Selasa, 09 April 2013

Salak1&Me


Puncak Gunung Salak1&Me

Alhamdulillah, tiga  bulan ini Allah swt mengabulkan doaku untuk segera dimudahkan meninggalkan kegiatan beresiko  mendaki gunung. Insyaallah semuanya akan berjalan lancar. Semoga kegiatan yang sangat kugandrungi ini akan aku lupakan dengan mudah. Mudah-mudahan akan aku temukan kegiatan yang lebih menyenangkan, lebih hemat waktu dan biaya, lebih aman dari resiko kecelakaan. Di usia yang hampir 32tahun ini, hari ini tepatnya aku tidak terlalu memikirkan pendakian gunung lagi.
Tetapi sebelum benar-benar meninggalkannya,huhuhuhu…. aku ingin menulis beberapa potong cerita yang masih terkenang di pikiranku,hehehe…..
Salak 1 4Promotion
 Gunung Salak1. Gunung inilah yang mengakhiri Tour Promotion Sukhoi Super Jet100 buatan Rusia di tahun 2012. Lebih dari 5 cerita pesawat-pesawat lainnya yang juga berakhir di sini. Dalam video reka ulang kejadian tragedi tersebut, tampak memang pilot menurunkan ketinggian hingga 2150mdpl, padahal ketinggian gunung Salak1 mencapai 2211mdpl, padahal jelas ada awan hujan tebal di sekitar gunung. Seperti halnya atraksi pesawat-pesawat tempur yang masuk di antara dua punggungan gunung dan menghindari tebing-tebing gunung Eropa, seperti inilah tampaknya yang juga ingin dilakukannya di Gunung Salak. Hingga kini tragedi tersebut sungguh membuatku penasaran. Seceroboh itukah pilot dengan ribuan jam terbang menghadapi gunung yang tidak setinggi gunung-gunung di Eropa yang tertutup tertutup salju.
Setidaknya tiga kali kumencoba mencapai puncak Gunung Salak1 dan baru dua kali aku mencapainya, Alhamdulillah, pasti karena pertolongan-Nya. Yang pertama adalah saat aku masih bekerja di MediaTrack. Kubayar ongkos dua temanku Opik dan Pendi sebagai tasyakur gaji pertama. Kitapun gagal mencapainya karena keterbatasan waktu. Jam telah menunjukkan pukul 3sore. Kita masih tertahan di puncak Salak3 karena  hujan . Kitapun memutuskan turun setelah 8jam perjalanan. Duh sayangnya, padahal puncak Salak1 tinggal 2jam perjalanan lagi. Saat itu kita melewati jalur Cidahu. Jalur yang cukup panjang dibanding jalur Cimalati. Kitapun dengan berat hati kembali ke Jakarta, karena esok paginya aku harus kembali bekerja. Padahal aku telah menggunakan hak cutiku selama 2hari. Karena tidak diizinkan mendaki malam hari, waktu kitapun sangat terbatas. Tetapi jika diingat-ingat lagi saat itu, ada benarnya juga kita turun, karena kita tidak siap dengan membawa tenda. Tenda kita tinggal di warung persimpangan Kawah Ratu dan Puncak Salak1. Alhamdulillah.
Kesempatan kedua dan ketiga Alhamdulillah, aku dapat mencapainya. Kesempatan kedua mengikutsertakan Fikri teman kuliah di Tafsir Hadits UIN, Pendi, dan Opik. Alhamdulillah saat itu pendakian kita dibiayai oleh satu produk bernama Ranger. Sebuah produk tas dan perlengkapan alam bebas yang berlokasi di dekat rumah Fikri Sukatani Depok. Tugas kita adalah mengambil gambar pemandangan ekstrem gunung Salak dan produk yang kita pakai. Hasilnya, hampir semua gambar tidak bagus. Pemilik rumah produksi yang membiayai ekspedisi kitapun komplain.
“ Hehehe..,Fikri,Fikri  katanya sudah menguasai penggunaan kamera yang cukup bagus saat itu”, ternyata hasilnya, jauh dari yang diharapkan. Ya sudahlah, itu tanggung jawab kita bersama. Yang paling penting kita berhasil mencapai puncak Gunung Salak1 juga via Cidahu. Alhamdulillah, saat itu kita berhasil menghindar dari petugas dan menyelinap masuk jalur pendakian. Kitapun mendaki sejak malam hari dan mencapainya tengah hari esoknya.
Kesempatan ketiga. Waktu itu teman-teman Opik dari Politeknik Negeri UI tertantang menjajal trek gunung Salak.Doel, Pe’i dan ketiga teman lainnya termasuk aku pastinya memulai pendakian dari jalur resmi via Kawah Ratu. Tempat aku pernah tersesat  menuju Kawah Ratu. Saking penasarannya dengan lokasi itu memaksaku mendaki sendirian. Sementara Herman menunggu di bawah. Masyaallah, nekadnya. Na’udzubillah.

Lagi tentang kesempatan ketiga. Kali ini aku dan Opik sebagai guide mereka. Berangkat agak telat membuat kita berlama-lama di Kawah Ratu. Jam 11.00 baru kita lanjutkan lagi perjalanan menuju puncak. Dengan demikian kita harus siapkan mental menerobos hutan malam hari.

Hari semakin sore dan gelap. Semakin mencekam di sini dengan  hembusan angin dingin dan suara-suara alam. Belum juga kami mecapai puncak. Tetapi pelana puncak 3 dan 4 sudah terlampaui. Artinya paling lama 2jam lagi insyaallah kita akan sampai. Entah apa yang kupikirkan. Aku memutuskan mendahului mereka di tengah gelapnya waktu maghrib dan Isya. Pikirku jika aku sampai lebih dulu akan sangat meringankan mereka.
“Fi,Luthfi…,Luthfi!,woi  tungguin woi!”,
Jelas suara mereka terdengar oleh telingaku. Berkali-kali mereka memanggilku, dan aku tidak memedulikannya. Kuturuti ego untuk mencapainya lebih dulu dan mendirikan tenda. Agaknya hal itu sangat membantu meringankan beban mereka di tengah dinginnya puncak Salak1.
Alhamdulillah, akupun sampai di puncak. Segera kukeluarkan tenda dari carier dan coba mendirikannya. Tak lama mereka sampai. Segera mereka meluapkan kekecewaannya  padaku.
“Gimana sih fi, kita kan 1tim, egois banget,kan cuma lo yang hafal jalurnya!”
“kita pemula fi, kalo terjadi apa-apa lo mau tanggung jawab, gue sendiri belum pernah kemari”,
 suasana semakin panas, aku tidak dapat menjawab satupun komplain mereka. Jelas aku yang salah meninggalkan mereka di tengah gelap dan bahayanya trek gunung Salak apapun alasannya. Dan saat kumasih menyesali perbuatanku, satu bogem mentah mendarat di pipi kiriku. Segera teman-teman yang lain melerai.Pisau dan golok di sana makin membuat suasana mencekam. Bisa saja pemukulku menambahnya dengan tikaman saking marahnya padaku. Na’udzubillah min dzalik.
Setelah emosi kita agak reda,akupun mencoba meminta maaf dan menjelaskan alasanku meninggalkan mereka.
“maafin gue ya temen-temen, gue ngaku salah. Seharusnya kita emang harus sama-sama. Niat gue, cepet sampe, cepet dirikan tenda, cepat makan dan istirahat. Sekali lagi gue minta maaf ya!”
“ya udeh,kita maafin,tapi jangan diulang lagi ya!,hehehe…”,
Alhamdulillah,akhirnya gelak tawapun menghiasi malam Jum’at kita di puncak Gunung Salak1. Malam itu cukup menegangkan. Maklum, ini adalah pengalaman pertamaku camp di sana. Tak cukup nyaliku dirikan tenda dekat makam Eyang Gunung Salak yang terkubur damai di sana. Sekitar 100 meter dari sana kita dirikan tenda. Alhamdulillah, seingatku tak ada kejadian aneh-aneh malam itu. Saat pagi hari datang  barulah kita ziarah ke makam beliau setelah nikmati sunrise. Konon beliaulah yang menyebarkan ajaran Islam di sekitar lereng gunung Salak. Alhamdulillahirabbil’alamin. Alfatihah.

(Luthfi mulyadi,10April 2013)

Tidak ada komentar: