Jumat, 01 Maret 2013

soan is observation


Soaaannn is Observation

Sudah lebih dari 24jam aku berada di sini. Purwodadi. Subhanallah,Walhamdulillah. Setelah habiskan waktu lebih dari 10jam lewati Tegal, Pekalongan, Alas Roban, Weleri, Kendal, dan Semarang kemarin subuh kami tiba. Danyang atau ganyang, aku agak lupa pintu masuk desa sejak turun dari bis[1]. Jika tanpa Pak Kyai Julal Umam[2] mungkin aku tidak akan pernah tiba di sini. Allah swt yang Maha Tahu apa sebenarnya kebutuhan bukan keinginanku. Memang sudah sangat lama aku tidak pernah kembali soan (silaturrahim) ke pesantren, asal habitatku. Terimakasih kyai Umam. Terima kasih juga Kyai Ahmad Syukron yang punya kawasan Ragunan Village merelakan kesempatannya demi aku sahabatnya. Semoga cepat diberi jodoh, amin. Indahnya kembali bisa soan dengan Kyai Pengasuh, keluarga besar Ponpes Al-Ishlah, Kyai Saiful dan Syafi’i teman lamaku di Asshiddiqiyah. Subhanallah, indahnya silaturrahim.
Pasti ada yang Allah swt ingin berikan padaku di sini.  Pengalaman yang berbeda dari pengalaman-pengalaman petualangan menakhlukkan puncak-puncak gunung. Back to the nature. Kita memang harus merujuk ke kitab-kitab Babon, seperti  dijelaskan oleh pak Muhbib Dosen Penelitian Ilmiah PPG PBA sekaligus dosen favoritku. Indahnya jika bisa banyak menghasilkan karya-karya ilmiah yang bermanfaat bagi umat seperti beliau. Makanya jika ingin jadi kyai bergaullah dengan kyai. Ya Allah, jadikan aku orang yang memberi  banyak manfaat bagi umat. Amiiin
Pesantren Asri pinggir sawah. Al-Ishlah namanya. Terletak di Grobogan Purwodadi. Menurut cerita Kyai pengasuhnya, desa atau daerah ini terkenal dengan PKI (Partai Komunis Indonesia pra orde lama dulu). Bisa jadi kemudian ada kaitannya dengan “Ganyang PKI” atau bahkan mereka yang ingin mengganyang lawan-lawannya.[3]
Lagi tentang Pulo Kulon desa dimana ponpes Al-Ishlah terletak tepatnya, sedikit sekali mempunyai sumber air tanah,  Meskipun masih didominasi oleh sawah yang luasnya ratusan hektar dan ladang ladang. Dari sekian ratus bahkan ribu hektar luas wilayah ini ternyata sumber  air terbanyak terletak  di pesantren ini. Subhanallah, berkahnya. Sedangkan sekitarnya sedikit sekali mempunyai akses untuk air  tanah. Bisa dipastikan 80% masyarakat yang telah mencoba untuk menggali sumur air telah menemui kegagalan karena sedikitnya titik-titik sumber air. Di sini air menjadi barang yang mahal bahkan di musim kemarau diperjualbelikan. Jika demikian tak jauh berbeda keadaannya dengan daerah  kesulitan  air di  Jakarta Utara atau Pusat. Secara geografis mungkin dapat dimaklumi keadaannya demikian sulit karena Pulo Kulon memang sangat jauh dari Gunung ataupun bukit-bukit dengan hutan-hutannya yang menyimpan trilyunan liter air yang selalu dialirkan ke daerah sekitanya. Bukan hutan bukan lembah. Sekali lagi Subhanallah untuk berkahnya pesantren ini.
Tentang sumber air dan Pulo Kulon yang jauh dari gunung. Sejak awal memang sangat tidak menarik bepergian jauh keluar kota tanpa menjumpai gunung lembah, sungai atau laut. Seturunnya dari bis kulemparkan pandangku ke berbagai arah. Ke  selatan berharap menjumpai Merapi di Selo Boyolali, ke arah Utara berharap jumpai Muria di Kudus ke Barat Sindoro Sumbing di Wonosobo dan Timur berharap pandangi cantiknya Lawu . Dan tak satupun yang terlihat. Sebegitu jauhkah lokasi ini dari gunung-gunung cantik itu?,huhuhuhu….
 Rasa penasaran mendorongku untuk membuka Googlemap. Setelah mencoba loading lebih dari setengah jam akhirnya googlemap pun terbuka. Dan terbukti Pulo Kulon memang jauh dari gunung-gunung cantik penghasil trilyunan liter air itu. Rata-rata jaraknya lebih dari 80km darinya. Jika demikian mari lanjutkan observasinya ke objek yang lain.hehehe….Dasar otak gunung.
Tentang Pesantren Salaf,  MI, MTs, Aliyah, dan SMK Al-Ishlah
Pesantren ini mengkaji kitab salaf di pagi, sore dan malam hari. Siang hari diperuntukkan  istirahat , memasak dan mencuci oleh para santri. Memiliki dapur umum yang masing-masing kamar memiliki kompor gas/non gas, wajan, penggorengan, dan panci. Santriwati tahkhossus tahfiz Al-Qur’an. Pesantren Salaf sengaja dipisah dari pendidikan formal sehingga diharapkan bisa lebih konsentrasi. Adapun pendidikan formal formal MTs, Aliyah, dan SMK terletak kurang lebih 200meter dari pesantren. Memiliki luas lebih dari 1hektar, gedung bertingkat 2 dan  lapangan yang memadai. Uniknya lagi lebih dari 100 unit sepeda motor terparkir bebas di depan samping kiri dan kanan madrasah. Terparkir di kebun samping madrasah. Subhanallah, orang-orang desa dengan gaya hidup kota. Bisa jadi wajar demi efektifitas waktu karena rumah mereka yang sangat jauh dari madrasah.
Balai desa berada tepat di depan ponpes dan pasar musiman di sampingnya memudahkan siapapun mengurus hal-hal yag bekaitan dengan administrasi dan memenuhi kebutuhan berbelanja sehari-hari. Dalam kata lain Ponpes Al-Ishlah menempati lokasi yang sangat strategis di wilayah ini.
Media Pembelajaran
            Di pagi hari kegiatan dimulai dengan membaca Asma al-Husna, Mahfuuzhaat dan ayat-ayat pilihan di ruang serbaguna dengan media pengeras suara dibimbing oleh seorang ustadz. Kegiatan pengajian salaf mengambil lokasi di masjid utama bagi masyarakat luar (santri kalong) dan di aula bagi santri yang tinggal. Media papan tulis kapur juga masih banyak digunakan dalam rangka menjelaskan qowa’id atapun menulis mufrodat. Papan-papan bertuliskan keterangan tempat tempat terpampang di banyak sudut, seperti غرفة المكتب.
Demikian, saran dari pembaca sangat kami harapkan
Sebelum kututup tulisan hasil observasi singkat ini, ku ucapkan banyak-banyak terima kasih atas sambutan dan suguhan-suguhan yang tiada habisnya dari pihak Pesantren Al-Ishlah .Betapa Rasulullah di sana tersenyum sumringah melihat sikap memuliakan tamu yang telah diajarkannya dipraktekkan dengan tulus. Mari kita berdoa semoga Allah swt memberikan kesehatan yang sempurna bagi Ibu Pengasuh yang sedang terganggu kesehatannya dan semoga pesantren Al-Ishlah terus berkembang dan memberi kemanfaatan yang sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya bagi umat dan Allah swt selalu lindungi dari marabahaya apapun bentuknya.  Allahumma Sholli ‘Ala Muhammad Wa ‘Ala Ali Muhammad, Al-Fatihah.

Luthfi Mulyadi (Pulo Kulon, 02 Maret 2013)




     [1] Bis Haryanto Hijau Putih Executive dengan gambar menara Kudus di samping kanan kirinya kebanggaan Kudus. Warna-warna lainnya seperti, orange, hitam elegan, merah, dan kuning. Exterior Euro3,Full AC dan Music, seat 2-2 dengan penopang betis, jarak antar seat depan belakang lebih dari 70 centi meter, lebih manusiawi,  semakin memanjakan siapa saja yang menumpanginya. Semakin hari memang di tuntut semua Perusahaan Otobus (PO) memanjakan konsumennya . Pemiliknya PO Haryanto bapak adalah Jendral  H.Haryanto
     [2] Teman dekatku di PPG PBA UIN JKT 2012-2014. Ponpes Al-Ishlah adalah pesantren mertua beliau. Pesantren keluarganya terletak di Kudus. Manusia super sibuk yang belum banyak diketahui teman-teman nya. Kyai, Organisatoris, Bisnis Owner, Aktifis, Politisi, Pendidik, seorang ayah, Humoris dll menjadikannya awet muda
     [3] Danyang atau ganyang, adalah pintu masuk desa Pulo Kulon

Tidak ada komentar: