Selasa, 02 April 2013

siang hari di serambi masjid


 Siang hari di serambi Masjid

‘Woi, ngapain!” kucoba  sesantun mungkin menegurnya. Tanpa perasaan  dan ekspresi bersalah ia hanya menjawab “lagi iseng pak”. “Masyaallah”. Sudahlah ikhlaskan saja memang demikian keadaannya,hehehe. Teguran dari Walikelasnya hanya dijawab dengan kalimat yang pendek tanpa perasaan bersalah dan menyesal sama sekali, dan ia pun kembali menghisap rokoknya.
Eman dikenal sebagai aktifis kegiatan Masjid di bilangan Jakarta Selatan. Suaranya yang merdu saat membacakan salawat membuat banyak orang terlebih kaum hawa kagum padanya. Siang itu di pinggir masjid  tak jauh dari rumahnya, di tempat yang cukup tertutup ia terlihat melepas penatnya dengan menghisap rokok. Baru kali ini kudapati ia merokok di sana. Cukup berani ia memilih tempat, atau memang sudah biasa tempat itu dijadikan tempat melepas penat selain di kuburan oleh teman-temannya. Alhamdulillah, tanpa emosi cukup kutegur dia dengan santun tanpa memperpanjangnya lagi. Idealnya segera kupanggil dan adakan wawancara. Tetapi tak cukup waktuku tuk lakukan itu. Masih ada tugas lain yang jauh lebih mendesak saat itu. Sayang sekali jika ia mendapat layanan pendidikan yang cukup baik dari banyak pihak khususnya sekolah, aku yakin ia akan lebih berkembang dengan keaktifannya. So, saranku jangan pernah menyekolahkan anak-anak anda di sekolahnya Eman. Karena sampai sekarang sebagai ketua KKM, sekolahnya belum memiliki proses yang baik dalam menjalankan KBM. Semoga segera bertobat. Amin.
Tentang rokok
Pikirku rokok sudah sangat dekat dengan siapapun, kendati hal itu membawa dampak negatif bagi banyak orang. Diakui atau tidak sudah banyak fakta empirik yang membuktikan bahwa rokok mengakibatkan banyak sekali penyakit-penyakit berat.  Sebut saja kanker, jantung, paru-paru, ginjal dll. Yang menarik tentang rokok adalah Negara seliberal Amerika dengan Holliwoodnya tengah berusaha meminimalisir film dengan mempertontonkan perokok aktif dalam setiap adegannya. Ini baru modern.
  Emans Family
Segera kuingat-ingat kembali apakah banyak dari keluarganya yang merokok. Ternyata cukup banyak dari keluarganya yang merokok. Di sekolahpun tak beda. Banyak guru-guru yang ahli Hisap (perokok). Sehingga muncul pertanyaan di manakah tempat yang aman dan nyaman bagi anak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik?”, Adakah?, Dimana lagi jika bukan di sekolah. Dapat dikatakan bahwa sekolah adalah benteng terakhir tumbuh kembang anak dari ancaman destruktif yang terjadi di lingkungan kebanyakan.
 Semakin ringan pikiranku menerima kenyataan ini. Betapa sulit seorang anak dari keluarga perokok  kemudian tidak merokok. Terlebih usianya yang  belasan tahun adalah masa coba-coba.
Beban Eman Sebagai Remaja Modern
Di tengah kerasnya dorongan negatif untuk berbuat yang lebih jauh dan brutal Eman termasuk anak yang masih dapat dikontrol. Bersyukur ia tinggal di tengah masyarakat yang cukup religius. Jika tidak, habislah dia. Eman dan teman-teman remajanya yang lain sedang dihadapkan pada contoh-contoh yang sama sekali tidak ideal. Koruptor, pembohong, pendendam, pencaci, perokok, pemabuk, penjudi, pengedar narkoba, pelaku freesex, pornografi, anarkis  berada dekat sekali dengan mereka. Mereka sedang merindukan sosok yang dapat memberi teladan sepenuhnya. Hanya ada satu kekuatan yang dapat menjaga dan merubahnya menjadi anak soleh adalah kekuatan Allah swt. Kekuatan cinta-Nya teramat dahsyat dan dititipkan ke pada banyak orang. Orangtua, guru, sanak saudara, tetangga, teman sepermainan sekalipun dapat membimbingnya  ke jalan yang benar. Jika trilogy pendidikan(Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat) telah berperan dengan maksimal tinggallah kita berdoa dan tawakkal kepada-Nya. Semoga Eman dan kawan-kawan dapat menjadi hamba Allah swt yang soleh dan solehah.Amin
(Luthfi Mulyadi, Pancoran, 02 April 2013)

Tidak ada komentar: