Rabu, 05 Desember 2012

perawan


Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan diasuh dengan baik maka mereka akan menyebabkan masuk surga (HR. bukhari)

Perawan Lebih Optimistis

            Ini sudut pandang laki-laki tentang keperawanan. “Kalau perempuan sudah berani menyerahkan keperawanannya, berarti hilang sudah harga dirinya”, kata Harry Mahathir (20 tahun), Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Umum Universitas Padjajaran Bandung.
            Karena itulah  Harry meminta kaum perempuan yang belum menikah tak membuktikan cintanya dengan menyerahkan keperawanan. “Kalau perempuan berani menolak, pada umumnya laki-laki bisa memahami. jadi semuanya bergantung pada ketegasan perempuan”,  kata Harry pekan lalu.
            Ketegasan itu dibuktikan Putri Iva Izzati (20). Delapan tahun, dia menjalin cinta dengan teman SMP sebut saja Putra . Cinta monyetnya telah berevolusi menjadi cinta yang serius. Namun, mahasiswi semester tujuh Ilmu Komunikasi UI ini berhasil menjaga diri tetap utuh.
            Selama Delapan tahun pacarnya setia dan bertanggung jawab. Namun Putri tak ingin berspekulasi dengan masa depan. Apalagi, agama mengajarkan jodoh merupakan otoritas Tuhan. “Ntar kalo gue nikahnya sama orang lain dan gue udah nggak virgin, kan pasti bermasalah”.
            Karena belum merasa kehilangan sesuatu, Putri menjalani hidup dengan optimistis. Kalaupun pacarnya mempermasalahkan pendiriannya dan memutuskan hubungan, dia sudah siap dan nothing to lose. “Diri gue lebih berharga dibanding cowok yang memaksakan kehendaknya.”
            Saat banyak gadis yang meyerahkan harga dirinya telah ditinggal pergi, Putri justru baik-baik saja. tanpa seks, hubungan dengan cowoknya tetap mesra. Dan seperti kata Harry, yang mewakili sudut pandang kaum Adam, Putra memang bisa menghormati penolakan dari Putri.
            Dalam kehidupan sehari-hari, Putri melihat perempuan yang kehilangan keperawanan diremehkan. “Cowok-cowok kan biasanya ngomongin ke teman-temannya, si ini kan bekas si itu, dalam konteks yang merendahkan gitu. Berhubungan dengan harga diri banget, kan?”
             
            Dosen Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia (UII), Hepi Wahyuningsih, S.Psi, M.Si, mengatakan wanita yang masih perawan lebih optimistis menjalani hidup. “Dia akan merasa berharga dan percaya diri, “ katanya pekan lalu.
            Menurut Hepi, seks pranikah banyak merugikan perempuan. Mulai rasa bersalah karena telah melakukan perbuatan dosa, kecemasan menghadapi masa depan – terutama masa depan perkawinan, bisa hamil di luar nikah hingga didera berbagai penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS.
            Karena sekali tanggal keperawanan tak mungkin dikembalikan, Hepi mengatakan kenyataan itu bisa membuat seorang perempuan stress, depresi, hingga terdorong mengakhiri hidup. Selain itu, bisa membuatnya lepas kontrol dan putus asa ; menjadi pelaku seks bebas bahkan pelacur (lihat No Virgin No Future)
            Spesialis Kebidanan dan penyakit kandungan, dr.Boy Abidin Sp.OG, juga mengatakan kehilangan keperawanan bisa membuat perempuan rendah diri dan cemas. Bargaining terhadap dirinya sendiri hanya sekitar 20 persen dibanding perawan,”katanya pekan lalu.
            Operasi plastik, kata Boy, secara  teknis bisa mengembalikan selaput dara yang sobek. Tapi, operasi tak bisa mengembalikan keperawanan secara mental. Mengutip peribahasa, Boy mengatakan,”Piring yang sudah retak, msekipun ditambal, tetap saja bukanlah piring yang sempurna.”
            Karena itu dia berpesan, agar kaum perempuan menjaga keperawanannya baik-baik. Tak perlu melulu melihat masalah keperawanan dari perspektif dosa pahala, surga neraka. Nyatanya dengan pola pikir pragmatis pun, Boy mengatakan sangat banyak keuntungan tetap perawan.
            Tetap perawan antara lain, menghindarkan seseorang perempuan tertular PMS hingga HIV/AIDS, tak khawatir hamil di luar nikah , tak merasa rendah diri dan hina, serta lebih mantap melangkah menuju masa depan. “Bargaining terhadap dirinya sendiri mencapai 100 persen.
(Republika, Ahad 02 September 2007)

Tidak ada komentar: