Minggu, 10 Januari 2016

atas nama solidaritas

Entah apa yang dipikirkan para pengawas, jika anak-anak kelas 8 dan 9 dapat bekerjasama,saling meminta jawaban membuat kelas gaduh. Pengawas meninggalkan kelas, ngobrol dengan pengawas lainnya di luar kelas. Jika demikian ada beberapa kemungkinan :

1. Pengawas jengah dengan anak yang tidak bisa diatur,
2. Pengawas malas maksimalkan tugas dengan bayaran rendah memikul tanggungjawab yang besar.

Sementara di beberapa kelas ada pengawas yang masih mengingatkan untuk sportif :

1. Mari jujur dengan kemampuan sendiri
2. Memberitahu teman berarti merugikannya/membuatnya malas berpikir/membuatnya manja
3. Suatu saat nanti anda semua akan berhadapan dengan masalah yang harus dihadapi sendiri tanpa dibantu teman-teman (mandiri)
4. Analogi suatu pertandingan tanpa dipimpin oleh wasit. Pertandingan akan kacau dengan hukum rimba.

 Merekapun tak jua menggubris peringatan untuk sportif dengan analoginya.Kelas semakin gaduh. Kelas 7 yang baru semakin bingung dengan keadaan/kekacauan ini. 

Kekacauan yang tidak pernah mereka bayangkan sebelum mereka masuk madrasah bertitel negeri ini. Kekacauan ini membuat sakit hati sebagian kelas 7 yang belajar mati-matian untuk mendapat nilai yang memuaskan.

Suatu yang negatif mudah sekali menular. Segera saja kelas 7 mengikuti jejak kakak-kakaknya untuk bekerjasama tidak sportif membuat gaduh kelas. 

Terlebih Kakak-kakak OSIS yang seharusnya menjadi panutan-pun tak luput ikut bekerjasama. Atas nama solidaritas dan demi nilai yang memuaskan. Ketika solidaritas dan nilai menjadi Tuhan.

Atas nama solidaritas mereka menghampiri teman-teman yang belum selesai di kelas lain dan memberi jawaban dari luar jendela kelas. Membuat kelas yang lain ikut gaduh dan kacau.

Whats matter with us?

"hei, ini mash ada pengawas!"

Pengawas lain memperingati. Mereka pun malah mengejek pengawas, mengajak bercanda.

"Kita tuh solid pak!" tegasnya

"solidaritas yang ngawur!",jawab pengawas

"hahahaha"mereka membalas dengan tawa keras tanpa dosa

Pengawas menarik nafas panjang, mengibarkan bendera putih tanda mengalah. Hingga kini anak-anak memang belum terlayani dengan baik. Terbimbing dengan baik. Tak heran inilah buahnya. Kasihan mereka belum dapat memahami arti solidaritas dan menempatkannya secara proporsional.

Kasihan mereka hanya bisa terus bercanda tanpa bisa serius, padahal diluar sana banyak hal yang harus dihadapi secara serius. Diluar sana anak-anak seumur mereka berkompetisi dalam segala bidang  dengan serius untuk menjadi yang terbaik. Di sini anak-anak pandai menertawakan hal yang serius.

Setelah mereka dibantu untuk lulus dengan nilai yang sangat tinggi/memuaskan hasil ketidakjujuran, dengan sangat memalukan segera saja mereka angkat tangan dan kaki dari sekolah-sekolah negeri yang sebelumnya mereka idam-idamkan karena tidak mampu mengikuti proses yang lebih rumit.

MARI JUJUR BERPROSES
KARENA JUJUR ITU HEBAT

10/12/15

Tidak ada komentar: