Rabu, 12 Desember 2012

Gunung Merapi



2Malam Cumbui Pasir Merapi
Bismilahirrahmanirrahim.
Merapi, 23- 26 Desember 2011. Luthfi Mulyadi, Jihad Robbani 
& Khairul Imam

Kamis, 22 Desember 2011.Ya tepat Ulang tahunku yang ke30, aku selalu membuat hadiah khusus untuk diriku. Apalagi kalau bukan naik gunung. Mantap.tidak semua orang dapat kesempatan untuk menikmati ketinggian 2000mdpl bahkan lebih. Terlebih di umur 30 dan telah memiliki istri dan anak. 

Alhamdulillah Robbil ‘Alamin, kesempatan itu tinggal menunggu hitungan jam. Terbayang sudah keindahan alam pegunungan yang akan aku rasakan. Berlembar-lembar kertas printout info tentang Merapi telah kubaca. Berjam-jam aku browsing khusus Merapi. Ditambah beberapa wawancara kepada orang-orang yang memang telah berhasil mencapai puncaknya. Setelah segala administrasi sekolah telah aku selesaikan.Esok hari waktunya.

Jum’at 23 Desember 2011.Alhamdulillah. Ya, ini harinya. Kompas, tali, dan tenda baruku pastinya akan kubawa untuk dampingiku menuju Merapi. Setelah jemput saudara setiaku Jihad di stasiun Kalibata, segera kutancap gasku kembali menuju MTs.N1. Khairul Imam dan para fansnya telah menunggu di sana. 

Tak lama setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, langsung kita menuju rumah Ibuku tersayang. TPA Al-Bayyinah yang kubanggakan. Jam menunjukkan pukul 11.00. setelah pamit segera kami berjalan kaki menuju Masjid Raihanul Hamim Sawah Guriang Mampang. Aku tidak boleh tertinggal Bus.Tiga tiket Langsung Jaya telah terbeli.@Rp110.000,- akan  antarkan kita ke Boyolali.
Siang itu salat Jum’at bener-benar nikmat. Walaupun panas terik di luar sini, tak terasa karena gembira. Tak lama setelah salat Jum’at usai. Terlihat 5fans Imam menunggu di luar pagar Masjid. MasyaAllah. Alangkah setianya mereka menunggu Imam keluar dari Masjid. Rencananya akan ada sesi “lambai-lambai tangan” ketika bus meninggalkan Mampang. 
Hehehehe..prikitiw. Kaya di film tahun 80-an aja, dengan soundtracknya “Pelabuhan Teluk Bayur”. Ayo, Positif,positif,positif. Diriku mengingatkan. Doakan saja Ia sukses beserta fans-fansnya nanti. Kita harus bisa Unlearn, meminjam istilah pak Arief. Masa mereka berbeda dengan masa kita.Maca ciiiiiiiii?,hehehehe.
                Bus sampai. Segera kita simpan carier di bagasi lalu naik ke atas pastikan kita dapat kursi yang nyaman. Alhamdulillah. Bus Langsung Jaya memang cukup tua dibanding armada-armada bus lain yang menuju Solo. Mungkin umurnya sama dengan umurku.tapi kuyakin mereka merawatnya dengan baik. 

Pukul 14.00, Bismillahirrahmanirrahim, buspun berangkat. Melaju meninggalkan transit mampang.meninggalkan para fans Imam. Terlihat dari balik jendela para fans terus melambai tangan,meskipun Imam tak terlihat jelas.

Cakung – Karawang – Palimanan – Cirebon terlampaui. Malam pun datang. Tol Kanci – Pemalang – Weleri kita lalui di tengah malam sekitar pukul 24.00. Purwerejo Semarang, Salatiga Boyolali. Alhamdulillah. Sabtu 24 Desember, 04.00-Terminal Boyolali – Arif Trans-Cepogo-Selo

  Pukul 04.00 kita tiba di Boyolali. Banyak yang menawarkan jasa carter mobil antarkan kita lansung ke Selo. Dengan tenang aku tolak satu persatu tawaran itu. 


“Kita mau salat Subuh dulu Mas”.

 Jawabku. Padahal aku juga masih bingung harus naik apa ke Selo nanti. Setelah bertanya-tanya ke beberapa orang, khususnya tukang susu jahe. Kitapun harus naik Arif Trans menuju Pasar Cepogo. Dari sana baru kita kita sambung lagi menuju Selo.
Boyolali di pagi hari luar biasa cantiknya. Di tengah hilir mudik orang yang sedang beraktifitas , di arah timur terlihat pegunungan yang salah satunya adalah Gunung Lawu. Di arah barat jelas terlihat Merbabu yang gagah dan di sebelah kiri lancipnya puncak merapi. Subhanallah indahnya. Dari sini kita terus naik, lewati lembah-lembah. Bus ¾ itupun  semakin menuju ke atas bukit. Lama-ke lamaan terus ia mendaki, sampailah di satu titik view yang sempurna.
 Hamparan lautan awan Gunung Lawu. Semakin terlihat cantik dengan sinar matahari pagi kuning keemasan. Tak kalah puncak pasir Merapi pun seakan muncul dari sebelah kiri, mengatakan 
“ayo cepat cumbui pasirku”.
Takkan pernah berakhir pujiku  Subhanallah Walhamdulillah, Wala Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Wala Haula Wala Quwwata Illa Billahil ‘Aliyyil ‘Azhim. Terbayang ratusan nyawa direnggut oleh awan panas dan lahar dingin Merapi. Ratusan rumah terkubur disana. Ribuan pohon hangus dibakarnya. Inilah yang sangat menantangku untuk jumpa sang perkasa ciptaan Allah swt, Merapi.
Bus dari Boyolali antarku sampai Pasar Cepogo. Dari sini aku dkk menuju pertigaan menuju Selo dengan Bus ukuran yang sama. Di Cepogo aku sempat bertanya kepada salah seorang perempuan untuk memperkaya informasiku. Tak salah ia memang pernah sampai di puncak Merapi. “Puncaknya terjal mas, sulit sekali untuk sampai ke sana”.”Oh, terima kasih Mbak”. Artinya, mental perlu lebih dikuatkan.Bismillahi Allahu Akbar.
Kebetulan mbak tadi turun di desa yang sama.setelah cukup lama bertanya, kitapun berpisah. Aku segera daftar di pos pendakian, dan menitip beberapa barang yang tidak perlu dibawa ke atas. Pendakianpun dimulai.45 menit kita habiskan  dari pos daftar menuju New Selo. MasyaAllah jalan aspal yang sangat terjal ini, banyak menguras energi. Di sini kita masih bisa menemui ladang jagung petani. Disini pula kita membeli nasi , telur dan air untuk bekal perjalanan.

New Selo 10.15 – jam 11.30 sampai kita di Patok (1). Hujan mulai mengguyur, jika cerah puncak merapi dapat terlihat dari sini.,Patok( 2) 12.30,  hujan semakin deras. Rain coat tak cukup halau hujan yang sangat deras seperti ini. Apalagi bukan raincoat yang bagus yang kita pakai. 

Dingin semakin menyergap. Langkah lunglai semakin kita rasakan.di tengah dinginnya hujan dataran tinggi pegunungan. Energi kita nyaris habis di Watu Gajah 13.00. Buang ego, kita harus  istirahat makan nasi – hujan deras menjadikan nasi telur kering kita menjadi berkuah.
 Bismillahirrahmanirrahim Allahumma Bariklana Fima Rozaqtana Waqina ‘Adzabannar. Ya Allah sampaikan kami ke Bubrah Ya Allah. Semua permohonan terbaik kita minta pada saat itu. Kaki-kaki  kram membuat kami semakin  down.

Takbir dan salawat terus iringi perjuangan kami menuju  Pasar Bubrah. 14.00. sampailah kami disana. Hujan angin dingin menusuk tulang memaksa kita bergerak cepat dirikan tenda. Memang belum ada koordinasi yang baik antara kita. Maklum anggota baru yang egonya masih tinggi. 
Aku tidak bangga dengan hasil kerjaku yang cepat dirikan tenda sendirian sampai tuntas safety sempurna. Idealnya kita bekerja sama. Tapi prioritasku amankan 2orang yang kubawa sampai sejauh ini. Jemur pakaian – istirahat – 17.00, kita terbangun karena cuaca cerah di luar sana. Tepatlah keputusan kita untuk segera ambil gambar pemandangan.Foto-foto. Karena sore itu adalah cuaca cerah terakhir di Bubrah. 
Menjelang malam yg cukup mencemaskan . Mau tidak mau kita harus akui. Kita memang sedang berada di Pasar Bubrah. Pasar setan gunung Merapi. Awalnya hanya tenda kita yang berdiri  di sini. Seiring waktu 5tenda berdiri temani kita disini.–tengah malam, tak ku dengar suara gamelan seperti banyak diceritakan orang. Alhamdulillah, Malam ini berawan, sedikit hujan. Sebelum kembali tidur akupun berdoa.”YA Allah mudahkanku sampai ke puncak merapi”

Minggu, 25 Desember.05.30, alarm bangunkanku dari lelapnya tidur. Setelah salat subuh, kitapun bersiap summit attack. Pagi berkabut.remang-remang puncak.Harus diakui, ini adalah kondisi tidak ideal untuk summit attack.10 detik dapat sinar matahari. 06.30, masih berkabut disertai embun.

Keluar dari tenda kita mengarah ke timur, seterusnya ke tenggara jumpai pasir Merapi. 25 menit naik turun cumbui pasir Merapi. Pikirku sekarang kita mengarah ke puncak merapi yang berada di barat daya. Climbing gila tebing batu-batu vulkanik belasan meter tinggi menjulang. Tak lama berselang, semua terlihat putih berkabut. Jarak pandang 5meter dan semakin pendek dari itu. Puncak Merapi pastinya tidak terlihat. Tim meraba-raba, menerka nerka menuju puncak tanpa kompas.

 Pukul 07.00, hujan ringan angin kencang. Kitapun mencoba bertahan di atas batu vulkanik tanpa pegangan apapun. Merangkak. Ya kita merangkak untuk sampai di suatu titik aman. Jika tidak kerikil-kerikil pasir itu akan segera jatuh karena tak mampu menopang berat tubuh kita. Di titik ini jika sampai terpeleset tamatlah riwayatnya. 
Di bawah titik ini belasan meter ke bawah adalah batu-batu cadas merapi yang siap pecahkan kepala dan remukkan tulang siapapun yang jatuh di atasnya. Siapapun. Waktu itu hanya ada kata ya, untuk berjuang mencari tempat aman. Jika kuingat sekarang apa yang telah terjadi pada saat itu, aku akan meminta maaf kepada istri dan anakku jika sampai aku pulang tinggal nama.


 Semua berwarna putih karena tertutup kabut. Akupun mencoba membuat lubang pijakan kaki dengan menggali kerikil pasir dengan batu rapuh. Batu-batu  bekas pijakan yg jatuh jauh lebih besar dibanding di semeru. 
Pasir kasar merapi dan kerikil tajam buat kita sangat tidak nyaman bergelut dengannya.07.15 aku putuskan untuk turun lewat track lain yg lebih aman. Tidak lagi turun lewati  batu-batu cadas  besar vulkanik.Cadas. Aku hanya bisa mengira-ngira bahwa sekitar 100meter lagi puncak. Dan bye2 puncak merapi. Semoga di lain kesempatan kita dapat bersua kembali.

Keputusan turun belum menjamin kita aman dari tersesat. Area full kabut ini pastikan kita tersesat. Tim Terlalu mengarah barat laut. Sekarang kita di sebelah kiri bawah Lewati batu-batu besar vulkanik. Kitapun kehilangan track awal. Full kabut. Bubrah tak terlihat sama sekali. Kita hanya bisa menerka-nerka. Menuju bubrah. 
Kitapun mulai berpikir. Kita telah naik selama 1jam, dan turun 30menit membuat kita tersasar. Pastinya karena di awali menghindar track batu-batu besar cadas yang mengerikan. Dan kini kondisinya tidak kalah mengerikan. Kitapun mulai berteriak minta tolong. Tapi siapa yang kemudian hendak menolong di tengah kabut yang menggila ini. Jika ada, pastilah mereka akan menolong jika kabut telah pergi. 
Sama saja bunuh diri menolong atau mencari korban di tengah kabut dan medan yang sangat terjal. Dalam pada itu kita masih bisa menikmati ski pasir merapi. Ku  yakin 50 meter lagi bubrah, seperti video di youtube yang pernah kulihat. Celaka, salahlah perkiraanku. Ternyata tim menuju punggungan barat laut Merapi. Nyaris menuju jalur Kinahrejo.

Kita mulai temukan cantigi dan tanaman lumut. Karena itu kita pastikan telah lebih rendah dari Bubrah yang full dengan batu-batu vulkanis. Ya, kita tersasar di jalur air menuju lembah tak bertuan. Kitapun kembali mendaki jalur air /parit alami dengan tinggi rata-rata 7meter. 
Dari pungungan ke punggungan pasir lainnya. Menuju timur.Kembali mencoba bertahan dan terus bergerak menuju timur. Ada keraguan apakah kita berada di punggungan timur atau barat merapi. Full kabut dan hujan deras. Dingin semakin menyiksa. Kondisi ini lagi-lagi  membuat kita hampir menyerah.
Takbir, salawat.istighfar tak hentinya kumandangkan. Lamat-lamat terdengar suara orang yang menjawab ketika kita tanya
 “Bubrah dimana?”
Suara dari bawah itu ternyata dari patok 2n dan 1 bukan bubrah. Antara lokasi ini dan  patok 2 dan 1 menganga jurang dengan kedalaman lebih dari 500meteran.Ternyata Suara dari atas itulah  yg dari bubrah. 
3jam tersesat, kitapun kembali mendaki menuju bubrah. Calsium1 produk andalan Tiens kuatkan kita yang nyaris mati karena hipotermia .Kitapun segera sujud syukur setelah sampai kembali ke camp bubrah. Alhamdulillah Robbil ‘Alamin.

Jam menunjukkan pukul 12.00. Masih terbayang sangat jelas peristiwa mengerikan 3jam yang lalu. Full kabut, batu-batu cadas, salah arah, tersesat, angin kencang dan hujan,hipotermia yang jelas-jelas mengancam nyawa siapapun yang menghadapinya. 
Tak henti-hentinya kitapun memanjatkan syukur kepada Allah swt yang telah menjaga kita dengan penjagaan yang sempurna, karena Ia Maha Pemberi Keselamatan. 
“Kita harus banyak melakukan kegiatan, hujan badai sepertinya akan berlangsung lama di luar sana”
aku pun menguatkan mental teman-teman untuk terus berjuang melawan bekunya Bubrah di dalam tenda di tengah badai.

Kehabisan pakaian kering membuat daftar panjang kesengsaraan kita. Sebelum melakukan Summit Attack semua pakaian yang basah kujemur. Dan sekarang kita kehabisan pakaian  kering. 
“Kita bisa, ya kita pasti bisa melewati ssssemuanya”
 untuk kesekian kalinya dalam keadaan kedinginan yang sangat,kukuatkan lagi mental teman-teman yang hampir hampir mati kedinginan. Kitapun mulai membakar parafin di dalam tenda yang seharusnya tidak boleh kita lakukan. Habis bagaimana lagi. Kita tidak punya pilihan lagi. Jika sampai tenda terbakar tamatlah riwayat kita.
 Hampir tiap 2jam kita bakar paraffin. Untung aku membeli cukup paraffin. Dan untuk kesekian kalinya setelah kutaha-tahan, untuk tidak membuka cdku yang basah. Akupun menyerah. Akupun membukanya setelah  yang lain juga membuka. 

Alhamdulillah terasa lebih nyaman tanpa cd  basah yang melekat langsung. Dan sekarang kitapun menutupi aurat kita dengan Koran sambil keringkan pakaian basah dengan paraffin.

Ya, hanya kita yg bertahan di tengah-tengah badai di Bubrah. Tenda-tenda yang tadi pagi masih berdiri siang hari itu telah dibereskan dan penghuninya memutuskan untuk turun.
Hari menjelang sore ditandai dengan semakin gelapnya suasana. Tak sempat aku tuk kembali menyalakan lampu badai karena cemas di malam ke dua di bubrah.full angin dan hujan.jas hujan yg terbang. Sepatuku selanjutnya akan pensiun di new selo.

Berbusana Koran. No more drycloths. Tak mungkin turun malam atau sore ini. Terlalu riskan. Ingat anak is3 kuatkanku bertahan hidup. Lihat penutup hidung hadiah ulang tahun dari is3 dan anakku kuatkanku melawan dinginnya bubrah. Besok kita harus bergerak cepat sebelum badai datang
       Senin 26 Desember 2011.Alhamdulillah, tidak dengar apa2 tadi malam. Penunggunya juga mungkin malas keluar karena badai. Its not over yet.hehehe.mantap packing1jam. Yes, we r ready.08.30 lets go home. Down mount. Masih Full kabut badai hujan. 

Mantaaaaaaaaaaaap!.Sumpah serasa di  Everest or Puncak Jaya Papua ,hehehe (kaya dah pernah ke sana aja) . Tiarap di batu nisan in memoriam. Badai angin kea rah timur.Batu nisan ke Watu gajah tiarap jika angin suangat besar cz tidak ada batu /pohon tuk pegangan..Trus berjuang capai watu gajah. 

Saling mengikat pinggang dengan tali pramuka. 09.00 sampai patok 2. Relatif aman banyak batu besar cantigi dan edelweiss. Alhamdulillah. Di ketinggian ini angin tidak terlalu kencang. 09.15 cerah. Nikmati hangatnya sinar mentari setelah 24 jam tidak bertemu.
Insyaallah To be continued
                                                 Pancoran, Senin 06 Februari 2012
                                                   Luthfi Mulyadi

3 komentar:

Tamara Ramadhini mengatakan...

mantap paaakkkk!!!!

Arab Cendekia mengatakan...

akan lebih bagus nich kalo dilengkapi foto2nya

Armends mengatakan...

wes mantap pak smangat dah ngeblognye,.....
mampir ke blog saya pak klo sempet

http://goblogtechno.blogspot.com/