Rabu, 12 Desember 2012

Surya Kencana



Siang Ini Surya Kencana Hanya Milik Kita



Pukul 20.00 sampailah kami di terminal Sukabumi. Udara dingin langsung menyergap. Hari ini 22 Desember 2010 kurayakan ulang tahun dengan caraku. Tahlukkan punggungan Gumuruh menuju Surya Kencana Barat 2750 mdpl.
Malam yang cukup dingin bagiku yang berumur 29 tahun, yang belum juga pensiun dari kegiatan mendaki gunung. Entah sampai kapan. Selalu berharap ini adalah pendakian terakhir. Atau cuti tuk beberapa tahun. Sampai anakku minta tuk di antar ke puncak gunung.
Rp.50.000,- dari terminal Sukabumi ke pos pendakian, pondok Halimun Selabintana. Harga yang wajar di malam hari yang sepi. Tidak seperti akses ke Cibodas atau ke Cipanas yang selalu ramai.Ya, salah satu resiko menantang jalur Selabintana.

Malam itu aku berpikir keras. Belum pernah aku lalui jalur ini. Sementara para Ranger esok akan bertanya, tentang kepastian pernahkah lewat jalur ini. Maaf para volunteer, aku bohong bahwa aku pernah lewat track ini. Keyakinanku kalahkan kejujuran. Ku yakin Taman Nasional telah buatkan track yang cukup jelas. Walau di banyak titik aku banyak mengeluh banyak rimbunan dan pohon-pohon tumbang.
Mana pos 1 ?. Kita pun kebingungan. Setelah 15 menit perjalanan dari camping ground tak kunjung kita menemui pos1. Jelas di hadapan kita papan petunjuk menuju air terjun Cibeureum. Sebelah kanan ada bangunan permanent yang sudah tidak terurus. Benar-benar tidak ada tanda-tanda pos1. Kitapun berdebat panjang disana, Aku dan sobatku Opik. Secepatnya harus kuputuskan. 10 menit diskusi, terkait harga diri. Tak mau  ku menanggung malu jika harus kembali dan bertanya kepada ranger. Berlomba dengan waktu, aku harus lebih cepat menemukannya. Jangan sampai pengunjung yang menuju air terjun sampai bertanya sedang apa kita disini. Jelas sekali saat itu kita kebingungan.ditambah Opik yang tak mau berpencar mencari jalur. Maka dengan bimbang akupun berlari telusuri jalur menuju air terjun berharap menemukan papan petunjuk menuju Surya Kencana. Setelah 300 meter kuberlari tanpa ada tanda, maka akupun kembali menemui Opik. Dengan yakin kukatakan tidak ada petunjuk. Kutambah argumentasi bahwa kita harus lalui punggungan sebelah kiri kita.Terlihat ada jalur terobosan yang pernah dilalui orang walaupun sedikit tertutup.
 Pikirku, mustahil kita telusuri jalur lebih jauh lagi menuju air terjun. Selain membuang waktu dan energi,,mustahil menuju dataran yang tinggi dengan jalur yang datar bahkan relatif menurun. Umumnya pendakian dilakukan dengan menelusuri punggungan gunung bukan menuju lembah. Dengan yakin kukatakan biar aku naik sejauh100 meter telusuri jalur yang tertutup itu. Alhamdulillah akhirnya kutemukan jalur resmi berbatu, setelah terobos semak belukar berduri lembab menuju punggungan trek resmi.”Ok pik, naik.jalur resmi neh”Segera kita meneruskan perjalanan. Kesimpulannya, ambil kiri (timur) tepat di pertigaan  petunjuk arah ke air terjun Cibereum Selabintana untuk mencapai trek resmi.

Selanjutnya kitapun disuguhi 1jam Jejak-jejak  babi hutan.Tanah gambut hitam kecoklatan hiasi perjalanan kita.Tampaknya baru tadi malam mereka beroperasi mencari makan. Bisa berupa cacing atau serangga tanah lainnya. Kitapun memilah milih tanah keras mana yang dapat lebih nyaman untuk diinjak. Hampir semua di acak-acak oleh mereka.bisa jadi ini adalah area favorit mereka berburu. Tanah di ketinggian ini mirip sekali dengan trek gunung Salak. Trek Basah lembab berlumpur. Tidak jarang kita terpeleset dan berkubang di sana.

4jam sejak melintasi area babi hutan kitapun terus diserang pacet. Terus menerus kita di serang oleh pacet-pacet lapar trek Selabintana. Persis ketika kami menakhlukkan puncak Cilember. Banyak sekali pacet yang menyerang.Sangat masuk akal jika mereka sangat lapar dan agresif. Sudah setahun mereka tidak minum darah manusia.hehehe. Menurut volunteer jaga pintu masuk Selabintana, data terakhir pendakian yang lewat jalur ini adalah tahun 2009.Wow. Data ini akan menambah seru perjalanan.

Data itu pun membuktikan Jangankan sampai setahun tidak dilewati, sebulan atau seminggu saja pastilah banyak Sarang laba-laba di tiap meternya. Selain serangan pacet, sarang-sarang laba-laba yang menutupi trek pun cukup menghambat langkah kami.
4jam berjalan kamipun di guyur hujan. Rasa khawatir mulai hinggap. Hanya berdua di tengah hutan lebat Selabintana tampaknya sangatlah manusiawi. Hehehehe.pada akhirnya harus kuakui pendakian gunung lebih dari tiga orang pastilah sangat menyenangkan.energi positif yang disalurkan tiap anggota tim pastilah lebih kuat. Karena itu juga pentinglah kuantitas anggota tim pendakian terlebih yang selalu positif thingking.

Sampailah kami di kebingungan Mana Cigeber Mana Cileutik?. Di keterangan yang diragukan kevaliditasannya, kita akan terleih dahulu melalui dan mendengar suara keras air terjun Cibereum yang mengalir deras di samping kanan punggungan yang kita daki. Ya, Alhamdulillah. Satu tanda telah kita temukan. Kita memang telah mendengar suara derasnya air sungai itu, tapi kita tidak dapat melihatnya. Terlalu rimbun dan riskan menerobos semak belukar untuk memastikan bahwa di ratusan meter di bawah sana adalah aliran air terjun Cibereum. Kita hanya meyakini kebenarannya. Sejam kemudian kami kembali mendengar suara deras aliran sungai itu. Inilah yang membuat bingung. Dibuku dan peta petunjuk pendakian langsung kita menemukan aliran mata air kecil yang melintasi trek.Selanjutnya kita kembali mendengar suara deras aliran sungai dan menemukan mata air kecil melintasi trek. Sungguh membuat kami bingung. Ya sudahlah. Lanjutkan saja perjalanan. Tak penting memastikan mana Cigeber mana Cileutik.
10 jam ke sumber air. Jauh di ketinggian ini sekita 2100mdpl, pacet-pacet pun menyerah tanpa syarat. Salut buat mereka yang sangat menghargai dan menghormati wilayah kekuasaan.hehehe. Sepi, sunyi senyap kembali menyergap saat kembali kita istirahat sejenak. Ditambah gerimis hujan, kabut tipis dan angin yang semilir. Saatnya meragukan kemampuan. Saatnya halusinasi. Saatnya negative thingking.       
Where are we?.Setelah pertanyaan-pertanyaan itu terjawab. Raga telah kembali segar setelah tidur singkat di selimuti kabut dan guyuran hujan rintik-rintik. Kamipun meyakini dan berharap tak terlalu jauh lagi di depan sana ada tempat datar untuk mendirikan tenda. Pada saat itu tak lagi kami peduli akan sampaikah kami di SK Barat atau bahkan di puncak Gunung Geger Gede 2958mdpl
Yang paling penting sekarang adalah energy recovery. Dirikan tenda, masak air, sedu energen, santap roti dan madu, lalu kemudian makan berat nasi telur atau indomie rebus.

Satu jam kemudian, ditengah pengharapan yang besar sekali agar dipertemukan dengan tempat istirahat Allah pun mengabulkannya. Dalam sisa-sisa hujan yang turun dan kabut tipis kitapun sampai. Alhamdulillah. Begitulah kiranya beberapa pelajaran dan langsung kita rasakan sendiri indahnya berharap dan Allah mengabulkan. Subhanallah.         
Di gunung kita banyak berharap, berdoa, meminta kepada Allah pastinya. Kita dikondisikan sebagai makhluk yang sangat-sangat kecil dan lemah di tengah ganasnya kondisi hutan dan gunung. Mudah saja kita mati karena hal-hal kecil seperti sengatan kalajengking/laba-laba/gigitan ular beracun, kedinginan, tersesat, tertimpa pohon saat badai atau longsor. Betapa kita harus bersyukur sejauh kita diberi kesehatan dan keselamatan kapanpun dimanapun. Di gunung kita banyak memuja dan memuji ciptaan-Nya yang cantik luar biasa sempurna. Di sana kita banyak banyak belajar, efektifitas waktu, survival, kerja tim, pantang menyerah dan selalu positif thingking melawan ego.
          Kembali ke tempat camp dekat sumber air. Sempurna. Air mengalir dengan deras 7 meter di bawah kita. Air segar yang langsung mengalir dari murninya telaga Surya Kencana. Artinya tidak lama lagi kita akan sampai. Tetapi tidak malam ini. Alhamdulillah kitapun berhasil mengalahkan ego tuk terus lanjutkan perjalanan menuju Surya Kencana. Kita bisa berpikir sehat bahwa kondisi kita tidak memungkinkan tuk lanjut. Banyak pendaki yang akhirnya meregang nyawa karena tak kuasa kendalikan ego. Tubuh lemah, kurang istirahat dan asupan makanan bergizi paksakan terus mendaki  halusinasi, tersesat pastikan ia mati hipotermia (kedinginan).
          Malam ini malam Jum’at. Seharusnya aku beribadah dengan istriku, harusnya malam Jum’atan bersama istri, hehehehe. Gilanya kenapa lebih memilih hutan dan gunung.” Kaya gak ada waktu lain”, itu yang sering juga dikomentari orang lain. Menurutku mari mulai dan selesaikan secepat mungkin. Lebih cepat lebih baik. Betul?.
          Matahari telah sampai diperaduannya. Gelap segera menyelimuti. Tak terdengar azan Maghrib dari sini. Ya, iyalah siapa yang mau azan di hutan?.Setelah minum air hangat makan roti dan salat, kita putuskan tuk istirahat. Ya malam ini malam Jum’at. Mari banyak berdoa dan berdzikir. Insyaallah tidak terjadi banyak hal yang aneh-aneh di sini. Kalaupun terjadi ya gak apa-apa juga sih. Hak mereka dan bisa nambah seru cerita ini.
          Pukul 01.00, aku terbangun karena terpaan angin dingin ke wajahku. Lintas “ini malam jum’at” segera kuhapus dari otakku.”Keluar gak ya?”,hehehe.tampaknya di luar sana cerah. Akhirnya akupun keluar dari tenda melawan dinginnya pagi. Buang air kecil, regangkan otot dan masak air. Sepertinya nikmat sekali minum jahe saat ini.”Fuuuufuuuufuuu” kuhangatkan tanganku dengan meniupnya. Energi panas dari dalam tubuh dapat kita salurkan ke anggota badan yang membutuhkan           Astaghfirullahal’azhim. Botol spritus terbakar. Aku panik dan segera melemparnya ke semak-semak jurang depan tenda.Astaghfirullah. Berkali-kali aku beristighfar. Berharap tidak akan terjadi kebakaran hutan karena kecerobohanku. “Kenapa fi?”, “Botol spirtus kebakar pik””Astaghfirullah, trus lo kemanain?, “Gak sengaja gw lempar ke depan situ”, “ambil fi!, tar kebakaran lagi, ditangkep dah kita”
          Segera ku berusaha mencari botol yang terbakar itu. “Gak keliatan lagi pik, dalem banget””Ya udah dah, mudah-mudahan gak apa-apa”

          Dan ketegangan itupun berangsur sirna. Subhanallah Walhamdulillah Walaa Ilaha Illallah Wallahu Akbar. Dari balik awan makhluk-Mu yang cantik menyempatkan mengintip kegiatanku di sini. Tak lama iapun keluar dengan sempurna. Subhanallah. Bulan yang tidak lagi purnama seakan menyapa “Pagi makhluk Allah yang luar biasa, selamat pagi. Selamat nikmati pagi ini dengan wahana-wahana kami yang luar biasa!”,hehehe, emang Dufan. Pastinya semua telah diatur oleh Allah swt sampai detik ini. Setelah puas nikmati malam menjelang pagi, kitapun kembali masuk tenda. Masih ada 3 jam lagi hingga waktu subuh. Baiknya kita maksimalkan istirahat agar bugar besok.

          Jam3 lagi-lagi aku terbangun. Kali ini aku mendengar langkah langkah kaki. Sepertinya pendaki malam. Cukup banyak pendaki yang memilih waktu malam menghindari terik matahari terlebih di gunung-gunung jawa tengah. Ya di jawa tengah dan timur, Merapi, Semeru dkk. Tapi tidak di jalur Sukabumi ini. Sampai terakhir sebelum kita mulai pendakian tidak ada pendaki lain yang terdata akan naik setelah kita. Cuma kita berdua di jalur ini. “Missi bang!” sapaan itupun tidak aku balas. Aku ingin memastikan bahwa mereka benar-benar manusia. Dari suara langkah-langkahnya mereka berjumlah sekita 4-5 orang. Segera aku mengintip dari balik tenda.Astaghfirullah. Tidak ada siapa-siapa. Ya aku tidak melihat siapapun. Tak berpikir panjang segera aku tutupi wajahku dan mulai berdzkir.Tak boleh negatif thingking. Mereka punya hak tuk berbuat apapun, oh ini kediaman mereka.Tak akan kubahas ini sampai tiba di Jakarta. Bismikallahumma Wabismika Amuut 
    
          4 jam ke Surya kencana. Dari tempat camp kami masih harus menghadapi memipir jurang barat daya gunung Gede. Kemiringannya 70derajat mirip trek gunung putri dengan view terbuka seperti trek ke puncak Gede lewat SK dengan aliran parit-parit kecil yang  melintasi trek. Beda.Beda banget sama jalur Gunung Putri apalagi Cibodas.Mantaaaaaaaaap. Keindahan tak bisa kugambarkan dengan detail. Pokoke Jannaatin TajriyyMin Tahtihal Anhaar deh,hehehe.
          Di satu sudut sebelum menerobos semak belukar terakhir menuju SK barat, kita menemukan 2shelter yang telah hancur. Entah apa nama keduanya. Akupun mengeluarkan golok tuk menebas semak belukar berduri. Cukup sulit menembusnya setelah setahun tidak dilewati pendaki. Mantaaaaaaaaaaaaaap.Harus juga merangkak melewatinya. Beberapa kali cariel tersangkut di batang pohon berduri plus dengan semut gunung yang galak-galak.

          Hampir setengah jam kita bergulat dengan semak dan serangga-serangga penghuninya SK baratpun menyapa. “Selamat datang di Surya Kencana Barat. Semoga perjalanan anda menyenangkan”heehee. Kitapun berpelukan merayakan keberhasilan. Belasan kilometer telah kita tempuh dengan susah payah. Dan sekarang keinginanku terkabul. Menuju Surya Kencana tembus jalur Sukabumi. Alhamdulillah. Allahu Akbar!,

Terimakasih Sob yang telah setia menemani mewujudkan ide-ide gw yang gila. Dan sekarang Surya Kencana hanya milik kita berdua.hehehehe....
                                                                             Luthfi mulyadi 12.12.12

Tidak ada komentar: