Gak Kaku =
Gak Malu
Saat
ramai-ramai membaca surat Ar-Rahman dan Al-Waqi’ah, ada saja oknum-oknum yang
berkeliaran di kantin untuk ngobrol-ngobrol. Wajarlah karena tidak lebih
dari4guru yang menanganinya dan ratusan anak yang tidak ditempatkan dengan
cukup nyaman karena kurang koordinasi.
“Nah, kebetulan
kamu ada disini”,segera kutegur dia, khawatir jika ditunda akan lupa tuk proses
ini. Alhamdulillah kutemukan kembali energi sebagai pendidik setelah mengikuti
pembinaan kemarin. Sangat jelas diatur oleh banyak kementerian di Indonesia
tentang guru. Salah satunya adalah guru sebagai pendidik. Ya, pendidik bukan
hanya pengajar.
“Kenapa pak?”
“Kira-kira
kenapa ya”?,desak dia untuk berpikir.
“gak ada apa2
pak”sambil terus terlihat berpikir. Cukup lama ia seperti itu. Wajarlah karena
banyak teman-teman yang mengganggu konsentrasinya, positif thingkigku.
“oh, yang
kemarin itu?, kan dah selesai pak?”
“ada lagi
neh, yuk inget-inget” kembali aku latih dia introspeksi.
“wah, aku gak
inget lagi pak”,terlihat putus asa untuk mengingat kembali.
“ok, aku
kasih tau deh. Ini tentang komen kamu ke
teman kamu yang rangkul pacarnya dari belakang di FB”
“Oh,
itu.emang kenapa pak?”,masih belum merasa bahwa komennya salah.
“kamu komen
(masih kaku) kan?”
“iya pak,
emang kenapa?, kelas 9 banyak kok pak yang komen” masih terus berkelit.
“Pak cepetan
dong, kita mau jalan lagi nih!” Menyusul teman-temannya membantu untuk kabur
dariku tanpa mengindahkan kesopanan/etika.
“kalo mau
jalan, jalan aja, kan kalian tau saya lagi ada perlu sama Nisa”
“Abis lama
banget sih”,suasana makin panas. Mereka tanpa sadar memancing emosiku.
“yang bikin
lama itu kalian, kalo kalian bantu jawab dengan jujur pastinya lebih cepat”
“Tapi, kenapa
Cuma kita yang dipermasalahkan?”
“karena
sementara ini kamu yang terbukti melakukannya. Coba kamu lihat Polisi, apakah
semua orang mampu ia tilang?, kan enggak karena kemampuannya terbatas,meski
banyak yang melanggar”
“Ok, sekarang
kita mulai lagi, maksud kamu kaku apa dalam komen?. ”susulku
“kaku itu
malu-malu pak”
“bagus, kalo
gini kan enak, artinya kamu bisa kerja sama dengan baik. Lawan dari kaku apa?”
tanyaku kembali.
“gak kaku
pak”
“jadi kalo
kaku malu-malu, gak kaku….?”
“gak malu
pak”
“malu suatu
yang positif gak dalam pacaran?”, mereka terlihat silang pendapat. Yang sudah
terbiasa bergaul bebas menganggap malu adalah suatu yang negative. Seharusnya
pacaran gak usah kaku sehingga bisa seperti orang dewasa, gak kaku rangkul,
peluk, cium dll.
“Ok, saya
luruskan, kaku/malu adalah suatu yang posistif dalam pacaran,itu tanda adanya
iman dalam diri/hati kita. Tidak kaku
berarti tidak malu menandakan tidak adanya iman”, mereka tampak tidak sepaham
denganku.biarlah yang penting aku sudah meluruskan, semoga Allah segera memberi
mereka hidayah.
“Nah, paham
kan sekarang?”
“Paham
pak”,masih terlihat aneh dengan penjelasanku. Wajar karena pendidikan yang
didapat di lingkungan rumah khususnya televise tidak demikian.
“Pak, cepetan
dong, kita mau ngaji nih”kembali mereka merengek
“sebenarnya
kita disini ngaji ipeh”
“ngobrol kok
ngaji pak?”
“nanti kita
sambung lagi deh, kamu belum paham tentang yang ini”
kuputuskan mengakhiri pembicaraan khawatir mereka terlalu bosan
(luthfimulyadi,15/11/13 – 08.00)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar