Selasa, 24 Maret 2015

pak guru juga pacaran kan?



"Susi!"

  Tegur pak guru saat sedang bermesraan di dalam kelas dengan pacarnya. Di kepalanya penuh kekhawatiran generasi selanjutnya akan menjadi Lost generation- yang hobi free love, free sex ujung-ujungnya MADESU (Masa Depan Suram)

  Yakin sekali ia pacaran berdampak negatif pada siswa/inya. Di saat remaja-remaja berprestasi lainnya sibuk mempersiapkan diri menyambut era persaingan yang semakin berat dengan segudang kegiatan positif pendukung karir, siswa/inya malah sibuk pacaran tanpa pernah menunjukkan progress yang signifikan dalam belajar.

"Alaaaah, kayak gak pernah muda aja pak, emang bapak gak pernah pacaran?, pernah kan?, emang pegang tangan?,gak pernah pelukan?,gak pernah ciuman?"

  Belum lagi pak guru menjawab pertanyaan lain telah memberondongnya. Bingung sekali menjawab pertanyaan ini. Menjawab pertanyaan dari pasangan yang terlanjur merasakan nikmat yang belum seharusnya dirasakan (sex oriented). 

  Buta mata hati takkan dapat melihat kebenaran akibat terlalu banyak dosa ditabungnya. Pak guru juga bingung haruskah jujur ia pun pernah pacaran saat kuliah dulu.

  Pak guru masih sibuk membuat perbedaan antara ia dan pasangan tersebut di otaknya. Baginya pacarannya tetap berbeda meski sama-sama menggunakan hasrat. 

  Beda umur, beda kesiapan, beda tanggungan. Jika pacaran waktu kuliah, tak begitu lama lah waktu menunggu hingga menikah dibanding anak smp yang telah terlanjur membuncah hasratnya dan bingung mencari penyaluran. Berapa tahun lamanya  ia harus ia tanggung hasrat yang mendesak hingga menikah nanti. Bukankah sebuah Mission Imposible?

   Pak guru masih terus berpikir. Baginya saat SMP adalah usia emas bertumbuh dan berkembang. Seakan membuktikan ia cukup bekerja keras melahap rumus-rumus fisika saat  SMP dan SMA. Atas kerja keras ini, ia berikan kesempatan dirinya saat kuliah merasakan pacaran. Jadilah ia guru fisika seperti sekarang ini.

"Berakit-rakit ke hulu berenang renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian".

Pak guru menjawab dengan peribahasa yang telah belasan tahun tak diajarkan guru Bahasa Indonesia.

"Duh, bapak gak usah mengalihkan pembicaraan deh, bapak pernah kan pacaran?"

"Ya, pernah sih, waktu kuliah"

Dengan nada inferior akhirnya pak gurupun mengaku. Bendera putih ia kibarkan di hidungnya, lalu kembali merancang strategi lain untuk menjawab pertanyaan siswinya dengan memuaskan.

"Ya, sama dong pacaran juga namanya, pegang tangan, pelukan dan ciuman kan?"

  Kali ini lebih spesifik melucuti satu persatu seragam kebesaran seorang guru. Ingin sekali ia menelanjangi guru yang ia anggap munafik di hadapan teman-teman.

"Waduh, sus, kalo pertanyaan itu tak etis di jawab"

"Udahlah, jawab aja, jangan-jangan pak guru malah lebih parah dibanding kita?,haha.."

  Susulnya, merasa di atas angin. Pak guru semakin tersudut. Harga dirinya bagai telur di atas tanduk. Begitu berbedanya tatakrama siswa/i yang dihadapinya dibanding saat ia sekolah dulu. Ia dituntut cepat dan cerdas menjawab tantangan seperti ini.

  Bagi para siswa berkasus semua orang tua dan guru pastilah juga pernah berbuat tak senonoh di kala muda dulu lalu berubah drastis pasca menikah.

" Kalo sama apa untung dan ruginya buat kamu?"

Pak guru sekarang angkat bicara.

"Jika bapak sama dengan kalian bahkan lebih parah lihatlah bapak kini. Banyakkah yang bisa bapak banggakan di hadapan kalian seperti halnya teman-teman bapak yang telah menjadi orang-oramg penting di sana?, Bapak hanyalah seorang guru yang biasa-biasa saja karena berjuang biasa-biasa saja saat kuliah dan memutuskan pacaran padahal perjuangan belum usai"

  "Terakhir bapak ingin terus mengajak -Mari lakukan sesuatu yang berbeda agar mendapat hasil yang berbeda. Orang bodoh adalah orang yang mengharap hasil yang berbeda dengan melakukan hal yang sama".

  Pak guru pun segera meninggalkan pasangan tersebut. Keduanya diam entah paham atau tidak dengan kalimat terakhir yang dikatakan pak guru. Kelaspun kembali riuh menyambut kekalahan pak guru dan kemenangan temannya menurut mereka.


Tidak ada komentar: