Rabu, 05 Desember 2012

victim of system


Latar Belakang Masalah
Pornografi semakin meresahkan masyarakat. Terakhir adalah tersebarnya film anak Power Ranger yang diselingi dengan adegan porno yang pastinya mengancam moral anak-anak kita.

Di lembaga-lembaga pendidikan Islam dari yang terendah sampai yang tertinggi adalah merupakan rahasia umum praktek-praktek pacaran dilakoni oleh anak-anak didik kita. Entah kita sebagai pendidik tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa praktek tersebut sudah lama berlangsung di sekeliling kita, di rumah kita sendiri. Atau kita tidak lagi punya kekuatan untuk membimbing mereka. Kalaupun ada, fokus  kita hanya  untuk mengantarkan mereka lulus Ujian Nasional.

Praktek-praktek di sekeliling kita tersebut diyakini adalah dampak dari berbagai tayangan negatif yang mereka serap dari berbagai media, khususnya film porno.Sebut saja media cetak seperti Lampu Merah, Poskota, Sentana, Nonstop banyak menceritakan perihal seks. Tercatat setidaknya 10 praktek pelecehan seksual dalam dua tahun kebelakang yang terjadi di sekolah ini yang belum bisa ditindak lanjuti secara proporsional.

Mulai dari colek tangan, pipi, bokong, memeluk dengan paksa, semuanya telah saya saksikan langsung, ironisnya itu terjadi di lingkungan kita sendiri. Entah berapa banyak prilaku mesum lainnya yang  tidak dapat kita jangkau karena terjadi di luar sekolah. Beberapa kali saya sempat melihat beberapa murid yang menanggalkan jilbabnya dan mengenakan pakaian yang ketat.
Karena itulah saya dengan kelemahan iman saya terpanggil untuk memulai kembali beramar ma’ruf Nahi Munkar di sekolah yang sama-sama kita cintai ini, dengan menyelenggarakan seminar yang bertajuk “Pacaran Sehat suatu Pilihan “
Pacaran tanpa banyak diketahui oleh para guru, telah banyak terjadi di sekolah ini. Para guru agama mungkin hanya bisa mengatakan bahwa pacaran itu haram tanpa menjelaskan panjang lebar mengapa pacaran itu diharamkan.
Sebaliknya beberapa guru lainnya berpendapat bahwa pacaran memotivasi anak untuk berprestasi.. Kontradiksi masalah pacaran membuat anak bingung sehingga justru tidak sedikit dari mereka memilih untuk pacaran, karena pacaran suatu yang sangat menyenangkan.
Masalah ini setahu saya tidak pernah diangkat kepermukaan. Padahal hal ini sangat mendesak bagi anak-anak untuk mengetahui jawabannya, halalkah atau haramkah. Anak-anak bosan dengan dogma yang diberikan guru agama tanpa penjelasan yang memuaskan hatinya.
Seminar ini diupayakan akan mengambil jalan alternative antara pendapat guru agama dan guru non-agama, yaitu dengan pendekatan psikologi.  Yang pada akhirnya akan berkesimpulan Pacaran sehat adalah suatu pilihan.
Model Seminar : 1. Khusus pelajar Perempuan
Dari Hati Kehati
  1. Perempuan adalah makhluk yang indah yang harus menjaga kesuciannya sampai saatnya tiba (bernilai / berharga) /
  2. Tanggung jawab menjaga kesucian diri, untuk orang yang mencintai kita dengan tulus, (cinta dengan tanggung jawab)
  3. Menangkis rayuan atas nama cinta untuk suatu kenikmatan sesaat
  4. Kenikmatan dunia yang sangat sedikit, jika dihabiskan pada rentang waktu 13-25 tahun, apa lagi nikmat yang akan kita rasakan kelak
  5. Mewaspadai kecanduan seks (laki-laki atau perempuan yang sudah terbiasa / enjoy dengan hubungan seks akan sangat sulit untuk meninggalkannya)
  6. Mewaspadai kebohongan kaum laki-laki yang mengatakan akan sakit jika tidak berhubungan seks.
  7. Ketidak pedean wanita yang telah direnggut kesuciannya untuk menghadapi suaminya kelak.
  8.  Pelecehan harga diri perempuan yang telah putus dari pacarnya “barang bekas” / egoisme laki-laki
  9. Terjerumus ke dunia prostitusi karena harga dirinya telah hilang
  10. Selingkuh karena istrinya tidak suci lagi
  11. Selingkuh karena bosan dengan istri

Khusus pelajar Laki-laki
  1. Hargai wanita sebagaimana engkau hargai ibumu atau saudara perempuanmu
  2. Waspadai Virus film porno (merusak pikiran sehat kita)
  3. Waspadai wanita yang telah mengidap penyakit AIDS yang ingin menyeret anda ke dalam komunitas mereka
  4. Kenikmatan dunia yang sangat sedikit, jika dihabiskan pada rentang waktu 13-25 tahun, apa lagi nikmat yang akan kita rasakan kelak

(Luthfi mulyadi 2010)

Tidak ada komentar: