Senin, 07 April 2014

i call this "experiment"

   Pukul 13.30 di kelas (Ter). Melihatku, mereka tetap asik bermain. Akupun membiarkan dan memikirkan cara lain membubarkan mereka. Suatu eksperimen. Bisa berhasil atau gagal. Aku selalu mencoba untuk tidak menggunakan emosi yang menguras banyak tenaga. Capek.
   Madhon (RR) dan Faizi (NF) duduk di tempat guru tepat di atas F dan Z. RR pun mulai mendorong-dorong NF agar jatuh menimpa F dkk. Aku terus memperhatikan kelakuan mereka. Harapanku F dkk akan segera membubarkan diri bila tertimpa F, dan KBM pun dapat dimulai tanpa aku perlu marah-marah sedikitpun. Jika ia segera pindah dari tempat itu, artinya otaknya berpikir, kemudian memerintahkan pada kaki dan anggota tubuh lainnya agar berpindah menghindar tertimpa kali kedua atau ketiga oleh orang yang sama. NF jatuh menimpa F untuk kali pertama. F pun marah. NF kembali jatuh menimpa F. Tidak terima F pun memukul pundak NF. 
   NF dkk dikenal pualing sulit dinasehati. Berbagai cara telah dilakukan banyak guru mulai dari lemah lembut memberi mereka pengertian sampai  dengan sanksi fisik. Belum juga mereka berubah. Minim konsentrasi, minim fokus, minim etika, bahkan sombong. 
   Orang sombong yang tak sadar bahwa mereka sombong. Na'udzubillah Min Dzalik. Hanya Allah Yang Maha Membolak-balikkan hati, yang mampu merubah kesadaran mereka berproses menjadi anak-anak soleh dan sukses dunia akhirat.
   Kembali ke F yang tertimpa dua kali di tempat yang sama dengan orang yang sama pula. Kini giliran NF menjadikan Z menjadi sasarannya. NF pun dengan mulus menimpa Z. Kali kedua Z tertimpa oleh NF, akupun tertawa.
"Kok ketawa sih pak?, Mikir!"

   Emosinya kepadaku menganggap aku menertawakannya. Aku memang menertawakannya yang dengan senang hati tertimpa dua kali. Aku menertawakan kondisi yang semakin gila di kelas dan di Madrasah ini. Kelas gila, gurupun terjangkit gila,hehehe. Sekali lagi aku berharap, otakknya berpikir kemudian tanggap menghindari ancaman yang mungkin datang dua, tiga bahkan tak terbatas terhadap dirinya.

"Harusnya kamu yang mikir, masa mau  tertimpa dua kali, 
pindah dong!"

   Eksperimen dengan tujuan membubarkan mereka berhasil, tetapi tidak dengan sikap tanggapnya mereka (aware) dua orang yang tertimpa tersebut. Experiment pun berbuah emosi dari F dan Z. Mereka menganggap seharusnya aku juga langsung memarahi RR dan NF saat kejadian, sehingga tidak memakan korban. 

       Lebih penting lagi pikirku :

    " Jika kita bisa mengantisipasi , tanpa bantuan dari orang lain, kan kalian dah pada gede. Kita sama-sama hafal bagaimana gilanya teman-teman  di kelas ini yang tidak jarang membahayakan kamu.Saya ingin kamu lebih tanggap bersikap".

Mereka masih emosi dan mantap dengan pendiriannya. Aku yang bersalah. Namanya anak-anak. Makanya 
 "Kenapa coba anak anjing dan anak kucing berantem terus?"
Jawabnya adalah :
"Namanya juga anak-anak,hehehe.."
Akupun meminta maaf pada mereka.
Ya sudahlah, segala  eksperimen memang beresiko, berhasil atau tidak,  termasuk tidak disukai.

"Damm, i love to be hated,hehehe..."


Tidak ada komentar: