Kamis, 05 Maret 2015

fools love

Fools love
sebuah cerpen


"bapak puas dengan semua ini?"

  tanyanya sambil sesegukan menahan tangis dan letih. Tangan dan kakinya terikat di salah satu tiang di sebuah bangunan tua tak berpenguni di pinggiran kota.

"Harusnya gue yang  tanya, puas lo bikin malu gue di depan temen-temen lo?, gue dilecehkan bahkan diludahi teman-teman dengan kesalahan sepele yang harusnya bisa lo maafin".

  Tangannya memegang pisau lipat kecil dan korek api terlihat tengah mempersiapkan api unggun untuk mengusir dingin yang akan datang. Gurat di wajahnya terlihat ambigu. Suatu balas dendam, benci,atau rindu. Jarang sekali ia berkata kasar seperti itu. Ia dikenal santun pada siapapun sampai akhirnya ada orang yang mempermalukannya.

"Hal ini sudah selesai pak, bapak mau apa lagi dengan saya?"

"buat lo selesai, buat gue belum. Bodoh banget sih lo yang buka-buka aib lo sendiri. gue gak kan pernah lupa ini seumur hidup, dan lo harus bayar semuanya?"

nada tinggi itu kembali terdengar dekat sekali dari telinganya.

"saya harus apa paaaak?"

setengah putus asa kembali terdengar tangis darinya yang  sangat letih.Wajah cantiknya kian lusuh tertutup debu dan asap api unggun. 

"Brak"

  Bapak itupun kembali membanting balok kayu sebagai luapan emosi. Ia ingin emosinya segera terlampiaskan, tetapi bingung bagaimana. Ia sadar yang ia lakukan kini adalah suatu perbuatan kriminal.

"Fyuh...",

 ia coba kembali menenangkan diri berharap  menemukan ide untuk mengakhiri ini semua dengan baik.Nama baiknya telah hancur di mata banyak orang sebagai pendidik khususnya. Entah perlu berapa tahun  untuk mengembalikannya, bangkit menjadi sosok yang dapat diterima masyarakat.
Sejak terusirnya ia dari sekolah, ia mengasingkan diri di kota lain yang tak jauh dari sekolah. Kini ia kembali untuk satu alasan.

"Gue mau denger langsung dari lo, lo sempat suka kan sama gue?, 
kalo gak, terus kenapa lo gak bilang gue kurang ngajar pada saat itu juga?,
 kenapa lo gak berontak ngelawan dan teriak?,
lo suka kan? 
 semua telah terlanjur basah, terlanjur kriminal.Gue dah cacat di mata semua orang. Guru yang cabul,hah.Karir gue dah hancur, Lo seneng dengernya?

  Ia diam seribu basa. Tangis kembali menggelegar.Teringat ia  dulu pernah menarik perhatian banyak laki-laki termasuk beberapa gurunya dengan terlalu manja kepada banyak pria.   

  Ya, Febra,wajah cantiknya banyak menawan hati banyak pria. Hanya laki-laki yang berselera rendah saja yang tak suka padanya.

"sekarang gue pengen lo akuin kesalahan lo, dan akuin aja lo suka sama gue, setidaknya pernah suka sama gue, ya kan?"



"Dor,dor"

 Belum lagi sampai ia mendengar jawaban itu. Dua butir peluru telah bersarang tepat di kepala. Darah segar keluar dari telinga, hidung, mulut dan lubang kepalanya yang tertembus timah panas.Barang bukti berupa pisau lipat di tangan pak guru,bisa saja menjadi alasan mengapa mereka menembaknya. Penyanderaan dengan senjata tajam.

Sekelompok orang terlatih bergerak cepat mengevakuasi mayat pak guru. Segera menghilang di kegelapan malam yang pekat menyisakan tetesan darah segar di tanah. Ending yang tragis pak guru. Semoga Allah swt mengampuni semua dosa kita.Amin



Tidak ada komentar: