Kamis, 04 Desember 2014

bunga tuk guruku

Bunga untuk guruku


Hari ini hari ulang tahun guru Indonesia yang ke-69. Sekolah kami mengadakan perayaannya dimulai dengan upacara hari guru nasional yang petugasnya  adalah  bapak/ibu guru. Subhanallah, Alhamdulillah, guru-guru kami melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka menunjukkan keseriusan dan kedisiplinannya yang tinggi meski tidak muda lagi seperti kami.

Keseriusan dan kedisiplinan yang sulit sekali kami miliki di tengah serangan budaya destruktif. Sebab itulah nilai hasil belajar kami sangat rendah, karena kami tidak memiliki kedisiplinan dan keseriusan terlebih fokus yang tinggi terhadap segala sesuatu.

 Pekerjaan rumah yang sangat besar bagi kami dan semua stake holder untuk menghadirkan kedisiplinan, keseriusan dan fokus yang cukup lama terhapus oleh salah gaul, games, film dan lagu-lagu yang membuat kami cengeng.

Dalam kesempatan ini  Pak Mendiknas Anis Baswedan mengirimkan surat kepada para guru “Menjadi guru bukanlah pengorbanan, melainkan kehormatan yg memang belum bisa pemerintah beri penghargaan setinggi-tingginya. Bapak Ibu guru sekarang kita adalah hasil pendidikan lalu, waktunya membentuk anak didik yang tak kalah dengan kualitas bapak/ibu guru di zaman mendatang yang jauh lebih berat”.

Salah satu moment yang khidmat juga turut dirasakan saat bersama menyanyikan hymne guru dan lagu terimakasih guruku. Lagu tersebut adalah salah satu hadiah yang bisa diberikan oleh setiap siswa/i tanpa mengeluarkan uang sedikitpun. Cukup nyanyikan kedua lagu tersebut dengan penuh khidmat dan rasakan sensasinya. Tak jarang para gurupun menangis di moment ini, mengingat jasa para guru-guru mereka  dulu yang telah bekerja keras membentuk pribadi hingga terbentuk seperti sekarang ini.

Sekali lagi, moment ini adalah moment yang ditunggu-tunggu banyak guru, bersama meresapi maknanya yang dalam, sebuah usaha  menyambungkan kembali hubungan emosi  yang harusnya terjalin dengan kuat dan mesra antara guru dengan siswa/i nya, antara guru dan rekan kerja, antara guru dengan guru-gurunya yang telah cukup berhasil mengantarkan siswa/i-nya menjadi guru kembali.

Serentak  selesai upacara seluruh siswa dan siswi bersalaman memberi selamat kepada guru-guru mereka terlebih kepada wali kelasnya. Banyak yang memberi hadiah berupa bunga, bingkisan,kue ulang tahun dll. Subhanallah, Alhamdulillah, indah sekali saat itu.

Para guru menjadi selebritis dalam satu jam layaknya pengantin yang di pajang di pelaminan. Tak sedikit anak-anak yang meminta foto bersama guru-guru layaknya selebritis yang dikejar-kejar penggemarnya. Alhamdulillah, sudah seharusnya moment ini sering kita wujudkan dan rasakan agar terjalin hubungan yang baik antara guru dan siswa/i terlebih hubungan emosional yang dapat mempengaruhi dan membentuk karakter siswa/i.

Bagaimana  seorang guru dapat dengan nyaman mengajar dan mendidik jika tidak dihormati oleh siswa/i yang seakan tak butuh pengajaran dan pendidikan?, sebagaimana tak butuhnya seorang pasien yag bodoh kepada saran dokter padahal penyakit mematikan sedang berusaha membunuhnya . Kaidah dalam kitab Ta’liim Al-Muta’allim mengatakan.

وَ مِنْ تَعْظِيْمِ اْلعِلْمِ تَعْظِيْمُ اْلأُسْتَاذِ

Mari hormati guru!



Tidak ada komentar: