Senin, 11 November 2019

"Selamat tinggal Mae!"




Mae. Maemunah lengkapnya. Nama itu terdengar kampungan. Ya, kampungan sekali. Emosiku membuat aku lupa istri Nabiyullah Muhammad saw pun bernama indah Maemunah binti Harits. Astaghfirullahal'azhiim.



"Jika kamu minta keadilan, keadilan hanya ada di akhirat nanti!"

Jawabku padanya saat itu. Dasar anak-anak. Merepotkan saja. Cukup bosan aku menangani urusan mereka yang tak penting. Memperebutkan sapu seharusnya bukan masalah penting. Seharusnya mereka bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri. Mereka kelas VIII sekarang. Bukan lagi kelas V sekolah dasar yang mungkin masih wajar jika berebut sapu atau benda lainnya.

***
"Kak kok Blognya belum lanjut sih?,saya nunggu lohhh,hehehehe...."

Entah siapa tiba-tiba saja ada seorang yang kirim pesan lewat instagram. Langsung saja aku cek siapakah gerangan pengirimnya. Ternyata Mae adik kelasku yang pernah membuatku emosi.

"Masyaallah, kamu baca blog saya?,saya males nerusin Mae,saya pikir pada gak suka sama gaya tulisan saya.Jadul. Basi. Pasti anak-anak millenial kaya kamu gak suka. Di media online pasti udeh banyak wattpad yang keren-keren gitu kan.Saya juga lagi sibuk dengan tugas kuliah. Sebenernya masih pengen nulis. Tks ya. Saya jadi semangat nulis lagi kalo kamu bilang gini, Ahay..."

Spontan aku balas cukup panjang chatnya. Lebih dari lima bulan aku memang tak kunjung mulai menulis blog. Seperti jawabanku di atas. Aku merasa tulisanku tidak disukai para pembaca. Aku mulai berpikir untuk menceritakan hal yang berbeda. Guru senior yang mengetahui aku menulis cerpenpun pernah berkomentar, bisaku hanya menulis roman picisan.

"Ih kak, malah saya suka. Saya lebih suka baca blog kakak dari pada wattpad. Cerita kakak tuh makin scrool kebawah makin penasaran"

Mae meneruskan komentarnya. Sekali lagi, seharusnya aku tidak mudah geer. Tapi bagaimana tidak geer. Mae semakin cantik dan manis sekarang. Astaghirullahal'azhiim. Mudah sekali rasa itu tumbuh dan berkembang. Jika dipikirkan bisa menambah beban pikiran. Tak habis-habisnya aku pikirkan.  

"Puncak gunung Salak2 ituloh kak. Saya jatuh cinta kak sama ceritanya.
Bener-bener saya merinding membacanya"

Tanggung banget sih pake bilang jatuh cinta sama ceritanya, kenapa gak sama saya gitu jatuh cintanya. Fantasiku mulai terbang ke angkasa. Menengok kembali tulisanku tentang gunung salak2.Terhitung dengan jari pembaca-pembaca yang sempat mengomentari tulisanku.

Ada yang berkomentar, keren kalo dibuatkan film. Doakan saja jawabku. Semoga ada produser mabok yang melirik ceritaku,hehehe. Belum lagi kepastian difilmkan, ada juga yang request menjadi pemain dalam film ini. Alhamdulillah, aku terhibur dengan hal ini.

*** 
 Ampun deh.Ini bener Mae bukan sih?,Jangan-jangan ini jebakan. Aku liat lagi foto postingannya. Masyaallah manisnya. Flashback beberapa tahun lalu ketika beberapa siswi melambaikan tangan dengan mesranya. 

Mae sempat lambaikan tangan dengan malu-malu. Duh manjanya kau saat itu. Fantasiku kembali terbang ke punggungan Salak2 yang gelap gulita dengan jutaan bintang di atasnya. Ingin rasanya  menikmati bintang jatuh di Surya Kencana dengan ia disampingku.

Aku masih bersih keras dengan argumenku. Jika rasa cinta itu tumbuh, aku tidak mau seorang diri disalahkan. Jika ia tumbuh, pasti ada yang menumbuhkan. Bisa jadi ini adalah respon yang wajar dari seorang laki-laki normal yang mempunyai impian yang indah menikmati banyak cinta layaknya Bung Karno ataupun Chairil Anwar sebagai pujangga. 

Dari beberapa perbicanganku dengan teman-teman, 7 dari 10 laki-laki mempunyai fantasi yang sama. Buktinya diskusi tentang poligami sering digelar dengan cukup antusias.

Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan masih membuatku penasaran. 1 : 5 bahkan 1:7, setujukah kita dengan jumlah laki-laki yang sangat sedikit, ada banyak perempuan yang sampai akhir hayatnya hidup sendiri tanpa pasangan. Inikah yang dimaksud harus menerima taqdir baik dan buruk dalam rukun Iman?

***
Aku sangat menikmati chatku dengan Mae. Tak lupa kusyukuri Alhamdulillah. Dalam sadar kulanjutkan chat dengannya.

"Mae, emang kamu gak takut kalo nanti temen-temen bicarakan kita?,
gimana kalo mereka pikir kita punya hubungan?, Hayoooo!!"

Entah apa yang kulakukan dalam chat ini. Bisa jadi hal yang sangat bodoh yang membuat Mae ketakutan dengan pertanyaanku. Kenyamanan itu seakan harus segera kuakhiri. Bisa jadi Mae makin percaya dengan omongan teman-teman dulu bahwa aku adalah orang yang paling modus. Ada harapan agar Mae takut dan tak lagi memperpanjang chat ini. Aku sadar benar bahwa aku sangat mudah jatuh cinta.

"Enggak, saya gak takut. Saya takut sama Allah swt. Hubungan kita antara adik dan kakak kan"

Demikian lugu jawabannya. Dalam hati berbisik, jika ada orang yang perlu kamu waspadai, orang itu adalah aku Mae. Teman-temanmu benar. Aku adalah orang yang sangat perlu diwaspadai.

"Btw, tks ya. saya senang banget bisa chat sama kamu. Saya jadi curhat deh,hehehe"

Dan setelah chat terakhir itu. Mae tak kunjung menjawabku. Alhamdulillah. Selamat tinggal Mae.

***
Allah Maha Kuasa menghinakan orang yang Ia kehendaki. Allah pun Maha Kuasa memuliakan orang yang Ia kehendaki. Kejadian satu tahun ini pasti ada hikmahnya. Akupun tengah memikirkannya. Menjadi orang yang terhina/direndahkan  memaksa  kita juga harus rendah hati dan bisa menerima kekurangan orang lain. 

Kita diminta untuk menerima orang yang mencoba memperbaiki diri meski telah berbuat dosa besar karena Allah swt pun Maha Mengampuni sebesar apapun dosa hamba-Nya.  Selalu ada kesempatan untuk bertobat. Selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri.Allahu Akbar. 

***
Malam Jumat yang penuh berkah tiba. Ayat-ayat Al-Quran dilantunkan. Solawat didendangkan. Indah sekali terdengar bagi sang pemilik hati-hati yang bersih. Alhamdulillah. Hilir mudik jalan-jalan di kota tak kalah meriahnya malam itu. 

Malam Jumat layaknya malam Minggu yang panjang bagi banyak pemuda pemudi yang dimabuk asmara. Beberapa pasangan remaja berboncengan tanpa risih berpeluk mesra lalui masjid musholla penuh gelak tawa bangga. Kontras sekali.

"Sunnah Nabi, Sunnah Nabi, hahahahaha!"

Kilah mereka terkesan lecehkan agama. Astaghfirullahal'azhiiim. Ampuni dosa hamba Ya Allah. Mereka yang maksiat kini bisa jadi akan bertaubat nasuha dan diterima Allah swt. Aku yang taat kini bisa jadi maksiat nantinya tanpa kepastian taubatku diterima.Hidup penuh memang misteri.

Dalam kegalauan itu aku melihat sesosok indah yang seakan aku kenal. Senyumnya seakan palsu menikmati sentuhan demi sentuhan dari pacarnya. Ya, aku kenal kamu. Mae?, kaukah itu.tanyaku dalam hati. Segera doa dan pikiran positif kubunyikan. Untukmu Mae. Untukmu.

 Segera pasangan itu meninggalkan tempatku berdiri. Itu terakhir kalinya aku liat Mae dengan senyuman palsu bersama pacarnya.Ia sempat melirik ke arahku dan memalingkan pandangan. Mata ini  kemudian mengikuti ke arah mereka pergi hingga tak terlihat lagi. Sekali lagi kudoakan yang terbaik untukmu Mae.

Malam itu tak lagi indah kurasakan. Meski lantunan salawat dan ayat-ayat Alquran terdengar dari masjid dan musholla. Betapa lemahnya aku yang tak bergeming. Sesuaikah ini dengan ayat-ayat Alquran dan hadits yang aku pelajari. Inikah sikap seorang muslim yang diminta oleh Allah swt dan Rasul-Nya melihat saudaranya terancam masadepannya?

Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Aku masih saja terjaga dan tak tenang. Aku khawatirkan kamu Mae. Kamu dimana?,Kamu....?,firasat laki-laki yang tak bisa dibohongi. Seorang lelaki bisa tau apa yang terjadi pagi hari itu. Mata memerah menahan kantuk dan pikiran yang kalut. Memikirkan Mae seorang yang ia sayangi. Subuh pun memanggil ia kembali.

***

Seminggu berlalu. Tak kunjung didapatkan kabar tentangmu. Kamu dimana Mae?. Kekhawatiranku bertambah sejak malam itu melihatnya bermesra dengan pacarnya. Celakanya tidak cuma Mae yang terlibat. Beberapa temannya pun  berprilaku yang sama dengan pacarnya. Haruskah aku bahagia melihat kebahagiaannya?

Malam Jumat yang penuh berkah kembali datang. Alhamdulillah. Aku berharap dapat melihatmu kembali meski dengan orang lain Mae. Meski tak tenang hati ini. Malam Jumat ini ternyata berbeda. Konvoi pasangan mesra tak lagi kulihat. Kemana mereka?,Adakah sesuatu yang telah terjadi?.

Hati ini berdegup kencang. Firasat tak baik segera menyelinap ke dalam pikiran. Ada apa denganmu Mae?. Doa terbaikku segera kubacakan. Mata yang lelah ini segera tertutup seakan digelayuti beban. Ada sesuatu yang memaksa malam ini aku segera memejamkan mata.


"Kak Raffi, Kak Raffi, Kak Raffi!"

ada seorang yang berbisik memanggilku dalam mimpi. Setengah sadar aku terjaga.

"Siapa,  siapa itu?"

,tanyaku sambil merasakan dag dig dug di hatiku.


"Kak Raffi, Kak Raffi, Kak Raffi!Huhuhuhuhu", 

Hanya tangis yang kudengar tanpa jawaban apapun.Hati ini semakin berdegup keras.Badan gemetar.
suaranya lirih  menangis tersedu. Siapa gerangan memanggilku lirih.


"huhuhuuhuuuhu,Kak Raffi,Kak Raffi",

Tangisan itu semakin jelas terdengar. Baru kali ini aku mendengar suara lembut menangis lirih di dalam kamarku. Tangisannya mengirimkan pesan penyesalan yang teramat besar. Sedih sekali. Aku kembali mengingat-ingat dengan perasaan takut. Aku pernah mendengar suara ini. 

Sesosok wanita kemudian perlahan muncul di pojok kamarku sambil menutupi wajahnya seakan menahan malu.


"Astaghfirullahal'azhiim, siapa, kamu siapa?"

Kembali kutanya ia dengan penuh ketakutan. Ia pun ta bergeming. Tak menjawab sepatah katapun. Entah apa yang aku dan ia rasakan saat itu. Aku merasa kenal sekali dengan sosok di pojok kamarku.

 Tiba-tiba teringat aku dengan sosok Mae yang kurindukan.Tak selangkahpun aku berani maju menghampiri begitu juga dengan ia. Jika benar ia adalah Mae,  aku ingin sekali mendekatinya.

Jantung ini masih berdegup kencang. Siapa sesungguhnya sosok di pojok kamarku. Bismillahirrahmanirrahim aku beranikan kembali memulai bertanya.
"Mae,kamu kah itu Mae?"

Aku ulangi lagi pertanyaanku saking penasarannya. Sosok yang aku temui di gunung Salak2 jelas berbeda dengan sosok ini. Ia seakan mengirimkan sinyal dan aura damai sekali di hati ini. Untuk kesekian kali hati ini berdebar. Seakan hatiku dan hatinya pernah menyatu. Aku semakin yakin bahwa aku pernah mengenal sosok itu.


"Mae, kamu kah itu?"

Beberapa saat kemudian ia menganggukkan kepalanya.Ya, ia Mae.Pertanyaannya apa yang terjadi padanya?. Kenapa ia datang di tengah malam yang sepi seperti ini dalam keadaan menangis. Seperti ada yang penting ingin disampaikan.


"Maafkan aku kak Raffi, Aku sayang kakak!"

Terkejut sekali aku mendengarnya. Aku memberanikan  diri maju perlahan. Aku sangat ingin mendekatinya.

"Maeeeeeee!"

"Selamat tinggal kak!"

Ia pun menghilang ditelan gelapnya malam.Aku juga sayang kamu Mae.Sebaris doa kembali kukirimkan untuknya. Alfatihah.

Jumat pagi.Terdengar kasak kusuk tetangga di kelurahan tetangga. Telah ditemukan jasad seorang gadis terbujur kaku di dalam kosan pria. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun.Semoga Allah mengampuni dosa kita semua.Aamiin.Selamat tinggal Mae.























Tidak ada komentar: