Minggu, 01 Desember 2013

Masih Kaku Aja!

Gak Kaku = Gak Malu

Saat ramai-ramai membaca surat Ar-Rahman dan Al-Waqi’ah, ada saja oknum-oknum yang berkeliaran di kantin untuk ngobrol-ngobrol. Wajarlah karena tidak lebih dari4guru yang menanganinya dan ratusan anak yang tidak ditempatkan dengan cukup nyaman karena kurang koordinasi.
“Nah, kebetulan kamu ada disini”,segera kutegur dia, khawatir jika ditunda akan lupa tuk proses ini. Alhamdulillah kutemukan kembali energi sebagai pendidik setelah mengikuti pembinaan kemarin. Sangat jelas diatur oleh banyak kementerian di Indonesia tentang guru. Salah satunya adalah guru sebagai pendidik. Ya, pendidik bukan hanya pengajar.
“Kenapa pak?”
“Kira-kira kenapa ya”?,desak dia untuk berpikir.
“gak ada apa2 pak”sambil terus terlihat berpikir. Cukup lama ia seperti itu. Wajarlah karena banyak teman-teman yang mengganggu konsentrasinya, positif thingkigku.
“oh, yang kemarin itu?, kan dah selesai pak?”
“ada lagi neh, yuk inget-inget” kembali aku latih dia introspeksi.
“wah, aku gak inget lagi pak”,terlihat putus asa untuk mengingat kembali.
“ok, aku kasih tau deh. Ini tentang komen kamu  ke teman kamu yang rangkul pacarnya dari belakang di FB”
“Oh, itu.emang kenapa pak?”,masih belum merasa bahwa komennya salah.
“kamu komen (masih kaku) kan?”
“iya pak, emang kenapa?, kelas 9 banyak kok pak yang komen” masih terus berkelit.
“Pak cepetan dong, kita mau jalan lagi nih!” Menyusul teman-temannya membantu untuk kabur dariku tanpa mengindahkan kesopanan/etika.
“kalo mau jalan, jalan aja, kan kalian tau saya lagi ada perlu sama Nisa”
“Abis lama banget sih”,suasana makin panas. Mereka tanpa sadar memancing emosiku.
“yang bikin lama itu kalian, kalo kalian bantu jawab dengan jujur pastinya lebih cepat”
“Tapi, kenapa Cuma kita yang dipermasalahkan?”
“karena sementara ini kamu yang terbukti melakukannya. Coba kamu lihat Polisi, apakah semua orang mampu ia tilang?, kan enggak karena kemampuannya terbatas,meski banyak yang melanggar”
“Ok, sekarang kita mulai lagi, maksud kamu kaku apa dalam komen?. ”susulku
“kaku itu malu-malu pak”
“bagus, kalo gini kan enak, artinya kamu bisa kerja sama dengan baik. Lawan dari kaku apa?” tanyaku kembali.
“gak kaku pak”
“jadi kalo kaku malu-malu, gak kaku….?”
“gak malu pak”
“malu suatu yang positif gak dalam pacaran?”, mereka terlihat silang pendapat. Yang sudah terbiasa bergaul bebas menganggap malu adalah suatu yang negative. Seharusnya pacaran gak usah kaku sehingga bisa seperti orang dewasa, gak kaku rangkul, peluk, cium dll.
“Ok, saya luruskan, kaku/malu adalah suatu yang posistif dalam pacaran,itu tanda adanya iman dalam diri/hati  kita. Tidak kaku berarti tidak malu menandakan tidak adanya iman”, mereka tampak tidak sepaham denganku.biarlah yang penting aku sudah meluruskan, semoga Allah segera memberi mereka hidayah.
“Nah, paham kan sekarang?”
“Paham pak”,masih terlihat aneh dengan penjelasanku. Wajar karena pendidikan yang didapat di lingkungan rumah khususnya televise tidak demikian.
“Pak, cepetan dong, kita mau ngaji nih”kembali mereka merengek
“sebenarnya kita disini ngaji ipeh”
“ngobrol kok ngaji pak?”
“nanti kita sambung lagi deh, kamu belum paham tentang yang ini”
kuputuskan mengakhiri pembicaraan khawatir mereka terlalu bosan
(luthfimulyadi,15/11/13 – 08.00)


Tidak ada komentar: