Selasa, 07 April 2015

Gunung Sumbing 3340-3371mdpl

  


  Bismillahirrahmanirrahim. Tinggal tiga hari lagi sebelum berangkat,belum juga tiket terbeli untuk berangkat ke Minangkabau. Begitu banyak yang harus dipertimbangkan. Waktu berangkat dan pulang yang tidak melebihi 4hari agaknya suatu yang mustahil.

  Mati lampu di kala transaksi tiket pesawat semakin menegaskan bahwa Allah swt memang belum mengizinkan kakiku menapaki puncak tertinggi Kerinci 3805mdpl. Masih harus memantaskan diri lagi tuk sampai ke sana. Belum pantaslah seorang guru honor berpenghasilan di bawah (umr) /bulan memaksakan berangkat dengan budget minimal Rp.2000.000,-Aku yakin suatu saat nanti,entah kapan. Manusia berencana, Allah yang menakdirkan.

  Sebelum lupa, ada yang ingin aku sampaikan. Harus ada orang yang merelakan waktunya bersama generasi muda mendaki ke puncak gunung-gunung nusantara. 

Alam adalah media yang tepat untuk menjalin komunikasi yang baik antara yang muda dan yang tua. Anak muda bosan dengan pembelajaran klasikal di sekolah, di musholla atau di masjid yang hanya mengisi kognisi.

 Menambah tahu bukan bisa. Sebuah perjalanan akan menguji kebisaan mereka bertayammum dan salat dimanapun kapanpun. Sudah sepantasnya mereka mendapat pengalaman yang menantang dan pembelajaran berarti dari alam. 

  Pendakian bukan semata-mata wisata alam menghambur-hamburkan uang seperti sebagian orang pikirkan.Dalam sebuah pendakian ada pembelajaran perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, kerjasama tim, kepedulian, pengorbanan, kegigihan, kesyukuran, kedekatan berserah diri pada  Allah swt ketika diberi cuaca yang mengancam jiwa dan masih banyak lagi pembelajaran yang tidak diberikan di dalam kelas, musholla dan masjid.

  Pendakian di umur 34thn ini terasa berbeda. Sedikit demi sedikit Allah mengabulkan doaku untuk pensiun dari kegiatan yang kucintai ini karena permintaan dari beberapa pihak. Sudah kubuktikan aku bisa membagi waktu untuk keluarga,masyarakat dan tugas pokokku sebagai guru. 

  Inginku berperan lebih dari sekedar guru di kelas. Guru di manapun kapanpun melayani remaja-remaja khususnya yang kian jauh dari bimbingan. Itulah yang kusebut pengorbanan. Tak melulu masalah uang yang harus kuterima perjamnya setelah bekerja.

  Kamis,02 April 2015,14.00wib kutinggalkan madrasah dengan gelisah setelah berikan sanksi cukup berat pada anggota kelas84 akibat lebih dari 3pertemuan tak setor hafalan. Hilang hp di kelas83 menambah beban keberangkatan.Melanggar aturan membawa hp adalah argumentasi kuat jika masalah akan diperpanjang. Siap bawa hp siap kehilangan.Itu saja logikanya.

  Meluncur aku menuju pasar Minggu tempat pemberangkatan bus Sinar Jaya, berharap masih ada tiket yang menjadi bagianku. Dua tiket tersisa untuk keberangkatan pukul 16.00, tak jadi aku membelinya karena masih banyak yang harus kupersiapkan.

 Kembali kerumah, siapkan pakaian,tenda,jas hujan dll. Mencuci pakaian serta menjemurnya buktikan aku adalah suami yang baik tak lupa aku lakoni.

  Hujan besar menghiasi siang  beranjak sore. Tuntaskan menjemur sambil nonton tv. Kuyakinkan aku harus berangkat sore ini atau puasa mendaki selama dua tahun menunggu jagoanku Izzi lahir dan tumbuh berkembang. Usia 0-2tahun tekadku bersama istri melayani jagoanku Izzi sepenuh hati siaga selalu.

  Pukul 17.15, Bismillahirrahmanirrahim, aku berangkat meninggalkan rumah.Lalu lintas macet parah  di perempatan tugu Pancoran sore itu. Aku putuskan berjalan kaki dari Al-Munawwar menuju tebet. Azan berkumandang kulangkahkan kaki ke Masjid belakang RS Tebet. Perut lapar memaksaku makan dahulu kemudian salat. Jama' Maghrib dengan Isya.

  Selesai salat kembali melangkah menuju samping RS.Tebet menunggu bus jurusan Pulo Gadung. Sempat tergoda dengan kedatangan bus jurusan Kampung Rambutan lalu ke Papandayan bersama teman-teman yang bersama menunggu bus. Tapi kuyakinkan rencanaku sudah bulat ke Gn. Sumbing meski sendiri.

  Lalulintas masih sangat macet memaksaku naik bus turun di UKI lalu naik 2 angkot lagi sampai di Pulo Gadung.Pukul 21.00 sampai di Pulo Gadung. Ratusan calon penumpang berebut masuk bus yang tinggal1 menuju Purwokerto.Hujan menghiasi kebosananku menunggu bus yang datang. 

  Beberapa bus datang dan pergi begitu saja karena memang tidak sesuai jurusan tak mendapat penumpang. Beberapa bus datang sesuai jurusan berhenti mematikan mesin menunggu pagi.

  Akhirnya pukul 23.00 bus Eksekutif Sinar Jaya dan DMI jurusan Purwokerto masuk terminal. Alhamdulillah supir kedua bus tersebut mau dibujuk untuk mengangkut kami ke Purwokerto meski letih baru sampai. Riskan sebenarnya memaksakan. Dengan pengalaman banyaknya jam terbang sang supirpun menerima dengan tambahan fee.

  Alhamdulillah, senangnya dapat berada di bus eksekutif Sinar Jaya. Nyaman sekali berada di dalamnya sebagai salah seorang buslovers.Singkatnya bus tiba di Purwokerto pukul 13.00. Kami sambung (lupa aku menyebutkan kenalan baru ketemu di Pulo Gadung namanya Solehuddin dipanggil Bule, jauh bgt ya) dengan bus menuju Semarang yang lewat desa Garung Gunung Sumbing. 

  Sampai di sana pukul 17.30 kami diguyur hujan deras. Bang Bule dan rekan-rekan pendaki lainnya yang sudah banyak pengalaman agaknya tak risau dengan keadaan tersebut.

  Di Masjid pintu masuk desa kami jumpai para pendaki dari Jogja. Salat Asar dan Zuhur lalu membeli logistik meminjam motor pendaki dari Jogja. Alhamdulillah percaya dan baik sekali mereka. Padahal jika niat kami jahat bisa saja motor itu kami bawa kabur.

  Selesai membeli logistik, segera kami menuju Base Camp pendakian Gunung Sumbing. Di sana telah berkumpul puluhan orang yang akan mendaki dan telah turun. Ratusan motor terparkir di sekitarnya menandakan betapa favoritnya Gn. Sumbing. Sayang saat di atas begitu banyak vandalisme berupa coret-coretan pendaki yang tidak bertanggung jawab.

  Pesan nasi goreng, teh manis panas tuk obati lapar yang kami rasakan sejak tadi.Wuenak tenan nasi goreng Base Camp Sumbing. Pesan lagi nasi putih dan telor dadar buat perjalanan malam ini. Hujan masih mengguyur di luar sana.Selepas Isya Alhamdulillah hujan mereda. Salat Isya dan maghrib wajib kami lakoni.

  Setelah doa kamipun berangkat menuju pos1 3km dari basecamp. Penawaran ojeg Rp.25.000,-kami tolak karena budget yang tak cukup. Benar saja kata para penjaga base, perlu dua jam setengah menuju pos 1 yang di dominasi oleh tanjakan panjang dan batu yang telah tersusun rapih. Batu-batu tersebut sangat tidak nyaman menyapa kaki-kaki kami di banding tanah ataupun rumput dan akar yang lebih lembut menyangga.

  Perjalanan dari basecamp ke pos1 merupakan salah satu perjalanan terberat di jalur Sumbing. Pukul 22.00 tiba kami di pos1 Malim. Hujan angin masih mengguyur para pendaki yang melintas. Lapar menyerang kamipun membuka bekal nasi telur dadar di pos1.

  Pos2 Genus, terlampaui kami menatap pos3 SeduplakRoto. Belum sampai ke sana waktu dan stamina agaknya sudah tidak memungkinkan. Setelah tanjakan tanah liat dan rumput itu kami menyerah lalu mendirikan tenda. Jam menunjukkan pukul 02.00 Sabtu 04April2015.

  Masak air, seduh jahe, masak mie, minum vitamin lalu istirahat. Berharap besok besok pagi cerah. Tak lupa pasang alarm pada pukul 05.00 Bismikallahumma Ahya Wa Amuut.

  Alarm tak mampu bangunkan kami tepat waktu.05.30 salat subuh masak air sedu jahe siapkan tuk Summit Attack. Pukul 06.15 kami berangkat. 

Lampaui pos3 Seduplak Roto, pos4 Pestan, Pasar Watu, memipir tebing cadas nan cantik di hiasi edelweis dan cantigi bagai lukisan cat air. 

  Seperti bermimpi berada di sini dengan guyuran sinar matahari yang hangat. Di kejauhan sebelah Utara Gunung Sindoro berdiri tegak memamerkan tubuhnya yang atletis.

Subhanallah, Alhamdulillah. Kau izinkan hambamu berada di tempat ini Ya Allah.






















Sekarang kami berada di Pos5Watu Kotak. Pukul 10.00 Sebuah camp yang memuat beberapa tenda yang cukup aman dari terpaan angin karena tertutup tebing dan batu besar. Di sana juga terdapat beberapa gua kecil. 

  Jalur dari Pasar Watu ke Watu Kotak banyak di aliri oleh air yang keluar dari tebing-tebing tinggi nan cantik mengaliri jalur batu dan rumput. Beberapa kali batu-batu besar basah juga harus kami panjat. Subhanallah air yang keluar dari beberapa tebing dan batu menambah indahnya lokasi ini.

  Lampaui Pos 6Tanah Putih lalu pkul 11.00 menggapai puncak Gunung Sumbing 3340-3371mdpl. 

Alhamdulillah. Bersama Menwa Semarang bersama teman-teman dari Bandung dll. 

  Tak lama karena kabut sudah mulai turun kami langsung turun. Lampaui Tanah Putihpos6, Watu Kotak pos5,Pasar Watu, Pestan pos4,Seduplak Roto Pos3.  Di pos 3 kawan kawan dari pasar minggu yang baru istirahat berbagi teh manis panasnya.Subhanallah, Alhamdulillah energi terbarukan setelah meneguknya. Terimakasih kawan,semoga kalian dan kita semua dimudahkan masuk surga doaku,hehe..

  Sampai camp masak air, sedu teh, masak mie, bongkar tenda, packing, berdoa dan turun. Surprise sekaligus bangga sebelum pos2 bertemu Ulfah, adik sobatku yang sering antarku mendaki dulu. 

"Sobat, penerus kita adik perempuanmu"

  Sempat foto-foto bareng disana, segera kami lanjutkan turun gunung. Lampaui Genus pos2, Pos1Malim. Di sana sejenak istirahat. Jam menunjukkan pukul 16.00. Bergerak kita menuntaskan pendakian ke Basecam. 

Pukul 18.00 sampailah kita di Basecamp. Alhamdulillah.

  Terimakasih buat semua yang telah membantu terlaksananya pendakian ini. Terimakasih buat para penyumbang foto-foto indah di tulisan ini. Jujur tidak semua foto-foto adalah hasil capture penulis karena memang belum ada rezeki tuk membeli kamera memadai di samping kabut yang menghiasi perjalanan dari pasar watu sampai puncak.

  At least Alhamdulillahirabbil'alamin. Allah swt Yang Maha Pelindung telah melindungiku dari awal hingga akhir perjalanan, di mana pada saat bersamaan seorang pendaki gunung Sindoro dinyatakan hilang hingga gunung Sindoro ditutup untuk pendakian. Alhamdulillahirabbil'alamin.




Tidak ada komentar: