Kamis, 06 Maret 2014

ketika kita bersalah (khilaf)



Ketika Kita Bersalah (Khilaf)

كلّ بني أدم خطّائون و خير خطّائين التّوّبون
   Setiap anak cucu Adam melakukan kesalahan dan sebaik-baiknya pelaku kesalahan adalah orang yang bertaubat (berusaha kembali ke jalan yang benar)

   Bersalah/khilaf – melakukan kesalahan pasti pernah dilakukan semua orang tanpa terkecuali. Nabi Adam AS dikeluarkan dari surga Allah swt karena melakukan kesalahan, memakan buah khuldi yang dilarang oleh Allah swt. 

   Doa permohonan ampun Nabi Adam diabadikan dalam Al-Qur’an :

ربّنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لكوننّا من الخاسرين
“Ya Allah  Yang Maha Menjaga kami. Kami telah  menzalimi diri kami, jika engkau tidak ampuni dan kasihi kami pastilah kami jadi orang-orang yang merugi”.

   Jika Nabi Adam AS saja pernah melakukan kesalahan, terlebih kita manusia biasa. Masalahnya kemudian adalah setan musuh manusia sesungguhnya tidak akan tinggal diam melihat orang-orang yang mencoba bertaubat (kembali ke jalan yang benar). Sebisa mungkin setan kembali membisikkan dan terus merayu orang tesebut untuk terus menerus melakukan dosa.

  Setan akan katakan:
   “Sudahlah, terlanjur anda berbuat dosa, terlanjur banyak orang yang tahu dan menilai anda buruk, kenapa tak kau lanjutkan. Lanjutkan saja. Bejad-bejad sekalian, toh Allah swt Maha Pengampun. Sekali lagi, mereka terlajur menilai anda buruk buat apa kemudian kembali berusaha menjadi orang-orang baik yang nantinya pasti  kembali akan berbuat dosa. Mereka tidak akan menerimamu kembali sebagai orang baik. Sudahlah, lanjutkan saja”

   Siapa yang tidak bingung mendengar bisikan seperti ini?. 
Tiap orang memiliki setan penggoda yang berbeda-beda sesuai keimanannya. Semakin baik keimanannya semakin mahir setan yang menggodanya. Semoga kita semua dilindungi Allah swt dari godaannya. Amin.

   Kembali lagi pada istilah “khilaf”. Khilaf berbeda dengan terus menerus mengikuti hawa nafsu-melakukan kesalahan . Dalam kutipan ayat Al-Qur’an disebutkan : 

يصرّون على الحنث العظيم
“Mereka terus menerus melakukan dosa-dosa besar.”

    Orang yang khilaf terus belajar meminimalisir kesalahan-kesalahannya. Sesekali ia berbuat kesalahan segera ia bertaubat. Pastilah beda dengan orang yang terus-menerus berbuat terlebih dosa besar seperti diterangkan dalam potongan ayat Al-Qur’an di atas. Orang yang khilaf segera memperbaiki hubungannya dengan orang yang pernah disakitinya/dikecewakannya dan memperbanyak amalan-amalan baik sesuai anjuran Rasulullah saw,

dalam potongan suatu hadits sahih :

وأتبع السّيّئة الحسنة تمحوها وخالق النّاس بخلق حسنٍ
“Hapuslah keburukan dengan kebaikan, dan bergaullah dengan orang lain dengan akhlak yang baik. “

   Subhanallah demikian Rasulullah mengajarkan. Bukan malah setuju dengan setan karena terlanjur bersalah, terlanjur malu diketahui banyak orang kemudian meneruskan dosa-dosanya. Yang demikian disebut putus asa dari Rahmat Allah swt, dan Allah melarang hal tersebut. Dalam satu potongan ayat Al-Qur’an disebutkan :
لا تقنطوا من رحمة الله.....
“Janganlah kamu sekalian putus asa dari Rahmat Allah swt. Allah Maha Luas Ampunannya”.

   Terakhir, bagaimanapun kita tak boleh lari dari masalah. Lari dari masalah berarti pengecut, sebaliknya menghadapi dan mencari solusi adalah sang pemberani. Merasa malu karena bersalah , tidak lagi disukai adalah suatu yang resiko sangat wajar, Allah Yang Maha Mulia Yang Maha Tinggi sangat mudah mengangkat harga diri kita kembali meski pernah jatuh di lembah nista sekalipun.  Allah swt ingin memberikan suatu pelajaran yang berarti bagi kita. Amin

Tidak ada komentar: