berdiri meski harus kembali menantang hujan jelang matahari tenggelam.Tks kerjasamanya kawan!

1tenda berdiri sendiri di puncak dijaga oleh Bang Royhan alumni MTs.N1 tahun 2009, karena tiada lagi lahan datar.

Ya, sejak sore itu sampai subuh hujan terus mengguyur kita. Masih ada harap Allah memberikan cerah di pukul 06.00, tapi Allah swt telah menakdirkan hari itu full hujan dan kabut. Allah menakdirkan kita selamat sejauh ini. Tidak ada yang sakit. Semua sehat.Alhamdulillah. Adakah yang mau menukar sunrise dengan kematian?, pasti jawabnya tidak.


belum tahu kualitas man 11/13/4?
Tuntutan Pak Amin thd akhlak terpuji Sang pendaki

Tidak ada komentar: